Menurut Komnas PA, setidaknya ada 16.000 kasus bullying yang dilaporkan di lingkungan sekolah, dan angka ini hanya untuk tahun 2023. Apakah kita ingin angka ini bertambah karena kita melakukan bullying terhadap teman kita sendiri Saya yakin kita tidak ingin semua ini terjadi, baik itu terhadap diri kita sendiri, teman terdekat kita, dan siswa lainnya juga. Apakah kita masih akan terus melakukan bullying?
Saya yakin semua orang sudah familiar dengan apa itu bullying. Ada banyak jenis bullying, seperti bullying fisik dan verbal yang mudah dikenali dan dapat ditemukan dengan cukup mudah, bullying sosial, cyberbully, bullying rasial, bullying agama, atau bahkan bullying seksual dan disabilitas. Dan mari kita bersikap realistis, bullying meninggalkan bekas luka, dan ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal. Baik itu luka fisik atau luka mental, keduanya memiliki bahayanya sendiri, risikonya, dan faktor-faktor lain yang dapat Anda hitung. Dengan atau tanpa persetujuan kita sendiri, sebagian besar dari hal-hal tersebut memang terjadi, atau setidaknya kita pernah menyaksikan situasi seperti itu terjadi. Saya berharap tidak ada dari kita di sini yang menjadi korban, atau bahkan pelaku bullying. Maka disini, saya akan mencoba menjelaskan kenapa bullying itu suatu hal yang buruk.
Bullying bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental dan psikologis. Ada banyak alasan mengapa bullying terjadi, dan berdasarkan bagaimana korban dan pelaku menangani masalahnya, bullying dapat menyebabkan banyak kemungkinan. Jika tidak ditangani dengan baik, ada kemungkinan besar korban akan mengalami beberapa masalah kesehatan mental seperti kecemasan, harga diri rendah, depresi, dan lainnya. Ini mungkin masalah kecil, tetapi ingat dalam jangka panjang, hal itu dapat menyebabkan konsekuensi lain bagi korban, dengan kasus ekstrim adalah korban bullying memiliki pikiran untuk bunuh diri atau bahkan menjadi pelakunya. Dalam beberapa kasus, korban ini mengembangkan diri dan malah menindas orang lain, sehingga ini menjadi siklus yang tidak ada habisnya.Â
Selain itu, studi yang dilakukan oleh Brown dan Taylor (2008) menunjukan bahwa korban bullying memiliki pendapatan yang lebih rendah pada umur 23 tahun hingga 33 tahun dibandingkan dengan orang yang bukan merupakan korban bullying pada jangka umur yang sama, dan penurunan pendapatan ini akan konstan terjadi hingga umur 42 tahun. Ini menunjukan bagaimana bullying bisa memiliki efek yang sangat besar pada dunia seorang siswa yang memiliki efek jangka panjang.Â
Selain itu, seseorang bisa kehilangan minat terhadap apa yang mereka sukai. Mari kita ambil contoh tentang ini, A senang melakukan sesuatu yang saya anggap menarik, tetapi kemudian B dan C akan menindas A dan menyebut hobi A membosankan, tidak menarik, bodoh, dan banyak kemungkinan alasannya. Ini dapat menyebabkan A tiba-tiba berpikir bahwa apa yang A lakukan itu membosankan dan tidak berguna dan kehilangan minat terhadap hobi tersebut.Â
Bullying juga bisa menyebabkan tindakan kriminal. Bullying dapat menyebabkan perubahan pola pikir, tentang apa yang baik dan apa yang tidak. Hal ini menyebabkan korban menormalkan beberapa hal lain yang seharusnya tidak baik seperti terus melakukan bullying, atau lebih buruk lagi, melakukan tindakan kriminal. Di bawah tekanan, korban mungkin melakukan tindakan kriminal seperti mencuri. Tindakan penembakan sekolah di Amerika Serikat sering terjadi karena berasal dari efek stres dan tekanan yang terjadi. Eric Haris dan Dylan Klebold bahkan melakukan penembakan sekolah di Amerika Serikat karena efek jangka panjang dari tekanan dan stres dan bullying
Namun, banyak orang berpikir bahwa bullying meningkatkan ketahanan mental. Mereka merasa bahwa bullying akan bagus dalam jangka panjang. Ini memang benar terjadi namun hanya untuk segelintir orang yang sudah memiliki ketahanan mental yang bagus dan alasan lainnya lagi. Bagi kebanyakan korban, ini malah menurunkan mental dan malah memberi dampak negatif yang cukup besar dan signifikan.
Maka bila saya simpulkan, bullying bukanlah tindakan mulia untuk dilakukan. Bullying bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental dan psikologis, pendapatan yang lebih rendah dalam jangka waktu panjang, kehilangan minat, dan tindakan kriminal. Sebagai generasi muda, kita memiliki kemampuan untuk mengatur bagaimana generasi kedepannya. Kita juga yang mengatur apakah tindakan bullying mau dilanjutkan kedepannya atau dihentikan hingga sampai kita saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H