Mohon tunggu...
Jaziira Mediafa
Jaziira Mediafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sosiologi UNJ

Seorang mahasiswa sosiologi yang memiliki ketertarikan dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sang Kesuma - Sang Surya (Sebuah Intro)

25 Juli 2024   16:20 Diperbarui: 25 Juli 2024   22:47 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tentang Rasa Kehilangan, Rasa Syukur yang Terlambat Datang

Mustahil jika aku mengucap dirimu bukanlah siapa-siapa, bodoh bila ku berlaku seperti tidak terjadi apa-apa. Pembawaan mu yang ceria, tak ku pungkiri, banyak menghidupi sang kesuma yang lelah menjadi pendekar diri sendiri. Bak putri diatas menara yang dikungkung sang kekasih, tak lelah kau biarkan dirimu untuk mendaki, menemui, sekedar bercengkrama ringan, tak lupa memakan hidangan pedas, memberikan warna dan kehidupan bagi sang kesuma yang mulai lelah.


Sang kesuma hancur, dihancurkan kehidupan yang selama ini ia upayakan untuk tetap terbentang, kau hadir, lagi, menghidupi segala kesedihan, kau tabur benih-benih kenyamanan, sang kesuma bahagia, sang kesuma bersyukur, namun tak pernah menyadari, seandainya aku lebih merasa-lebih mendengarkan, yang kuyakini kau pasti masih berada disini.


Lantas mengapa? pertanyaan naif yang mengganggu sang kesuma, dirinya tak lagi di menara, dirinya kini bebas, tapi mengapa kebebasan seperti tidak ada artinya? kemana sang surya? pantas ku panggil demikian, dirinya secerah surya, hadirnya membawa kehangatan, hadirnya memberikan rasa nyaman, dan kepergiannya memberikan gusar, dan kekosongan berarti.


Ketika semua bebas, hari seakan selalu gelap, sang kesuma bertanya, apakah ini sebuah penyesalan? sang surya pergi, padahal dirinya sudah siap berkelana bersama, sudah dihancurkannya menara penyiksaan yang gelap nan dingin.


Tak lelah sang kesuma merendahkan diri, bertanya pada sanak bebungaan lainnya untuk meng-aminkan perasaannya yang fana, tidak, ia tidak menampik bahwa dirinya telah memberikan tempat ternyaman bagi sang surya selama ini, di dalam kalbu, sang kesuma menyesal, tak pernah menghargai, sang kesuma menyesal tak pernah merasakan, sang kesuma menyesal tak pernah bertanya, dan sang kesuma menyesal harus lari dan merelakan sang surya pergi.


Berada jauh dari sang surya, memberikan sang kesuma pelajaran, jangan---
jangan kau rekah kelopakmu lagi, walau kau butuh, walau kau ingin.

 
biarkan ia menjadi pelajaran terberatmu saat ini, andai saja tidak ku sambung nyawaku dengan keluar dari menara dingin itu, mungkin sang surya akan menyapa seperti biasa, tidak menghilang, dan meninggalkan rasa 

Petuah tua benar, rasa kehilangan terberat dari perginya yang tak disangka, sang surya, ku harap dikau baik-baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun