Perkembangan teknologi digital telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja, hingga bersosialisasi. Era ini menghadirkan peluang besar untuk mempercepat pembangunan dan memperluas konektivitas, tetapi juga memunculkan tantangan baru, seperti alienasi sosial, penyebaran informasi palsu, dan polarisasi masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis realitas sosial yang dihadapi dalam era digital, memahami faktor penyebabnya melalui teori yang relevan, serta mencari solusi aplikatif untuk menciptakan harmoni di tengah perubahan ini.
    Di era digital, masyarakat menghadapi realitas sosial yang kompleks. Media sosial telah menjadi ruang interaksi utama bagi banyak individu. Meski membawa manfaat dalam memperluas jaringan dan akses informasi, media sosial juga sering menjadi sumber konflik, seperti penyebaran ujaran kebencian, cyberbullying, dan polarisasi politik. Selain itu, teknologi digital menciptakan ketimpangan baru antara mereka yang memiliki akses ke teknologi (digital natives) dan yang tertinggal (digital divide). Akibatnya, perbedaan ini memperdalam jurang sosial, ekonomi, dan pendidikan.
    Dari perspektif teori komunikasi massa, fenomena ini dapat dijelaskan melalui Agenda Setting Theory, yang menyatakan bahwa media memiliki kekuatan untuk memengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Algoritma media sosial memperkuat efek ini dengan memprioritaskan konten yang sensasional atau kontroversial, yang sering kali memperkeruh suasana sosial. Selain itu, dari sudut pandang teori konstruksi sosial, realitas yang kita pahami saat ini dibentuk melalui interaksi di dunia maya. Ketergantungan pada media digital menciptakan "realitas virtual" yang terkadang terputus dari kondisi nyata, memengaruhi persepsi kita terhadap isu-isu penting.
     Untuk menciptakan keharmonisan dalam era digital, langkah-langkah berikut dapat diambil:
1. Pendidikan Literasi Digital: Masyarakat perlu dibekali dengan keterampilan untuk mengenali informasi palsu, memahami cara kerja algoritma, dan mengelola waktu di media sosial.
2. Kebijakan dan Regulasi: Pemerintah harus bekerja sama dengan platform digital untuk mengatur konten yang berpotensi memecah belah masyarakat, sambil tetap menghormati kebebasan berekspresi.
3. Peningkatan Akses Teknologi: Upaya untuk mengurangi kesenjangan digital harus dilakukan, misalnya dengan menyediakan internet murah atau program pelatihan teknologi di daerah terpencil.
4. Mendorong Interaksi Tatap Muka: Komunitas lokal perlu diperkuat agar masyarakat tidak sepenuhnya bergantung pada dunia maya untuk berinteraksi.
     Era digital adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang untuk perkembangan masyarakat, tetapi di sisi lain, ia juga memunculkan tantangan yang mengancam keharmonisan sosial. Melalui pemahaman mendalam tentang realitas sosial, analisis berbasis teori, serta penerapan solusi yang aplikatif, kita dapat mengatasi tantangan ini dan menciptakan masyarakat yang lebih harmonis di tengah perubahan teknologi yang pesat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI