Mohon tunggu...
Jeba
Jeba Mohon Tunggu... -

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rakyat Pilih Wakil, Dapat 'Koalisi'

3 Oktober 2014   15:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:32 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres kali benar-benar mengubah idealisme dan tujuan para wakil. Jika melihat jargon dalam Pemilu Legislatif terlihat jauh saat ini dengan  apa yang mereka sampaikan saat 'menjajakan dirinya'.Sebagai jelata tidak ada bahasa akademis yang dapat disampaikan selain tulisan curhat berikut ini.

Apa yang mengubah wakil rakyat sehingga lupa pada tujuan mulia mewakili konstituennya?

- Satu jawaban HASIL PILPRES dimenangkan Jokowi!

Hasil Pilpres menyebabkan bukan lagi perjuangan  wakil-wakil rakyat dari berbagai lapisan masyarakat, tapi dua kubu yang selalu on fire. Kubu Jokowi dan Prabowo.

Koalisi masih terus ada meskipun MK sudah putuskan Jokowilah yang menjadi pemenang. Apakah koalisi atau membentuk koalisi salah? Ya tidak salah, itu wajar dalam berpolitik apalagi terdiri dari banyak partai. Lalu kenapa KMP dikritisi.

Karena  wakil rakyat sudah lebih memetingkan perannya dalam kepentingan  dua kubu tersebut. Kubu Jokowi dan Prabowo. Pertarungan Pilpres masih dibawa terus. Kepentingan inilah yang mendasari motivasi gerakan kubu KMP. Itu yang menurut saya tidak benar. Sistem Pilkada langsung yang dirubah kemudian tata cara pemilihan pimpinan DPR itu juga diubah.Padahal semua itu dilakukan dan dipraktekkan mereka sebelum drama Pilpres. Kekalahan mengubah cara pandang dan motivasi bertugas. Termasuk mengubah apa yang mereka sepakati dan perjuangkan bersama sebelumnya. Koalisi ini mengubah apa yang tadinya mereka praktekkan dan amini bersama. Sekiranya Prabowo menang, sistem ini tidak akan diganggu gugat. Kepentingan membuat warna partai yang berbeda jauh bisa padu. Kekalahan  di pilpres telah mengaburkan warna partai masing-masing. Untuk tugas lebih penting banyak bangku kosong. Tapi untuk mengubah UU Pilkada kehadiran diwajibkan dan harus dijemput segala. Termasuk sanksi yang diterapkan jika tidak hadir. Apalah artinya idealisme partai yang dijual saat Pileg. Yang diperjuangkan adalah kepentingan koalisi.

Pengamat mengatakan bahwa koalisi pasti tidak akan permanen sebagaimana kodratnya. Tapi kepentingan? Kepentinganlah yang akan mengabadikan koalisi dan kenyataan kekalahan itu telah  menjadi kekuatan besar untuk merecoki apa yang bertentangan dengan kepentingan koalisi tersebut.  Setelah mereka berhasil mengubah sistem yang berlaku semakin menyemangati mereka pada agenda yang lebih besar. Bahkan kekuatan mereka ini sudah digadang-gadang mengubah kembali sistem pemilihan Presiden menjadi tidak langsung. Gerakan koalisi ini pun dapat melibas semua penghalang kepentingan mereka termasuk KPK. Apalagi pembenci KPK telah berada dalam poisisi siap di kursi DPR.

Selama Jokowi Presiden, koalisi ini akan tegar.

Jelata boleh memilih wakil yang kredibel tapi kepentingan koalisilah yang menentukan.

Sekali lagi membentuk koalisi tidak salah, KMP juga tidak salah tapi gerakan balas dendam sangat berbahaya untuk dijadikan landasan para legislator untuk bekerja. Sehingga demi keutuhan koalisipun, orang-orang yang bermasalah dan terkait hukum tetap dapat terpilih. Petinggi di DPR telah ditentukan. Keterpilihan bukan karena kompentensi tapi karena rekomendasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun