Mohon tunggu...
Jeba
Jeba Mohon Tunggu... -

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Polisi di Zolimi

10 Mei 2014   19:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sayang terlalu jauh posisi saya untuk mengambil gambar. Giliran lampu merah saya cukup lama untuk melihat ke seberang ketika saya di lampu lalu lintas Bundaran Indosat Thamrin.

Seorang polisi menghentikan jeep Rubicon warna kecoklatan...tapi tidak sempat tanya macam-macam sang polisi malah disuruh terima telepon. Sang Polisi berjalan ke arah depan mobil sambil kelihatan serius berbicara dengan lawan bicara di telepon genggam tersebut. Saya lihat polisi tersebut melayani pembicara di seberang dan beberapa saat kembali ke arah supir Rubicon dan mengembalikan HP putih yang dipakai barusan.

Hari Jumat, sekitar pukul 14.26 kemarin. Kejadian ini menjadi bahan perbincangan kami. Kasihan tu Polisi kata supir kami. Kehilangan harga diri dan tidak ada wibawa sama sekali sebagai seorang petugas.

Indonesia banget kata temanku. Hukum hanya tidak mempan untuk orang tertentu. Apa susahnya kita taat hukum. Kalau sudah salah kenapa tidak mau menerima kesalahan dan mempermalukan aparat. Hal ini menjadi efek domino semakin berkuasa semakin menunjukkan otoritasnya untuk kepentingan yang salah dan bertentangan dengan hukum. Sebaliknya mendorong petugas untuk berlaku tidak profesional di lapangan.

Saya tidak tahu apa yang berkecamuk pada polisi itu tapi ini sebenarnya adalah hal yang serius.

Oleh sebab itu ketika ada Gubernur, Walikota bahkan aparat yang berpangkat tinggi taat pada hukum, termasuk pada hal sederhana antri sesuai kedatangan merupakan hal yang jarang dan ajaib di negeri ini. Memalukan sebenarnya tapi itulah yang ada di sekitar kita. Hukum tidak ada wibawa sama sekali. Mau siapapun pempimpinnya watak warganya juga sangat menentukan kemajuan dan moral suatu bangsa.

Mungkin polisi ini pun serba salah jika hendak bertindak tegas. Benar-benar posisi sontoloyo dan menjengkelkan jika polisi ini adalah polisi yang jujur dan hendak bertindak sesuai aturan. Saya pernah baca Sultan Jogya diberhentikan seorang polisi. Polisi tersebut serba salah tapi Sultan tetap meminta surat tilang. Teman-teman sejawat mengomentari sang polisi karena dianggap hal itu sebagai tindakan paling bodoh. Tapi Sultan justru mengganjarnya dengan pujian dan rekomendasi kenaikkan pangkat. Bukankah tindakan Sultan ini ajaib di negeri ini? Beberapa kali rombongan pejabat di bandara tidak diperdulikan apakah barang yang dibawa atau beratnya segimana tapi bisa melewati prosedur. Seolah jika ikut aturan, wibawa dan jabatannya tidak dihormati.

Melanggar prosedur, aturan dan sok kuasa adalah ciri khas 'petinggi-petinggi' (mungkin tidak semua) tapi lebih parah lagi orang yang 'memanfaatkan petinggi' untuk keselamatannya dari jerat hukum. Persis seperti yang dilakukan pengendara Rubicon tersebut. Mobil mewah dan mahal tapi mental tidak sekelas propertinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun