Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Pendidikan dan Tantangan Peradaban

1 Mei 2021   07:30 Diperbarui: 12 November 2021   06:22 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah atau dunia pendidikan adalah sebuah proses pembentukan karakter dan budi pekerti yang bukan hanya didapat karena fasilitas, gedung, guru, atau infrastruktur lainnya. Diluar sekedar lembaga pendidikan formal, keberadaan sekolah memerlukan kepedulian seluruh stakeholder serta bahu membahu untuk memajukan pendidikan sebagai modal utama kemajuan bangsa. 

Sebuah peradaban juga akan diukur dengan dunia pendidikan yang berhasil bukan hanya seberapa banyak institusi tersebut berhasil memproduksi lulusan atau ijazah.

Sebagai orang tua di masa pandemi Covid 19 merasa sangat sedih bercampur pilu melihat pendidikan yang meski tetap berjalan dengan metode daring. Anak-anak yang merupakan generasi penerus dengan keterbatasan pemikiran atau logika mau tidak mau mendapatkan pendidikan lewat pembelajaran tanpa tatap muka, menyelesaikan tugas lewat smartphone dan berinteraksi dengan guru dan teman-teman lainnya pada layar terbatas. 

Kalau harapannya untuk menyelesaikan tugas dan kemudian dievaluasi dengan sebuah rapor baik bulanan, triwulanan dan semesteran ataupun tahunan sebagai parameter kenaikan kelas namun justru memiriskan hati. Nilai-nilai bersekolah jauh dari hanya sebuah angka pada rapor ataupun mengerjakan tugas. Bagi saya yang bukan ahli pendidikan menganggap hal yang justru kedepannya menjadi sebuah kehidupan yang terhilang dari sebuah generasi daring tanpa ekspresi dan relasi.

sumber : dokpri JBS
sumber : dokpri JBS
Saya ingat betul saat bersekolah baik dari SD sampai perkuliahan berbangga dengan angka-angka pencapaian dalam rapor. Belum lagi dengan label juara atau berprestasi yang kala itu menjadi sebuah tujuan membanggakan baik buat diri maupun orang lain. Namun semua itu tidakkan berarti bila dibandingkan dengan pengalaman mengikuti rangkaian proses pembelajaran yang sesungguhnya. 

Dari mulai kedisiplinan berpakaian, mengerjakan tugas, bertemu dengan teman-teman yang beraneka ragam baik kelas sosial dan pengetahuan, mengikuti ekstrakurikuler, kegiatan siswa, dan banyak lainnya. Yang jauh dari sebuah pencapaian angka semata dan label lulus.

Lalu seakan apa yang pernah dialami dulu begitu sirna dengan kondisi saat ini. Pandemi dengan dampaknya seolah meluluhlantakkan dan mengubah secara revolusioner kebiasaan dan pengalaman yang pernah ada. 

Apakah kecanggihan yang ditawarkan akan menggantikan interaksi sosial dan komunikasi dua arah sebagai sebuah evaluasi antara guru dengan siswa?

 Bukankah pengalaman dengan teman-teman sejatinya juga adalah sebuah pendidikan sosial yang bermanfaat? 

Banyak dan banyak pertanyaan lainnya yang tidak bisa menyempurnakan sebuah proses pembelajaran dalam dunia pendidikan itu sendiri.

Saya juga hampir putus asa dan tidak berharap banyak kemanakah akhirnya pembelajaran dan dunia pendidikan ini bila era ini terus berlanjut. Dimana salah satu yang menjadi tantangan terberat adalah perkembangan teknologi itu sendiri yang mengancam warisan pendidikan kepada generasi penerus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun