Aku menatap dan mataku berkaca-kaca kala dalam deru dan debu disekelilingku,
Tembok dan dinding megah penuh menara tempat sujud sembah menyentuh tanah,
Keringat dan air mata dalam sorak-sorai penuh keagungan menempuh jarak menyalakan asa,
Seketika jua suara bergema melukiskan senja penuh dengan kilatan bermandikan busur panah api,
Menembus malam bersama angin dan bintang seolah terkejut tanpa sapa menyisakan pilu,
Aroma mesiu menyusup hati melampiaskan amarah yang merapuh dalam dendam yang membelenggu,
Tiada rasa tak perlu kata membidik nyawa yang jatuh bersimbah darah teriring sajak penuh nestapa,
Ratapan sabda dalam semua tanya tanpa ampun mengiris tangis disambut tawa dari balik khianat,
Sebentar membela yang lain bercanda penuh riang di ujung tahta dengan darah, nafsu dan serakah,
Dimanakah rupamu yang sejati sebagai tercipta dengan belas kasih tiada batas membangun nurani?
Tak kah pernah engkau tahu betapa Dia yang tersembunyi merenungi cakrawala dalam kerisauan?