Enam warga Kabupaten Karo, datang jauh-jauh dari Sumatera Utara siang ini ke Jakarta menyampaikan aspirasi terkait jalan rusak di daerah mereka di Liang Melas Datas. Mereka juga membawa oleh-oleh satu truk buah jeruk untuk saya. Terima kasih untuk oleh-olehnya ---Â Twitter Presiden Joko Widodo (@jokowi), 6 Desember 2021
Heboh dan menjadi trending di media cetak dan elektronik (sosial) terhadap aksi warga Liang Melas Datas, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang mendatangi Istana Negara berikut oleh-oleh jeruk manis untuk diberikan kepada Presiden Joko Widodo. Tidak tanggung-tanggung, oleh-oleh jeruk manis yang dibawa adalah satu truk seberat 3 ton yang merupakan sumbangan panen warga.
 Aksi "protes" ini adalah upaya menyuarakan aspirasi para warga masyarakat di sana yang mengeluhkan infrastruktur jalan yang rusak. Konektivitas yang tidak lancar membuat pendistribusian hasil-hasil pertanian khususnya jeruk menjadi terganggu sehingga meningkatkan biaya produksi.
Persatuan Masyarakat Liang Melas Datas adalah merupakan gabungan dari beberapa Desa di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo dengan suku Karo yang identik sebagai petani dengan hasil pertanian khususnya buah-buahan dan sayur-mayur yang sudah dikenal baik di dalam dan luar negeri.
Menyediakan sumber pangan dan menghabiskan banyak aktivitas di perladangan atau perkebunan dengan mayoritas bergantung sebagai petani adalah menjadi ciri khas daerah ini.
Orang Karo sangat menghormati dan menghargai tanah pertanian sebagaimana diyakini bahwa manusia adalah berasal dari tanah dan berakhir (meninggal dunia) menjadi tanah kembali. Sebuah filosopi kehidupan yang membuat pekerjaan sebagai petani adalah sesuatu yang mulia.
Sebuah relasi antara usaha dan juga bergantung sepenuhnya pada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mendatangkan keberkahan atas hasil panen yang baik di kemudian hari.
Bagi masyarakat Karo, di ladang yang dikenal dengan istilah "juma"Â adalah layaknya tempat mencari rezeki demi keberlangsungan kehidupan. Bagi orang Karo, juma layaknya sebagai tempat berinteraksi antara sesama pemilik (petani lainnya yang lahannya berbatasan), pekerja upahan/harian dan tentunya Sang Khalik sebagai pemilik kehidupan.
Petani pada umumnya adalah pemilik dan sekaligus sebagai  pekerja. Hal inilah yang membuat keyakinan dan jiwa wirausaha bagi petani Karo adalah sebuah kisah sejarah yang telah terbentuk dalam adat istiadat dan budaya orang Karo.
Bukan tidak sedikit para pegawai pemerintahan atau swasta sekalipun tidak pernah meninggalkan pekerjaannya sebagai petani. Bahkan tidak jarang lebih memilih dan mengutamakan ke ladang dari pada harus dihadapkan pilihan dengan naik karir namun harus jauh pindah (meninggalkan) lahan pertaniannya. Ladang tidak saja dipandang sebagai tempat bekerja (sumber mata pencaharian) tapi juga adalah tempat aktualisasi diri, kemerdekaan dan berinteraksi sosial sesama warga dengan tingkat solidaritas kolektif yang terjaga baik.