Mohon tunggu...
Ze
Ze Mohon Tunggu... Mahasiswa - Yogyakarta State University

A long-life learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Boikot Yang Marak Terjadi Kini Menjadi Kontroversi

8 Juni 2024   14:16 Diperbarui: 8 Juni 2024   14:16 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gerakan boikot terhadap produk Amerika yang berafiliasi dengan Israel kini tengah menjadi kontroversi panas. Gerakan ini didasari sebagai upaya untuk menekan pemerintah Amerika Serikat agar berhenti membiayai senjata yang digunakan oleh Israel untuk menyerang Palestina. Para pendukung gerakan boikot ini percaya bahwa gerakan ini dapat menghentikan atau setidaknya menghambat aliran uang ke perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel. Mereka juga berharap melalui gerakan ini dapat mengubah kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam konflik Israel-Palestina.

Namun, gerakan boikot terhadap produk afiliasi Israel ini juga mendapatkan banyak kritik dan menimbulkan kontroversi. Pihak yang tidak mendukung gerakan ini berpendapat bahwa gerakan ini dapat memicu kerugian bagi karyawan, seperti hilangnya mata pencaharian. Ada yang mengkritik bahwa gerakan boikot ini bahkan membuat banyak karyawan terkena PHK akibat penurunan jumlah pengunjung dan pelanggan.

Di sisi lain, para pendukung gerakan ini berpendapat bahwa penurunan pendapatan perusahaan yang berafiliasi dengan Israel adalah bagian dari tujuan utama boikot. Mereka yakin bahwa dengan menurunkan pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut, tekanan ekonomi akan memaksa mereka untuk berhenti berafiliasi dengan Israel. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan menghentikan afiliasi agar kembali menarik perhatian pembeli. Sayangnya, hingga kini belum ada perusahaan yang secara terbuka menyatakan sikap terkait boikot ini, sehingga gerakan boikot masih terus berlanjut dengan intensitas tinggi.

Secara keseluruhan, gerakan boikot terhadap perusahaan yang terafiliasi dengan Israel memiliki niat terpuji dengan mengedepankan kemanusiaan dan keadilan bagi warga Palestina, meskipun menimbulkan kontroversi dari berbagai sudut pandang. Para pendukung juga berpendapat bahwa hanya melalui gerakan ini mereka bisa membantu warga Palestina jika tidak bisa membantu secara langsung. Mereka berharap bahwa tekanan ini akan mendorong Amerika Serikat untuk mengubah kebijakan luar negerinya terkait konflik Israel-Palestina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun