Sesuatu yang sederhana yang diinginkan dan dicita-citakannya agar bisa lebih baik darinya. Bagi saya apa yang dinikmati hari ini adalah sebuah perjuangan panjang dari cita-cita dan doa Ayah.
Kondisi sekarang sangatlah jauh dari kondisi parah akan sebuah perjuangan hidup. Makan saja susah dulu, tapi kalau sekarang rasanya perut yang sudah tidak tahan bila terisi penuh dengan pelbagai makanan.
Ketiga anak saya bisa bersekolah jauh dari sebuah kewas-wasan akan dipanggil ke tata usaha karena terlambat bayar. Saya sudah bekerja dan memenuhi harapan Ayah, dan juga menyelesaikan pendidikan pacasarjana, dan keenam abang dan kakak saya juga semua bertitel sarjana bahkan Doktoral dan mungkin juga 4 tahun mendatang bila diizinkan Tuhan akan berpangkat Jenderal. Sesuatu yang tidak mungkin kalau ditimang-timang.
Saya pikir kepergian Ayah di saat saya masih kecil ternyata mewariskan sebuah pekerjaan rumah dan warisan itu begitu berharga.
Saya bukanlah hebat bahkan pengalaman saya mungkin tidak ada apa-apanya dari orang lain, tapi bagi saya hari-hari ini adalah hari penuh “bonus”.
Ketakutan apapun rasanya belum ada apa-apanya ditengah ancaman, rasa dikucilkan oleh orang lain atau pula cemoohan apapun telah pernah menjadi bagian terbiasa dalam hidup masa lalu bahkan modal kedepan ditengah ketidakpastian hidup.
Bahkan diantara teman-teman saya dulu yang mereka jauh berkecukupan baik dari materi maupun kesempatan sepertinya saat ini justru sedikit kurang beruntung, tertinggal bahkan mundur.
Ayah menyisakan “PR” dan dia tidak selesaikan. Itu semua supaya saya bisa menyelesaikannya dan lepas dari beban. Dan Ayah tidak diberikan kesempatan untuk menyelesaikan semua “PR” dengan kondisi pangkat atau titel sarjana yang lebih tinggi. Karena hidup bukanlah untuk menyelesaikan segala sesuatu oleh dirinya semata.
Bagaimana seandainya saya terlahir dari Ayah yang berpangkat Jenderal, karir yang mumpuni, jabatan mentereng bahkan menyediakan fasilitas lengkap buat masa depan saya? Bisa saja saya sekarang sudah jadi lebih hebat darinya, atau sebaliknya pula.
Saya terlena, terpuaskan dan mengatakan bahwa ini adalah titik terpuncak dari hidup dan kemudian menikmatinya dan tinggal dalam kemalasan, kelupaan serta berujung tragis.