Bahkan korelasi antara si cantik (yang baik hati) dan si pintar di era penuh kompetisi saat ini menjadi sesuatu yang wajar dan oleh semua calon angkatan kerja telah dipersiapkan dengan matang dan tersedia di pasar dunia kerja. Self assessment dan tes psikologi yang memadai adalah cara mudah membuktikannya.
Kedua adalah terkait karyawan kehilangan kesan menarik pasca menikah. Kembali ke awal bahwa sejatinya masalah cantik atau menarik adalah ideologi atau pandangan tersendiri dari seorang pribadi. Entah itu karyawan pria atau wanita pada umumnya seakan tenggelam dan jatuh pada titik nol untuk memelihara fisik yang menarik setelah menikah atau faktor termakan usia. Sesuatu yang alamiah memang namun tak seharusnya menjadi sebuah alasan untuk menjadi korban. Karena pada beberapa orang menjaga tubuh secara baik atau tetap berpenampilan baik bukanlah tergantung dimana dan apa profesinya.Â
Sudah menjadi karakter dan jiwa. Dalam tahapan ini harusnya dihargai dan menjadi pembeda baik dalam hitungan penilaian kinerja bahkan dasar mempromosikan seseorang yang bertugas di layanan. Tunjangan khusus untuk menjaga penampilan tubuh para garda terdepan layanan itu wajib hukumnya berbeda dengan yang bukan di bidang tersebut.Â
Sangat sepakat dengan istilah "cantik itu mahal" ada kemauan dan penuh pengorbanan dan kedisiplinan hidup. Dan setiap pengorbanan harusnya diberi penghargaan. Sebuah ganjaran bila memang tidak mau menjadi sebuah bully-an atau terhindar dari stigma Bank yang karyawannya terkena body shaming.
Dalam banyak pengalaman terjadinya body shaming dalam gurauan maupun kritikan termasuk menjadi "cara nakal" (menyediakan timbangan berat badan di ruangan penyelia) di internal karyawan tak jarang pula di lingkungan bisnis bank yang sejenis. Terlepas apakah kemudian akan membuktikan optimalisasi akan mengalami peningkatan langsung terhadap kinerja keuangan bank namun bagi saya secara pribadi lagi-lagi ini adalah menjadi personal branding yang akan memperkuat nama dan keunikan tersendiri sebuah bank. Semoga bermanfaat.
Medan, 7 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H