Kebutuhan konsumsi akan bertambah seiring dengan bertambahnya pula jumlah penduduk. Namun, hal ini tidak diikuti dengan ketersediaan pangan yang memadai sehingga timbul permasalahan baru seperti kurang gizi, naiknya angka kematian dini, ataupun stunting. Untuk memecahkan persoalan tersebut, budidaya perairan, khususnya budidaya ikan konsumsi dapat menjadi sebuah opsi.Â
Budidaya perikanan konsumsi tidak bergantung pada stok yang ada dan membuat kebutuhan nutrisi, khususnya protein menjadi terpenuhi. Ikan di sini tidak hanya terbatas pada spesies ikan saja, namun juga mencakup berbagai organisme perairan lain seperti tiram, rumput laut, maupun udang.Â
Udang menjadi salah satu sumber pangan yang banyak dikonsumsi karena mengandung kebutuhan gizi yang baik bagi tubuh. Udang vaname mungkin tidak terdengar asing lagi bagi kita semua. Karena spesies tersebut adalah salah satu komoditas budidaya perairan populer. Spesies udang ini banyak digandrungi oleh khalayak umum karena cita rasanya yang enak setelah diolah.Â
Udang vaname atau Litopenaeus vannamei, merupakan bagian dari kelas Crustacea, ordo Decapoda, famili Penaidae, dan genus Litopenaeus. Udang ini memiliki kekhasan tersendiri dengan warna putih pada kakinya, sehingga terkadang disebut juga white leg shrimp atau udang kaki putih. Memiliki tubuh berwarna putih agak kekuningan dengan tekstur yang agak keras tetapi tipis, ukuran udang vaname bervariasi di sekitaran 30 cm.Â
Berasal dari perairan pasifik, kemudian mulai dibudidayakan di kawasan Asia mulai 1996 dengan mengimpor dari Hawaii ke Taiwan, lalu menyebar ke bagian Asia lain dan salah satunya adalah Indonesia. Untuk meningkatkan perekonomian, budidaya udang vaname yang potensial menjadi andalan dan prioritas pengembangan budidaya di Indonesia. Peran komoditas udang sangat signifikan dalam ekspor ke negara lain. Hal ini terbukti dalam data kontribusi nilai ekspor udang menurut BPS pada tahun 2012-2018 mencapai 36,27%.Â
Selain dalam bidang ekonomi, komoditas udang juga membantu dalam pemenuhan gizi bagi masyarakat. Menurut Gunalan et al. (2013), udang vaname mengandung 35,69% protein, lemak sebesar 19%, karbohidrat sebesar 3,20%, air 76,2%, selain itu juga terdapat berbagai macam kandungan mineral esensial untuk mempertahankan sistem koloid dan keseimbangan asam-basa, asam amino, serta fatty acid atau asam lemak.Â
Dengan beragam keunggulan, seperti cepatnya laju pertumbuhan, tahan terhadap penyakit, dapat dibudidayakan dalam padat penebaran tinggi sehingga mampu memanfaatkan ruang dan pakan dengan efisien, toleran terhadap salinitas, pemeliharaan yang relatif singkat (90-100 hari), kebutuhan protein yang rendah sehingga cenderung herbivorus, dan keseragaman ukuran panen yang membuat hemat pakan, membuat pemerintah secara legal menetapkan udang vaname sebagai jenis unggul untuk dikultur di Indonesia per tanggal 12 Juli 2001 melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 41 tahun 2001.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H