Sekolah menjadi wadah aspirasi bagi siswa untuk membuka sayapnya dan menjelajahi langit bakatnya
Sekolah adalah salah satu tempat yang menjadi wadah perkembangan sikap siswa dalam perjalanan hidupnya. Sekolah juga menyediakan banyak sarana dalam melakukan perkembangan sikap ini. Perkembangan tidak selalu dilakukan dalam konteks ruang kelas, bisa saja dilakukan di luar lingkup sekolah, seperti kegiatan ekstrakurikuler.Â
Kolese Kanisius menyediakan banyak ekstrakurikuler sebagai sarana perkembangan siswanya dengan salah satunya berupa Paduan Suara. Bagi beberapa siswa, Paduan Suara hanyalah ekstrakulikuler yang bisa dianggap remeh dan tidak berguna. Bagi beberapa orang pula, Paduan Suara hanyalah ekstrakulikuler tidak berguna. Bagi saya, Paduan Suara mengajarkan banyak nilai positif.
Paduan Suara SMA Kanisius, yang dikenal juga dengan nama Persevera, adalah ekstrakulikuler Paduan Suara yang terdiri dari anak SMA Kolese Kanisius dalam berbagai bidang suara yang dipilih. Meskipun tercatat dalam ekstrakulikuler, Paduan Suara bisa dibilang sangat sering dipanggil dan diminta untuk bertugas dalam berbagai acara yang ada, mulai dari konser, misa, acara perayaan, bahkan 17an. Selain itu, Paduan Suara juga banyak melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak dari luar atau dalam Kanisius untuk menampilkan suatu pertunjukan bersama-sama.Â
Putri Malu yang "Malu-malu" menutup daunnya
Putri malu merupakan sebuah tumbuhan yang dikenal sebagai tumbuhan yang sangat malu. Salah satu gerak yang dilakukan adalah "menutup" daunnya apabila disentuh, ditiup, atau dipanaskan. Ini terjadi karena adanya perubahan tekanan turgor pada tulang daun yang kemudian dirasakan juga oleh daun lain dalam sebuah tanaman yang sama. Dengan gerakan ini, putri malu bisa menjaga keberadaan dirinya dari "interaksi" dari makhluk hidup lain.Â
Dalam pengalaman hidup saya, ini mengandaikan bagaimana saya sebagai sebuah putri malu yang "menutup" daun kehidupan di tengah keramaian teman-teman. Di saat siswa lain membuka lebar daunnya untuk menyambut keadaan dunia, teman, dan kondisi sosial yang baru, saya malah menutup daun hidupku dalam zona yang nyaman dan tidak berani mencoba mengenal dunia sekitarku. Jangankan bertemu dengan orang asing, bertemu dengan teman seangkatan saja sudah sering malu-malu. Apalagi kalau kemudian diminta untuk berbicara di depan banyak orang.
Melalui Persevera, banyak kondisi yang memaksa adanya perubahan. Persevera mengenalkan saya dengan banyak teman seangkatan dan berbeda angkatan yang juga tergabung dalam Persevera dan bisa akrab satu sama lain. Saya juga bisa mengenal dan akrab juga dengan siswa dari sekolah lain meskipun dalam jumlah dikit. Selain itu, saya bisa menjadi lebih percaya diri dalam bernyanyi apabila suara kurang terdengar jelas, hanya sedikit yang menyanyikan bagian tertentu, dan berbagai alasan lain. Selain itu, saya bisa membangun percaya diri untuk bisa tampil dalam acara konser, tugas menyanyi secara harian, dan mengambil tanggung jawab dalam berbagai aktivitas meskipun di bawah tekanan banyak hal-hal lain dalam kehidupan sebagai siswa.Â
Sekolah bukanlah menjadi suatu kewajiban yang "terpaksa dipenuhi", melainkan menjadi sarana agar siswa membuka "daunnya" dan mengepakkan sayapnya agar bisa terbang melesat di udara. Dengan ini, langit cita-cita bisa digenggam dalam tangan, sekalipun itu adalah langit ketujuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H