Mohon tunggu...
Jayu Titen
Jayu Titen Mohon Tunggu... Lainnya - Ambtenaar, Blogger,

https://masjayu.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemana Engkau Pergi Parlemen Jalanan?

23 Maret 2015   23:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:11 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Para jenderal bersekutu. Orang-orang kiri kongkalikong dengan cukong. Intelektual kiri sibuk masturbasi di subuh hari. Tepat ketika embun luruh dari daun kasturi.

Kalimat diatas merupakan kutipan manifesto dari sebuah organisasi yang berhaluan kiri bernama Tikus Merah. Sebagian atau semuanya mantan-mantan anggota Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang memilih mengasingkan diri didalam got-got gelap dan kotor karena organisasi yang mereka dirikan dan besarkan dengan air mata darah bahkan mempertaruhkan nyawa sudah tidak sesuai dengan khittah berjuangannya.

Kutipan manisfeto singkat diatas sangat ringkas namun padat makna menggambarkan kondisi Indonesia saat ini, Indonesia mempunyai presiden pertama berasal dari kalangan sipil yang terpilih secara demokratis melalui pemilihan umum (pemilu). Sebelumnya memang pernah ada presiden dari kalangan sipil, akan tetapi terpilih bukan dariproses pemilu yang luber jurdil, Presiden Habibie terpilih karena menggantikan Presiden Soeharto yang lengser keprabon, Presiden Gusdur terpilih melalui sidang umum MPR, kemudian dijatuhkan dalam sidang istimewa MPR secara otomatis Megawati naik menggantikan Gusdur. Jokowi disebut sebagai antitesis dari presiden sebelumnya khususnya presiden yang berasal dari kalangan militer. Kekuatan besar mencitrakan pemimpin yang kuat dan tegastidak melulu diidentikan dengan presiden yang berasal dari kalangan militer, kondisi ini kemudian diperkuat dengan presiden SBY yang berasal dari kalangan militer namun lembek dan tidak tegas. Optimisme akan hadirnya Indonesia baru yang disematkan dipundak Jokowi membuncah di dada-dada rakyat Indonesia.

Lahirnya pemimpin dari kalangan sipil dan harapan yang membuncah dari rakyat Indonesia akan lahirnya Indonesia baru dengan ditandai penegakan hukum yang adil, kesejahteraan yang meningkat membawa Indonesia berada dipersimpangan jalan, Banyak yang punya hajat sehingga terjadi kegaduhan antara elit politik, pejabat negara dan penegak hukum. Kegaduhan yang terjadi membuat premerintah kesulitan untuk memenuhi optimisme dan harapan rakyat, kondisi hukum dan ekonomi jatuh di titik nadhir sehingga rakyat semakin sengsara.

ditengah-tengah kemerosotan dibidang ekonomi, politik dan hukum, pemandangan aneh terjadi dimana mahasiswa sebagai kontrol sosial terhadap pemerintah absen atas kebijakan pemerintah yang semakin menyengsarakan rakyat. Disinilah kutipan manisfesto diatas menemukan relevansinya atas kondisi bangsa dan negara.

Penyebabnya pertama karena para Jenderal bersekutu dengan penguasa, didalam manifesto Tikus Merah tersebut dijelaskan bahwa Kapitalisme di Indonesia tidak murni seperti kapitalisme yang tumbuh di Eropa yang digerakan oleh kalangan borjuasi sipil, akan tetapi kapitalisme Indonesia digerakan oleh borjuasi besenjata yaitu militer. Kesatria-kesatria bersenjata banyak menguasai sebagian besar perekonomian Indonesia sejak era Orde Baru. Adapun kalangan borjuasi sipil yang mendapatkan akses ekonomi hanya mendapat sebagian kecil saja, hanya rembesan saja.

Kedua orang-orang kiri kongkalingkong dengan cukong, kita banyak menyaksikan aksi-aksi jalanan kawan-kawan dari haluan kiri, penuh semangat dan heroisme yang luar biasa, menempatkan diri sebagai oposisi permanen terhadap pemerintah. namun karena tidak tahan dengan godaan harta, tahta dan wanita akhirnya tunduk pada cukong-cukong kapitalis.

Ketiga kaum intelektual kiri sibuk bermasturbasi disubuh hari, hal ini disebabkan kader-kader tidak matang ideologinya sehingga begitu mudah goyah atas keadaan yang memaksa dirinya harus meninggalkan idealisme. Banyak kita jumpai tokoh-tokoh mereka yang saat ini menjadi pejabat-pejabat negara, asyik berpesta pora menegak anggur dari cawan diiringi dentuman musik kapitalis, melupakan asal usul dari mana dibesarkan sedangkan hingga kini banyak kawan-kawan mereka yang hilang tak tahu rimbanya. Saat Ini adalah masa dimana nalar kritis mulai tumpul, hidung tak lagi tajam mengendus sengsara rakyat serta Ideologi pelaku yang tergadaikan rupiah. Satu sisi pemerintah sedang membangunkekuasaan mutlak dengankekuatan pendukung lainnya seperti Militer, daya pencitraan, serta koalisi yang menihilkan oposisi berkongsi dengan konglemerat hitam.

Kemana engkau pergi Parlemen Jalanan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun