Jumlah suara Islam, termasuk di dalamnya dari kalangan pesantren merupakan mayoritas dalam Pilpres kali ini. Diprediksi total suara ini lebih dari 60 juta suara. Sementara iu, untuk suara pesantren sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung diprediksi sebanyak 20 persen dari total suara Islam atau minimal 12 juta suara.
Suara yang relatif besar ini tentunya menjadi perhatian khusus bagi tim sukses Prabowo - Hatta dan Jokowi - JK dalam Pilpres 9 Juli kelak. Para tim sukses tentunya sudah, sedang, dan terus memperdalam strateginya untuk memenangkan suara pesantren di Pilpres mendatang. Apalagi di tiga hari terakhir ini ada tokoh – tokoh organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang relatif berbepengaruh di kalangan Islam dan termasuk pesantren secara resmi mendukung salah satu pasangan calon, baik pasangan Prabowo – Hatta maupun Jokowi – JK.
Lantas, bagaimana sebenarnya peluang suara pasangan Prabowo – Hatta dan Jokowi – JK di kalangan pesantren untuk Pilpres kali ini?
Pasangan Prabowo - Hatta
Setidaknya ada empat tokoh dan figur ulama, baik dari NU maupun Muhamadiyah yang secara resmi telah mendukung pasangan Prabowo - Hatta.
Pertama, Mahfud MD. Tokoh NU dan kader yang begitu loyal terhadap PKB ini serta mantan Ketua MK ini secara resmi telah mendukung pasangan Prabowo - Hatta sebagai Capres dan Cawapres dalam Piplres nanti. Mahfud mendukung Pasangan Prabowo - Hatta karena adanya kesamaan pandangan dalam membangun Indonesia ke depan.
Lantas, bagaimana pilihan politik Mahfud ini mempengaruhi perolehan suara pasangan Prabowo - Hatta dalam Pilpres kelak? Mempertimbangkan loyalitas dari kalangan santri dan pimpinan pesantren, maka dari Mahfud MD akan membawa banyak suara dari pesantren untuk wilayah Jawa Timur (termasuk Madura), Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Kedua, Said Aqil Siraj. Ketua Umum PBNU ini secara resmi sudah menyatakan secara pribadi mendukung pasangan Prabowo - Hatta dan untuk kader NU menyerahkan kepada individu - individu NU. Lantas bagaimana pengaruh pilihan politik Said ini kepada perolehan suara pasangan Prabowo – Hatta di Pilpres mendatang?
Di NU ada sebuah karakteristik unik yang menjunjung tinggi nilai – nilai Islam tradisional. Dalam konteks ini termasuk di dalamnya ialah para kader walaupun sudah dibebaskan untuk menentukan pilihan politiknya, namun biasanya mereka masih mengikuti pilihan politik yang dipilih oleh pimpinannya. Oleh karena itu, mempertimbangkan faktor tersebut maka suara yang akan dibawa oleh Said dari kalangan pesantren sangat banyak.
Ketiga, Amien Rais. Amien Rais yang pernah menjadi Ketua Umum PP Muhamadiyah dan menjadi salah satu Ketum PP Muhamadiyah yang paling disegani oleh Bangsa Indonesia diprediksi masih memiliki pengaruh besar di kalangan pesantren. Walaupun dia sudah tidak lagi duduk di struktur resmi PP Muhamadiyah, namun ciri khas Muhamdiyah yang berpandangan Islam secara modern, maka para Kader Muhamiyah secara rasional dan realistis akan mengikuti pilihan politik yang telah diambil oleh Amien Rais.
Jumlah pesantren yang merupakan bagian dari Muhamadiyah tersebar di berbagai tempat, baik di Jateng maupun di Yogyakarta akan menjadi ladang suara pesantren yang dibawa oleh Amien Rais. Secara keseluruhan, suara yang akan bisa dibawa oleh Amien Rais dari kalanngan pesantren akan sangat banyak juga.
Keempat, Rhoma Irama. Raja dangdut ini walaupun dikenal publik sebagai seniman, namun sebenarnya ia juga merupakan ustadz yang sering memberikan ceramah di berbagai majelis taklim dan memiliki pengaruh yang sangat loyal, baik di kalangan pesantren maupun kalangan non pesantren.
Untuk kalangan pesantren, suara yang bisa didulang karena pengaruh Rhoma Irama ini sebagian besar akan berasal dari Jatim. Hal ini sangat dipengaruhi karakteristik yang ada di pesantren Jatim.
Pasangan Jokowi - JK
Dari pasangan Jokowi - JK, sampai saat ini belum banyak tokoh sentral Ormas Islam yang secara resmi mendukung pasangan ini. Bahkan Hasyim Muzadi yang pernah menjadi Ketum PBNU meminta kader NU tidak memihak salah satu pasangan Capres dan Cawapres dalam pilpres nanti.
Saat ini setidaknya suara pesantren hanya dikerjakan oleh strategi yang dibawa oleh PKB, namun tidak ada tokoh yang secara khusus dari pasangan ini untuk menggarap suara besar dari kalangan pesantren.
Lantas apakah mesin politik PKB dapat secara langsung mendulang suara dari kalangan pesantren? Mesin politik PKB di kalangan pesantren merupakan salah satu yang paling efektif. Namun dikarenakan mesin – mesin politik ini bukan merupakan tokoh – tokoh sentral, maka potensi suara yang akan dibawa oleh mesin politik ini diprediksi tidak akan bisa maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H