Mulai nulis disini ...
Oke.
Ini cerita soal pengalaman saya ketika mencari rumah (lagi-lagi) di daerah Bekasi. Semacam mencari jerami dalam tumpukan jerami, sih.
Perumahan disini terbilang banyak sekali jumahnya. Pada setiap kelokan, tikungan, gang, persimpangan, persawahan, perkampungan, berjejer palang-palang bertuliskan "Komplek A, B, C...", atau "Perumahan X, Y, Z" dengan promosi yang entah banyak sekali macamnya.Â
Termasuk salah satu promosi yang paling mengena bagi saya sendiri, yang tergolong masih awam dengan kota ini adalah perumahan Bebas Banjir. Ketika saya berbicara dengan salah satu penghuni senior di salah satu perumahan, beliau menyarankan agar memilih lokasi-lokasi perumahan yang bebas banjir dan saya-pun setuju, karena, furniture di rumah saya tidak satupun yang pandai berenang.
Beliau pun memberikan kontak salah satu agen marketing perumahan kepada saya, dan saya menyimpannya di lubuk hati saya yang paling dalam. Pucuk di cinta, ulam-pun tiba. Marketer tersebut mengirim brosur digital kepada saya, yang berbunyi, "PERUMAHAN STRATEGIS BEBAS BANJIR SIAP HUNI DI BEKASI!".
Berbekal keyakinan bahwa rumah harus didapat dalam waktu singkat, Saya-pun berangkat ke TKP. Kali ini, tak perlu lagi marketing untuk mempromosikan rumah karena Saya berprinsip kali ini biarkan produk yang berbicara kepada calon pembelinya. Saya percaya dengan marketer kali ini karena rekomendasi dari senior saya tersebut, DAN BUKTINYA ... JENG-JENGGGG-JEEENGGG!!!!
Ketika masuk kedalam perumahan tersebut, Saya terkesima dengan fasilitas yang inovatif ditawarkan pihak pengembang, 100 meter masuk kedalam perumahan, jalan komplek yang tadinya mulus berlapis aspal berubah menjadi kolam renang massal yang dalamnya kurang lebih setengah meter.Â
HAHAHAH! Inovatif sekali, pikir saya. Tapi saya bersikeras, ini bukan banjir! Iklan ini dari sumber terpercaya, tidak mungkin bohong, jadi, saat itu Saya mencoba untuk mencari lokasi rumah tersebut yang beralamat di Blok H, karena kolam renang tersebut semakin dalam dan semakin luas, mungkin karena dipakai atlet renang nasional untuk latihan renang SEA Games, maka saya memutuskan untuk menerabas kolam renang dengan tujuan mencari rumah SIAP HUNI!
Mesin motor berderu kencang tersedak-sedak menahan air masuk ke mesin, dan semangat saya belum jua patah. "Jangan kasih kendor, TOR!", Saya memberikan semangat ke motor yang mulai tersengal-sengal.Â
Kapan lagi bisa tinggal di perumahan dengan kolam renang super besar? Pasti orang yang tinggal disini kaya-kaya, buktinya setiap rumah punya kolam renang, sampai depan rumah pula. Mungkin karena kebanyakan uang, gumam saya kala itu.
Tapi tak disangka, motor yang dikendarai menembus kolam olimpiade itu akhirnya mengembuskan gas terakhir ditengah kolam, dan menyeret saya karam bersamanya ketika tersenggol batu, semacam adegan di film Titanic.
Basah, berkeringat, bodo amat!! Pokoknya demi rumah SIAP HUNI!! Memarkirkan motor yang habis berenang, Saya duduk diatas batu terdekat sambil menahan diri untuk tidak bernyanyi tembang legendaris dari Ebiet G. Ade sambil meneguk kopi hitam, bekal yang sudah saya persiapkan dalam tas, dan merasakan nikmatnya menyeruput kopi sambil bermain air,"kecipak... kecipuk...", suara sepatu basah.