Seperti biasa berangkat menuju ke kantor dan berjibaku melalui kemacetan dan hiruk pikuk perkotaan. Beberapa karyawan berburu waktu agar datang dengan disiplin sebagaimana aturan absensi yang telah ditetapkan.
Di parkiran masih juga sebagian mencoba merapikan pakaian dinas dan juga ada yang masih menyempatkan sarapan, kemudian berdandan, dan segera bergegas membawa tas, laptop, dan pernak-pernik lainnya yang mendukung tugas rutinitas di kantor.
Sebuah hal “horror” yang biasa dijumpai saat pagi hari di kawasan perkantoran di beberapa kota besar termasuk di kota tempat saya tinggal. Pagi hari adalah jam-jam neraka bagi pekerja dengan beban psikologis meninggalkan rumah dan keluarga (termasuk anak-anak).
Setidaknya bisa untuk mencukupi kebutuhan primer sehari-hari, sedikit lebih beruntung memiliki tabungan, dan pada level yang lebih tinggi memiliki investasi jangka panjang seperti mobil, rumah, apartemen dan asuransi pendidikan atau kesehatan.
Pada akhirnya tujuan untuk mendapatkan upah atau penghasilan yang layak akan menjadi tujuan untuk hidup yang layak, bergengsi dan prestis.
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, pegawai lulusan universitas memperoleh rata-rata upah tertinggi yaitu sebesar Rp 4,4 juta per bulan. Pekerja lulusan Diploma I/II/III/Akademi sebesar Rp 3,4 juta perbulan.
Sementara untuk jenjang menengah, lulusan SMK mendapatkan rata-rata sedikit lebih tinggi dari SMA. Tercatat upah yang diterima dari SMK sebesar Rp 2,73 juta dan SMA sebesar Rp 2,68 juta per bulan.
Ternyata strata pendidikan masih berbanding lurus dengan tingkat penghasilan atau upah yang diterima oleh setiap pekerja.
Fakta yang sampai saat ini masih berlaku secara umum bahwa latar belakang pendidikan seseorang masih menjadi faktor utama oleh setiap perusahaan sebagai alat ukur untuk menentukan sebuah kompetensi yang berkorelasi dengan imbal hasil yang diterima pekerja.
Sebuah fakta yang masih diperdebatkan terkini apakah benar kompetensi itu juga berkorelasi dengan konstribusi maksimum terhadap pencapaian kinerja di sebuah perusahaan dengan mempekerjakan pekerja yang level pendidikan lebih tinggi.