Derasnya informasi dari media sosial seharusnya memberikan informasi yang dibutuhkan. Namun satu sisi yang lain bila tidak dalam pengawasan dan kebijakan yang tidak populis seharusnya pula dibatasi oleh pemerintah.
Bagaimana tidak dampak negatif beberapa aplikasi media sosial tanpa menyebutkan titel justru merusak dan menghancurkan para generasi yang masih dikatakan mencari jati diri dan berada pada titik labil menngapai sebuah nilai yang diyakini baik.
Sepengetahuan saya bahwa dunia pendidikan juga adalah fundasi dari terbentuknya sebuah peradaban.Â
Peradaban sebagai perkembangan manusia baik secara mental, moral dan akal. Kesemuanya itu sangat kompleks dan sebuah proses yang alami terjadi. Dan sekolah ataupun institusi pendidikan yang sebagai garda terdepan pembentuk karakter dan peradaban.Â
Lihat saja mengukur peradaban sebuah bangsa secara umum, dan sebuah kota secara khusus dengan mudah diukur kemajuan manusianya dengan melihat kemajuan dan keseriusan pemerintah setempat terhadap kemajuan dunia pendidikannya.
Kota-kota tersebar di Indonesia dan dunia yang kemudian menjadi ramai dan maju karena memiliki sekolah-sekolah teranyar yang menjadi tujuan orang tua juga calon siswanya. Hal ini seakan-akan membuktikan antara perkembangan pendidikan di kota tersebut berbanding lurus dengan peradaban. Menjadi magnet tersendiri dan kemudian menjadi ikon kota bahkan sebuah bangsa.
Kemajuan pendidikan juga adalah kemajuan akal sehat berdasarkan ilmu pengetahuan dengan unsur pengembangan dunia riset atau penelitian secara ilmiah.
Sebuah pola pembentukan berpikir dengan bukan asalan saja, yang kemudian membuat seorang pribadi menjadi terlatih mengambil keputusan dengan nalar yang terasah. Membentuk karakter yang tidak anti sosial dan kaya dengan inovasi dan kreasi. Membumi dan berinteraksi memberikan solusi dan nilai-nilai yang mumpuni untuk diteladani. Kompleks dengan seluruh faktor manusia yang sangat humanis dengan ekosistemnya.
Kemanakah muara dunia pendidikan ini di tengah-tengah peradaban yang mulai berganti?
Sebuah pertanyaan dengan berjuta jawaban dan tantangan. Perenungan dan harapan yang tersisa membawa kita untuk mencoba lebih mendalam menyikapinya. Tanggungjawab kemajuan pendidikan dan peradaban yang masing-masing dari kita sebagai pelakunya untuk mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Kalaupun masa pandemi ini masih terus berlangsung sudah waktunya sebagai orang tua mengambil alih tanggung jawab seorang guru, dan seyogyanya memang begitu adanya.
Kemajuan pendidikan anak menjadi beban moral di pundak kita. Keterbatasan interaksi dan komunikasi para pengajar mau tidak mau menjadi sebuah pekerjaan rumah yang wajib diajarkan kepada para generasi penerus. Mampu atau tidak dengan keterbatasan waktu antara pengajaran dan sibuk bekerja menjadi sebuah tantangan serius untuk membawa generasi ini ke tujuan akhir menciptakan peradaban baru yang seharusnya lebih baik.