Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bankir, Sang Agen Intelijen

16 Maret 2021   22:04 Diperbarui: 4 April 2021   15:22 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Velox et Exactus”

Kata-kata diatas tentunya bagi seorang awam adalah sesuatu yang sangat asing bahkan tidak pernah didengar sebelumnya, namun bagi mereka-mereka yang menggeluti dunia mata-mata atau sebagai seorang agen intelijen maka kata ini adalah menjadi semboyan. Asas Badan Intelijen Negara (BIN) dengan istilah “Velox et Exactus” yang berarti cepat dan tepat. Sebuah prinsip dasar bagi seorang agen intelijen untuk menekankan pentingnya kecepatan dan keberanian seorang personel dalam mengambil keputusan.

Dari pengertian “Velox et Exactus” sesungguhnya menurut pakar bahkan profesor intelijen di Indonesia yaitu Abdullah Makhmud Hendropriyono (lebih dikenal dengan nama A.M. Hendropriyono) dalam bukunya berjudul “Filsafat Intelijen Negara Republik Indonesia” menyatakan bahwa dalam banyak hal filsafat dan praktik intelijen ini adalah sesuatu yang sangat penting bukan hanya untuk perang maupun non perang. AMH mengutip teori Ludwig Wittgenstein (1885-1951) menyatakan bahwa kata intelijen dalam bahasa Inggris berasal dari kata “Intelligence” yang mengandung arti “intelijensia” atau kecerdasan yang tinggi. Karena itu, agen intelijen mestilah “orang-orang yang mempunyai pikiran atau akal yang tajam”. Yang menjadi fundasi utamanya adalah bagaimana mendapatkan sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan. Ilmu intelijen berbasis pada epistemologi sosial yang memandang pengetahuan sebagai produk dari praktik sosial.

Berdasarkan penjelasan diatas maka bagi saya secara pribadi mengamini ilmu intelijen adalah bagian dari seluruh ilmu terapan yang paling mumpuni dan bisa dipraktikkan di bidang perbankan. Dalam praktiknya tanpa disadari kesuksesan untuk menjadi Bankir yang handal tidak terlepas dari pemahaman dan pelaksanaan secara sistematis terhadap asas atau dasar ilmu intelijen. 

Bahkan bila yang menjadi faktor utama dari filsafat intelijen ini adalah informasi yang sebanyak-banyaknya maka rasa-rasanya terhadap perkembangan terkini khususnya perkembangan era digitalisasi dengan berbasis “Big Data” maka patut kita menyimpulkan bahwa sesungguhnya kehidupan di era ini telah masuk dalam sebuah produk intelijen. Sederhananya saja kita sedang dimata-matai!

Ilustrasi (Dok. Pribadi)
Ilustrasi (Dok. Pribadi)
.

Fenomena Bankir Big Data Vs Bankir Tradisional

“Bankir dengan hanya mengandalkan kemampuan teritorial diprediksi akan tersisih karena kalah cepat dalam mengumpulkan data atau informasi dengan bankir berbasis Big Data”.

Big Data adalah kumpulan proses yang terdiri volume data dalam jumlah besar yang terstruktur maupun tidak terstruktur dan digunakan untuk membantu kegiatan bisnis. Big data sendiri merupakan pengembangan dari sistem database pada umumnya. Dalam praktiknya hampir semua alat komunikasi maupun media sosial adalah sebagai "rumah besar" data dari setiap penggunanya sehingga dengan mudah mengidentifikasi diri individu berikut mempelajari prilakunya yang biasa maupun yang menyimpang berikut pula kebiasan-kebiasannya. Maka tidak heran dengan perkembangan teknolgi telekomunikasi dan informasi sekarang hampir bisa dipastikan sebagai dunia yang telanjang atau “unhidden world” yakni dunia tanpa persembunyian.

Unhidden world yang dulu saat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi belum sepesat sekarang adalah sebuah pekerjaan besar dari agen-agen intelijen untuk mendapatkan dan kemudian mengungkapkan semua misteri atau teka-teki masalah di dunia. Sama seperti dalam banyak film action seperti serial epik 007 “James Bond”, Tom Cruise dengan Mission Impossible, dan banyak film lainnya yang menampilkan tema yang hampir mendekati realistis menurut saya meski dikemas dengan sedikit dramatisasi. Namun fakta teraktual adalah ending-ending nya adalah uang dan kekuasan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun