Radiapoh Hasiholan Sinaga Bupati Simalungun Melayani Dengan Hati
Sulit mencari padanan kalimat yang cocok menggambarkan (untuk tidak mengatakan kalimat yang bertendensi memuja secara berlebihan) tentang sosok seorang bupati Simalungun yang memimpin daerah kabupaten Simalungun saat ini. Yaitu Radiapoh Hasiholan Sinaga. Bupati yang akrab disebut dengan RHS, yaitu singkatan dari Radiapoh Hasiholan Sinaga hasil pilihan rakyat pada Pemilu 2020 yang lalu, mendapat perolehan suara mutlak dari calon-calon lain yang diikuti empat kandidat pada pemilihan umum 9 Desember 2020 itu.
Dengan perolehan suara sejumlah 194.000 lebih, perolehan ini membuat perolehan kandidat lain terseok-seok dan harus pasrah tertinggal jauh di belakang. Perolehan suara sebanyak ini, membuat banyak kalangan terhenyak. Bagaimana tidak, sosok RHS yang sebelumnya - dikalangan awam, RHS tidak begitu dikenal. Namun, dikalangan kaum agamawan berbagai agama ternyata RHS sangatlah dekat dan dermawan. Kedekatan dengan kaum agamawan berbagai agama dan kedermawanannya dilakukan dalam berbagai bentuk. Seperti memberangkatkan umroh ke tanah suci penganut agama Islam dan memberangkatkan wisata rohani para pendeta atau penginjil ke tanah suci Jerusalem.
Menjadi pemimpin sentral di kabupaten yang berpenghuni sebanyak lebih kurang 1.100.000 penduduk dengan tentunya, jumlah pegawai yang sebanding sangat banyak, kelihatan tidak begitu sulit bagi RHS membawa kemudi pemerintahan dengan gerbong yang sangat panjang. Terasa sekali, sepanjang masa kepemimpinannya - yang karena peraturan perundang-undangan, hanya sepanjang 3,5 tahun, pembangunan berbagai sektor berlangsung tepat sasaran. Penanganan infrastruktur jalan yang oleh bupati-bupati sebelumnya terlantar dan tidak menjadi bahan pikiran - seperti jalan-jalan kecamatan dan jalan kampung, diurus dan dirawat dengan semangat gotong royong yang pada masyarakat adat suku Simalungun disebut Marharoan Bolon.
Kembali pada judul tulisan ini diatas - melayani dengan hati, tampaknya kalimat itu tidaklah berlebihan. Pengamatan berbagai kalangan, dan pengalaman para pegawai mau pun para tenaga honorer di organisasi pemerintahan Kabupaten Simalungun yang dapat dirangkum lewat pengakuan mereka kepada penulis, menggambarkan pengalaman yang kondusif. "Pengangkatan dan penempatan pejabat eselon hingga struktur paling rendah tidak ada motif uang pelicin. Kedudukan kita hingga habis masa jabatan pak bupati berlangsung lestari. Kita nyaman mengerjakan tugas sebagai aparatur pelayan masyarakat". Kata seorang PNS di Pemkab Simalungun yang enggan disebut namanya.
Bila disebut RHS melayani dengan hati tampaknya itu sebagai kalimat penghargaan yang sangat tinggi dari masyarakat. Kebijakan yang bermuatan melayani dengan hati ini dapat dirasakan para pegawai PPPK pada penyerahan SK PPPK pada bulan Agustus 2024 yang lalu. Sejumlah 4000 tenaga pegawai PPPK yang diangkat oleh pemerintah menerima SK pengangkatan dari RHS tanpa membebani dengan bayaran uang pelicin alias gratifikasi. Kita boleh berasumsi pasti banyak kepala daerah yang ngiler dengan potensi sejumlah 4000 ini akan dikalikan - katakan saja - 30 juta rupiah setiap satu SK PPPK. Maka dikantongi uang sebanyak 120 Milliard rupiah dan sangat seksi menjadi modal mengikuti kontestasi pemilihan kepala daerah. Tapi di Simalungun, RHS tidak melakukan tindakan serendah itu dan dia mengedepankan unsur hati dan nurani dalam bekerja. RHS terus memulai kebaikan.**
*Penulis adalah pengamat pemerintahan bertempat tinggal di Sondi Raya. Juga aktif sebagai aktivitas sosial pada bidang pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H