Mohon tunggu...
Jeanino Martin
Jeanino Martin Mohon Tunggu... Guru - Berbagi ide dan pemikiran

Seorang yang dapat mengekspresikan pemikirannya lebih baik dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Kau Pamit Pergi

21 Agustus 2021   10:15 Diperbarui: 21 Agustus 2021   10:22 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jakarta, 7 Agustus 2021.

Aku memimpikanmu dua malam yang lalu. Dalam mimpiku, kita tidak sengaja bertemu di sebuah mal, seperti sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu. Aku sangat senang melihatmu. Kau terlihat segar dan cantik, tetapi aku menyadari bahwa matamu menyiratkan kesedihan. 

Kita mengobrol tentang hal-hal biasa, sebagian besar tentang putriku, cucumu. Setelah beberapa saat, kau berkata, "Sudah waktunya aku pergi." Dan entah bagaimana aku tahu bahwa kau sedang mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya.


"Tidak! Tolong jangan pergi dulu!" aku memohon.


"Tapi sudah waktunya. Aku hanya harus pergi", jawabmu. "Aku tahu bahwa aku telah menempatkanmu dalam situasi yang tidak nyaman. Untuk itu, aku minta maaf. Aku berharap kau bisa memaafkanku."


"Tolong jangan katakan itu!" aku mulai terisak. "Aku sudah memaafkanmu sejak lama. Dan aku tidak menyimpan dendam." Aku memegang tanganmu dan menangis. "Aku juga minta maaf, untuk semua masa lalu yang buruk. Tolong, jangan pergi."


"Aku sangat senang mengetahui bahwa kau telah memaafkanku" katamu sambil mengenggam tanganku. "Selama ini kau telah kuat. Aku percaya kamu akan selalu kuat."


Lalu kamu memudar. Semuanya menjadi kabur. Aku terbangun dengan tubuh gemetar.


Sekitar beberapa jam sebelum tengah hari ini, aku harus menerima kenyataan bahwa kau telah pergi. 


Berita Dukacita

Ibu mertua saya lahir pada tanggal 13 Juni 1942. Beliau meninggal dunia hari ini, 7 Agustus, sekitar pukul 10:15 waktu Jakarta.
Dia mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Dia memiliki sembilan anak; tujuh putri dan sepasang putra kembar. Suami saya adalah salah satu putra kembarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun