Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Kompetensi atau Relasi?"

20 Maret 2021   08:07 Diperbarui: 4 April 2021   15:20 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegagalan kompetensi karena sering menyanjung di sudut pandang yang salah. Kompetensi seharusnya berbagi dan bukan buntu dan hanya bermuara pada diri sendiri. Dalam banyak kasus, saat mengamati para pekerja yang lebih jenius dan berasal dari sebuah kampus atau sekolah yang lebih hebat sering beranggapan kompetensi adalah ibarat berdiri diatas bukit. Memandang orang lain jauh lebih kecil dari dirinya dan pada kesempatan yang sama orang lain juga memandang dia kecil pula. 

Kompetensi, kepintaran atau keterampilan pada akhirnya mengalami kegagalan saat membangun persepsi salah dimana kepintaran dikordinatkan pada titik nol yaitu pada titik kesendirian, gagal dengan dunia yang saling terkait dan membutuhkan. Hal ini karena sesungguhnya setiap kompetensi adalah keunikan yang dapat dikembangkan lebih baik demi mengaktualisasikan diri.

Kompetensi tanpa berbagi sulit memperluas relasi. Memiliki determinasi sehingga orang membutuhkan saat kebuntuan dalam mencari solusi.

 

Relasi, hanya punya orang kaya sajakah?

“Relasi = hubungan, perhubungan, pertalian”

Dari pengertian diatas, saya membagi relasi kedalam 2 bahagian besar. Pertama, relasi dengan status “given” yaitu relasi atau pertalian karena anugerah, terlahir sendiri dan tidak ada yang bisa menghalangi atau menentukan. Sebuah rejeki tersendiri terlahir dalam sebuah relasi karena persaudaraan langsung dan strata lingkungan sosial yang lebih tinggi dari orang lain. Misalnya seorang pangeran yang terlahir sebagai orang maha kaya yang tentunya secara langsung tanpa upaya apapun akan memiliki jaringan dan relasi dengan raja maupun golongan ningrat lainnya. Kedua relasi dengan status “not given” identik dengan membangun sebuah pertalian atau hubungan kekerabatan dengan upaya sendiri. Banyak kisah relasi ini terbangun secara emosional dari sebuah pertemanan.

Hampir dipastikan bahwa sebuah relasi baik yang sifatnya “given” maupun “not given” adalah menjadi keharusan akan sebuah kunci kesuksesan dalam banyak hal. Baik di bidang pekerjaan/usaha apapun dan dimanapun saat ini. Karena tidak ada yang bisa memonopoli terhadap faktor-faktor produksi dalam bisnis apapun. Sehingga relasi akhirnya membuat sebuah kumpulan yang disebut jaringan terkoneksi.

Tidak mudah untuk memulai masuk dalam sebuah relasi. Dimana unsur dasar kuat yang menjadi mandatori adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, memiliki komitmen dan karakter yang orang lain lihat sehingga dapat dipercayai. Membangun relasi antara sesama mereka yang termasuk relasi dengan status “given” adalah hal yang mungkin tidaklah sulit. Anugerah ini adalah sebuah modal yang kuat untuk menjadi lebih baik dari mereka yang tidak memilikinya.

Dok. JBS
Dok. JBS
Perhatikan saja hampir semua konglomerasi akan menjadi turun termurun bahkan ukuran kesuksesannya adalah estafet 3 generasi. Terbentuknya dan terpeliharanya konglomerasi pada banyak contoh baik di Indonesia maupun dunia adalah jaringan terkoneksi karena relasi yang bersifat “given” diwujudkan dengan perkawinan antara anak maupun keturunan antara konglomerasi tersebut. 

Khusus di Indonesia hal ini sudah membudaya bahkan yang paling jamak dilakukan agar sebuah relasi dan jaringan yang terkoneksi tetap terpelihara. Dalam praktiknya baik dari sisi bisnis perusahaan dan juga demi mempertahankan jabatan keterwakilan sebuah generasi di sebuah organisasi maka relasi yang bersifat “given” ini tetap menjadi salah satu faktor utama. Terlepas ke variabel yang kita bahas sebelumnya apakah seseorang itu kompeten atau tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun