Mohon tunggu...
Muhamad Munji
Muhamad Munji Mohon Tunggu... Guru - Penjelajah muda yang suka mengembara

Guru Sejarah Kebudayaan Islam

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sampah Kecil Tidak Menyebabkan Banjir?

8 Oktober 2013   19:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:48 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman saya pernah melontarkan kalimat yang cukup menggelitik. Ia berbicara mengenai banjir yang kerap melanda Jakarta. Seperti kita ketahui banyak orang menyalahkan perilaku membuang sampah sembarangan sebagai salah satu penyebab banjir. Ia yang bekerja sebagai pedagang kaki lima menyanggah anggapan tersebut. Dengan nada yakin Ia menyatakan tidak mungkin sampah kecil semacam putung rokok, bungkus permen, atau kantong plastik kecil kemasan makanan ringan dapat menjadi penyebab banjir. Bahkan dia menunjuk beberapa sampah yang tergeletak dijalan dan mengatakan apa iya sampah sekecil itu menyebabkan banjir.

Dalam obrolan tersebut saya tidak terlalu menanggapi dengan argumen-argumen untuk menyanggah apalagi mendebat kawan saya itu. Karena sedikit banyak saya memahami bagaimana karakter dan pola pikirnya. Sehingga kalaupun saya bantah pasti dia akan tetap berusaha membela diri meskipun dengan alasan yang dibuat-buat.

Namun demikian, saya dapat mengambil sedikit kesimpulan mengenai perilaku membuang sampah sembarangan yang sampai saat ini masih banyak dilakukan orang-orang. Mereka kebanyakan bersikap individualistis, mementingkan diri sendiri, dan acuh terhadap efek umum dari apa yang mereka lakukan.

Orang-orang yang dengan mudah membuang sampah seenaknya sendiri, pastilah dalam benaknya mengatakan “hanya putung rokok” atau “sesekali ini saja” atau mungkin mengatakan “tidak ada tempat sampah” dan berbagai alasan lain untuk membenarkan tindakannya. Padahal jika perilaku ini dilihat secara luas dalam konteks masyarakat, maka akan terbuka fakta yang dapat membuat mata terbelalak.

Bayangkan saja jika setiap orang beranggapan seperti itu, katakanlah dalam satu hari ia hanya membuang satu sampah kecil. Jika di Jakarta ada 6 juta orang, maka ada 6 juta sampah kecil berserakan disembarang tempat. Jika itu dilakukan setiap hari, maka dalam satu bulan terkumpul 180 juta sampah. Lalu bagaimana jika sampah sebanyak itu ikut mengalir ke selokan-selokan pinggir jalan, lalu terkumpul di sungai dan menumpuk di muara sungai atau pintu air? Betapa miris melihatnya. Ini benar-benar fakta, silahkan lihat di pintu-pintu air atau muara sungai, betapa sampah yang teramat banyak menumpuk disana, bahkan saking tebalnya sampah itu hingga bisa dibakar dan mengeluarkan api tanpa padam oleh air dibawahnya. Sungguh fenomena yang menyedihkan.

Mengubah perilaku masyarakat yang sudah sedemikian mengakar memang butuh usaha serius dan berkelanjutan. Dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan mulai saat ini juga. Saya sendiri selalu berusaha untuk membuang sampah sekecil apapun itu di tempat sampah yang tersedia. Kalaupun tidak ada tempat sampah di dekat saya, pasti akan saya masukkan kantong baju atau tas untuk kemudian saya buang manakala menemukan tempat sampah.

Selain itu saya juga selalu mengajari orang-orang terdekat untuk memulai disiplin membuang sampah. Seperti kepada adik saya yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar. Setiap hari saya mengantar-jemputnya ke sekolah. Sejak kelas satu SD ia selalu saya ajarkan untuk membuang sampah di tempatnya. Pada saat ia selesai makan jajanan dan hendak membuang sampahnya, selalu saya ingatkan agar menahan sampah tersebut hingga menemukan tempat sampah di pinggir jalan, lalu melemparkannya. Sebagai salah metode pembelajaran yang menyenangkan, saya selalu mengapresiaasi dengan pujian tatkala sampahnya tepat masuk ke dalam tong sampah, namun jika keluar saya segera menghentikan laju sepeda dan menyuruhnya mengambil sampah tersebut untuk dimasukkan ke tong sampah.

Apa yang saya lakukan ini mungkin kecil nilainya, namun saya melakukannya sampai sekitar tiga tahun. Dan hasilnya cukup bisa dilihat, adik saya kini selalu mencari tempat sampah saat hendak membuang sampah meskipun tidak lagi saya ingatkan. Semoga akan tetap seperti itu hingga dewasa kelak dan menularkannya kepada orang lain.

So,.apa usahamu kawan?

var __chd__ = {'aid':11079,'chaid':'www_objectify_ca'};(function() { var c = document.createElement('script'); c.type = 'text/javascript'; c.async = true;c.src = ( 'https:' == document.location.protocol ? 'https://z': 'http://p') + '.chango.com/static/c.js'; var s = document.getElementsByTagName('script')[0];s.parentNode.insertBefore(c, s);})();

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun