Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mewariskan "Pekerjaan Rumah"

8 Maret 2021   22:19 Diperbarui: 18 Maret 2021   13:22 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Sesuatu yang sederhana yang diinginkan dan dicita-citakannya agar bisa lebih baik darinya. Bagi saya apa yang dinikmati hari ini adalah sebuah perjuangan panjang dari cita-cita dan doa Ayah.

Kondisi sekarang sangatlah jauh dari kondisi parah akan sebuah perjuangan hidup. Makan saja susah dulu, tapi kalau sekarang rasanya perut yang sudah tidak tahan bila terisi penuh dengan pelbagai makanan. 

Ketiga anak saya bisa bersekolah jauh dari sebuah kewas-wasan akan dipanggil ke tata usaha karena terlambat bayar. Saya sudah bekerja dan memenuhi harapan Ayah, dan juga menyelesaikan pendidikan pacasarjana, dan keenam abang dan kakak saya juga semua bertitel sarjana bahkan Doktoral dan mungkin juga 4 tahun mendatang bila diizinkan Tuhan akan berpangkat Jenderal. Sesuatu yang tidak mungkin kalau ditimang-timang.

Saya pikir kepergian Ayah di saat saya masih kecil ternyata mewariskan sebuah pekerjaan rumah dan warisan itu begitu berharga. 

Saya bukanlah hebat bahkan pengalaman saya mungkin tidak ada apa-apanya dari orang lain, tapi bagi saya hari-hari ini adalah hari penuh “bonus”

Ketakutan apapun rasanya belum ada apa-apanya ditengah ancaman, rasa dikucilkan oleh orang lain atau pula cemoohan apapun telah pernah menjadi bagian terbiasa dalam hidup masa lalu bahkan modal kedepan ditengah ketidakpastian hidup.

Bahkan diantara teman-teman saya dulu yang mereka jauh berkecukupan baik dari materi maupun kesempatan sepertinya saat ini justru sedikit kurang beruntung, tertinggal bahkan mundur.

Ayah menyisakan “PR” dan dia tidak selesaikan. Itu semua supaya saya bisa menyelesaikannya dan lepas dari beban. Dan Ayah tidak diberikan kesempatan untuk menyelesaikan semua “PR” dengan kondisi pangkat atau titel sarjana yang lebih tinggi. Karena hidup bukanlah untuk menyelesaikan segala sesuatu oleh dirinya semata. 

Bagaimana seandainya saya terlahir dari  Ayah yang berpangkat Jenderal, karir yang mumpuni, jabatan mentereng bahkan menyediakan fasilitas lengkap buat masa depan saya? Bisa saja saya sekarang sudah jadi lebih hebat darinya, atau sebaliknya pula. 

Saya terlena, terpuaskan dan mengatakan bahwa ini adalah titik terpuncak dari hidup dan kemudian menikmatinya dan tinggal dalam kemalasan, kelupaan serta berujung tragis. 

My Triple "A" (Dok. Pribadi)
My Triple "A" (Dok. Pribadi)
Misteri kehidupan yang sulit ditebak. Satu yang pasti terima kasih Ayah karena “PR” itu saat ini saya sudah selesaikan sedikit, dan masih tersisa buat cucu-cucumu yang merindukanmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun