Mohon tunggu...
Junus Barathan
Junus Barathan Mohon Tunggu... Purnawirawan PNS Guru -

PENGAJAR PADA SMPN 1 PURWOSARI PASURUAN.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cerita Rakyat Sarana Membangun Karakter

30 Maret 2015   08:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CERITA RAKYAT SEBAGAI

SARANA MEMBANGUN KARAKTER

Oleh :

JUNUS BARATHAN

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai cerita dari zaman dahulu yang hidup dikalangan rakyat dan diwariskan secara turun temurun dengan lisan.Dalam perkembangannya, cerita rakyat tidak hanya diwariskan dengan lisan namun sudah banyak cerita rakyat yang dicetak berupa bukumaupun media online. Dilihat dari isi, cerita-cerita rakyat dapat digunakan sebagai mediapembelajaran budi pekerti,sopan santun, tata karma,etika yang menyenangkan bagi anak-anak yang sedang tumbuhberkembang jiwanya. Tokoh-tokoh pada cerita rakyat mencerminkan sifat-sifat manusia yang terbagi dalam dua sisi yaitu manusia yang berbudi luhur misalnya rendah hati, suka menolong, tenggang rasa, tepa selira, berani membela kebenaran, suka bekerja keras, dsb.Sisi yang lain adalah manusia yang tidak berbudi luhur misalnya sombong, tinggi hati, gila kekuasaan, ingin menang sendiri, tidak perduli dengan orang lain, dsb. Penyampaian cerita rakyat pada anak dimaksudkan agar setelah mendengar atau membaca cerita rakyat diharapkan anak dapat membedakan antara sifat yang baik danyang buruk, yang pada akhirnya anak dapat mengembangkan sifat yang baik dan membuang sifat yang buruk di kemudian hari.

Pada perkembangannya, cerita rakyat yang bernilai tinggi tersebut misalnya Malin Kundang (cerita rakyat Sumatera), Layar Terkembang(karya Sutan Takdir Alisyahbana) seakan tergeser seiring dengan perkembangan teknologi di era globalisasi ini. Anak-anak lebih menyenangi cerita-cerita kontemporer seperti doraemon, detektif conan, naruto, atau dragon ball yang hampir setiap hari disiarkan oleh beberapa stasiun televisi.Mereka sudah jarang sekali mendengar cerita Ibu Bapaknya tentang cerita-cerita rakyat seperti : Waso (dari Irian Jaya), Bawang Merah-Bawang Putih atau Timun Mas,dan sebagainya. Anak-anak lebih akrab dengan layar kaca dari pada membaca buku-buku cerita rakyat yang ada.Jika hal ini berlanjut, dampak yang kurang baik akan terjadi terhadap pendidikan anak bangsa di masa depan.Padahal kelak mereka adalah penanggung jawab kelangsungan masa depan bangsa ini.Kondisi ini diperburuk lagi dengan situasi bangsa yang kacaubalau dewasa ini.Dimana-mana ada kerusuhan, tindakan anarkis, main hakim sendiri.Anak-anak dapat mengetahui dan mendengar peristiwa-peristiwa yang semuanya mengandung unsur kekerasan itu dengan mudah lewat media cetak atau elektronik.Jutaan anak bangsa secara tidak langsung telah diracuni oleh situasi dan kondisi dari beberapa bentuk kekerasan yang terjadi. Mereka seakan tidak mengenal lagi citra bangsa ini yang sejak dulu telah terkenal dengan adat ketimurannya yaitu : sopan santun, halus budi pekertinya, dan halus pula budi bahasanya. Kata-kata yang banyak mereka kenal saat ini adalah kata-kata hujatan, cemoohan, dan caci maki.

Peranan keluarga menjadi sangat penting untuk mengangkat kembali cerita-cerita rakyat sebagai sarana pembelajaran budi pekerti luhur bagi anak bangsa ini, karena di dalam suatu tatanan masyarakat, baik itu di Indonesia atau di luar negeri ada sejumlah nilai-nilai universal yang berlaku yang dapat di ambil dari cerita-cerita rakyat.Selain lembaga keluarga, lembaga-lembaga pendidikan sekolah, mulai dari pendidikan pra sekolah (taman kanak-kanak), sampai pendidikan menengah sangat berperan dalam menghidupkan kembali cerita-cerita rakyat yang selama ini hampir terlupakan.

Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah, baik bahasa Daerah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau IPS (Sejarah), dirasakurang memberi ruang untuk penyajian materi yang ada kaitannya dengan apresiasi cerita-cerita rakyat. Dengan demikian secara formal anak-anak kurang memperoleh materi tentang pengenalan cerita rakyat. Oleh karena itu kini saatnya, kita sebagai orang tua dalam keluarga mari meluangkan waktu sejenak untuk memulai kembaliber cerita tentang cerita rakyat kepada anak-anak kita, demi masa depan mereka.

KANDUNGAN NILAI-NILAI MORAL DALAM CERITA RAKYAT

A. Nilai moral Kepribadian

Nilai moral kepribadian ialah nilai yang mendasari, menuntut tindakan hidup pribadi atau individu manusia, dengan cara dan tujuan yang benar.Ada beberapa nilai moral kepribadian yang dapat digali dari cerita rakyat, diantaranya :

1.Jujur/ketidakjujuran, yang meliputi sikap ketidak jujuran menimbulkan saling curiga dan keresahan, kebohongan dipergunakan asal untuk kebaikan dan kebohongan itu pada dasarnya menimbulkan celaka.Bagi diri sendiri maupun orang lain kejujuran akan membuahkan kebahagiaan dan kepuasan batin, sedangkan ketidak jujuran mengakibatkan kehancuran.

2.Berani, terdiri atas sikap keberanian mengemukakan pendapat, keberanian melawan kezaliman, keberanian mempertahankan sikap yang benar dan keberanianmenerima kenyataan.

3.Kekritisan dan kekreatifan, yaitu sikap kekritisan dan kekreatifan menyelesaikan masalah aktual, menciptakan dan mengambangkan peralatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

4.Rendahhati, meliputi sikap tidak membesar-besarkan kebaikan yang telah diperbuat, tidak menyombongkan diri atas apa yang dimiliki dan yang dilakukan.

5.Tanggungjawab, yaitu tidak putus asa dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu, tidak cengeng dan tidak lekas meminta pertolongan dalam menghadapi sesuatu persoalan, suka bekerja keras dan menemukan cara-cara baru dalam penyelesaian masalah yang dihadapi.

B. Nilai moral Sosial

Nilai sosial adalah nilai yang mendasari, menuntun dan menjadi tujuan tindakan dan hidup sosial manusia dalam melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidup mereka, dengan cara dan tujuan yang benar.

1.Hormat kepada orang lain, meliputi komponen nilai hormat kepada atasan dan hormat kepada yang memiliki kelemahan.Tidak semena-mena terhadap orang lain, menyadari bahwa manusia mempunyai harkat dan martabat yang sama sebagai manusia.

2.Bekerjasama, meliputi komponen bekerja sama untuk mengalahkan lawan dan bekerja sama untuk mencapai hasil yang lebih baik.Persatuan dan kesatuan mempunyai nilai yang sangat tinggi dalam usaha mencapai tujuan bersama.Permusuhan hanya menimbulkan kekacauan dan kehancuran.

3.Setiakawan, meliputi komponen menolong kawan yang membutuhkan, menasehati kawan yang melakukan kesalahan.Tidak suka main keroyok dalam menyelesaikan masalah tetapi selalu bertindak sportif.

4.Musyawarah, meliputi komponen nilai bermusyawarah untuk memecahkan masalah bersama, bermusyawarah untuk tidak saling menyalahkan.Bermusyawarah untuk berusaha mencari cara yang terbaik dalam menghadapi tantangan dan rintangan.

5.Disiplin, meliputi komponen nilai sikap tepat waktu, mengembangkan budaya bersih dan indah, budaya tertib dan budaya kerja.

MANFAATCERITARAKYATDALAMPENDIDIKAN KARAKTER

Cerita-cerita rakyat berkontribusi positif untuk pembentukan konsep diri (self concept) pada diri anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan masa perkembangan. Seperti dinyatakan Comstok (1979) menjelang masa berakhirnya masa kanak-kanak, anak-anak mulai mengagumi tokoh-tokoh fiksi, anak-anak dapat memperoleh konsep diri dari tokoh idola mereka.Selain itu, cerita-ceritarakyat sebagai media pembelajaran berguna dalam mengeksplorasi sumber pengetahuan, belajar berkomunikasi, bentuk identifikasi diri, pematangan mental emosional, peningkatan motivasi, pemenuhan harapan sosial, pengembangan intelektualitas dan pengembangan kepribadian anak.Ini berarti cerita rakyat tidak semata-mata bersifat hiburan, tetapi juga memiliki pesan-pesan tertentu yang bersifat fungsional.

Cerita-cerita rakyat memiliki keterkaitan dengan gejala kehidupan yang melingkupinya antara lain persoalan sosial, politik, sejarah dan moralitas tertentu dan kemanusiaan, sehingga cerita-cerita rakyat diyakini dapat menumbuhkan jiwa humanitis, yakni jiwa yang halus, manusiawi, dan berbudaya.Pada saat kondisi bangsa yang kurang menguntungkan seperti dewasa ini, yang ditandai dengan terus berlangsungnya pertentangan para elit politik, terkikisnya kepercayaan rakyat terhadap pelaksanaan supremasi hukum sehingga mengubah karakter bangsa yang sopan santun cendrung menjadi anarkis, yang berdampak negatif terhadap perkembangan jiwa anak-anak di Nusantara ini. Maka sebaikya mari merefleksi diri kitamasing-masing, apakah dalam menjalani hidup ini kita masih berada dalam koridor kebudayaan dan kepribadian bangsa?

Kaum tua dan para orang tua disamping Guru tentunya, berperan penting sebagai ujung tombak dan bertanggung jawab untuk mempersiapkan generasi muda guna melanjutkan perjuangan bangsa ini. Kita wajib mencari cara yang terbaik untuk pendidikan karakterdi tengah-tengah krisis moral dan identitas bangsa.Tidaklah berlebihan, cerita-cerita rakyat merupakan salah satu sarana pembelajaran karakter yang menyenangkan dan menghibur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun