Seorang Budiman Sujadmiko menyampaikan bahwa seorang Superman tak akan cukup menyelesaikan permasalah Jakarta yang begitu besar. Dibutuhkan partai politik.
Sekarang, khususnya yang terganggu dengan fenomena Ahok Independen, memang cenderung fokus pada Ahok. Padahal Ahok sendiri dalam pernyataan-pernyataannya membutuhkan parpol. Hanya karena tidak ingin mengecewakan relawan-relawan muda yang begitu kuat keinginan berperan dalam nasib daerah mereka, Ahok luluh dan tergerak mengikuti kemauan mereka yang bergelora. Sampai larut malam Ahok berusaha menjelaskan tentang resiko tapi dasar anak muda, mereka terus mendesak karena ketakutan mereka terhadap nasib Ahok jika setia menunggu partai khususnya PDIP, tetapi  tidak memberikan kepastian. Sebenarnya parno juga, kenapa sampai sikap partai tidak dapat menenangkan mereka. Mungkin ada pengalaman-pengalaman buruk yang mereka lihat selama ini dengan komitmen parpol.
Setelah pertemuan sampai larut dengan relawan Teman Ahok, Saya melihat Ahok sudah pasrah  tidak perduli akan terpilih atau tidak. Hal itu telah menjadi nomor dua buat dia. Yang paling penting adalah semangat anak-anak muda ini tidak padam, kesungguhan mereka untuk berperan dalam penentuan masa depan daerahnya diapresiasi Ahok. Hubungan dengan Djarot (Wagub) dan hubungan dengan PDIP tidak dapat membendung Ahok untuk menghindari desakan Teman Ahok. Menang bukan lagi tujuan, tapi idealisme yang diperjuangkan.
Siapa sebenarnya orang-orang di Teman Ahok (TA) ini yang menyebabkan Ahok yang tegas ini tiba-tiba harus turuti kemauan  dibandingkan menunggu  pencalonan partai.
TA ini menjadi sesuatu yang serius karena ada hampir sejutaan warga DKI yang berada di barisan mereka. Dari hampir 7 juta pemilih, satu juta rela memberikan dukungan sebelum mengetahui lawan-lawan yang akan bertarung dalam pilgub DKI bahkan belum mengetahui pasti siapa pendamping Ahok selaku Wagub nantinya.
Masyarakat pasti mengetahui bahwa menyalurkan aspirasi politik adalah melalui partai. Nah kalau sampai ada gerakan signifikan tidak tertarik menyalurkan lewat partai, maka inilah yang patut dicari bukan dicecar ke Ahok. Siapa sih tu Ahok sampai bisa mempengaruhi banyak orang. Meskipun sikapnya yang seringkali dituding kasar, kenapa orang tetap memberikan dukungan. Apa yang menyebabkan mereka getol memberikan dukungan kepada Ahok, yang maaf meskipun keturunan Tionghoa dan non muslim. Bukankah ini harusnya jadi introspeksi partai? Ada apa dimasyarakat ini sehingga sebagian besar alergi terhadap parpol.Â
Ahok itu sejatinya tidak ada apa-apa tanpa pendukung. Dan apa yang menyebabkan sehingga dia memiliki pendukung bahkan militan, berani berkorban dengan gigih memperjuangkan agar Ahok kembali menjabat sebagai Gubernur DKI. Apakah dia melakukan praktek hipnotis, atau ada prestasinya yang dilihat masyarakat. Ini yang perlu ditelusuri. Apa saja yang menyebabkan orang tertarik dan kemudian menjadi fenomenal. Semakin ditentang partai semakin membawa sentimen positif untuk masyarakat mendukung Ahok.Â
Partai harus kepo dalam hal ini karena partai tanpa dukungan masyarakat, pasti akan bubar. Jangan terlena, sama seperti nasib Nokia yang tiba-tiba redup total dalam persaingan produk Handphone, atau  seperti ojek pangkalan yang tiba-tiba gusar dengan kehadiran Ojek Online yang telah mengubah cara melayani penumpang dan bertransaksi. Tanpa dicegah dan tidak bisa dihindari, kenapa karena dinamika masyarakat telah berubah. Keterbukaan dan kecepatan menjadi tuntutan, kemudahan akses dan perhatian adalah tuntutan jaman. Dan parpol meresponnya dengan gusar bukan mengevaluasi.
Ketika komisi III 'gusar' terhadap Ahok karena 'ngeyel' ketika mau dipanggil, bukan menurunkan simpati masyarakat terhadapnya bahkan semakin memihak apalagi kesan masyarakat terhadap DPR yang didalam survey menjadi salah satu lembaga korup, menjadikan Ahok tokoh perlawanan yang mewakili kekecewaan-kekecewaan masyarakat terhadap wakil-wakil rakyat yang tidak menunjukkan keberpihakan dan integritas sebagai wakil rakyat. Kenapa lebih banyak orang mendukung Ahok dalam hal-hal seperti ini? karena dirinya mampu memperlihatkan keterbukaan yang selama ini tidak dapat divisualkan oleh parpol yang semakin konsisten dalam praktek transaksional.
Jadi jangan cecar Ahok. Cari penyebab kenapa banyak pendukungnya yang militan dan tanpa ada struktur kuat seperti partai tapi mampu menggerakkan begitu banyak masyarakat dengan senang hati berpartisipasi aktif mendatangi posko-posko Teman Ahok untuk memberikan dukungan. Tatanan-tatanan yang dominan di era post modernisme ini cenderung runtuh dan banyak pihak masih terlena pada romantisme bahwa tatanan struktural tidak mungkin roboh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H