Mohon tunggu...
Jaya Nug Miharja
Jaya Nug Miharja Mohon Tunggu... Aktor - Jaya

Lahir di buton 25 desember 1994

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gangguan Jiwa Pengguna Medsos, Selfitis atau Statusitis?

15 November 2018   08:25 Diperbarui: 15 November 2018   09:44 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaya Nug Miharja di Acara Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD) Aeng Towa, Kabupaten Takalar - Dokpri


Dewasa ini pergolakan dinamika pada dunia media sosial didorong lajunya pertumbuhan teknologi membuat para pengguna media sosial semakin mudah dan cepat mendapatkan informasi serta enteng melakukan komunikasi. Hal ini telah menjadikan media sosial sebagai wahana edukatif, informatif dan hiburan, apalagi di era moderen ini kehadiran  smartphone dilengkapi fitur canggihnya mulai dengan tawaran kamera depan dan belakang yang manghasilkan deretan gambar selfie yang  terang hingga memiliki ledakan akses internet berkecepatan roket membuat masyarakat lebih mudah melakukan aktivitas pada media sosial. 

Namun pada penggunaanya jika tidak bijak menggunakan media sosial maka akan bisa menimbulkan kerisihan bagi sebahagian orang dan berujung pada gangguan personal secara lahiriah maupun batiniah bagi pengguna medsos.

Sudah menjadi rahasia umum medsos telah dijadikan salah satu tempat untuk meningkatkan popularitas invidual atau kelompok, panggung mengumpulkan pundi-pundi percaya diri seperti layaknya orang yang kehausan harga diri, merasa bisa meningkatkan status sosial  dengan menampilkan deretan foto dan jungkir balik bernafas update status tiap waktunya pada jejaringan media sosial demi mendapatkan likes dan komen. Mirisnya pada hal yang bersifal privat pun segala sesuatunya dibeberkan (expose) ke media sosial?

Dan parahnya lagi pernah suatu ketika mungkin karena alasan kehabisan redaksi, penulis membaca  update-tan status "On The Way Kamar Mandi" dari salah satu pecandu  media sosial. Belum lagi ditambah dengan swafoto alias foto selfie atau kadang orang jejaringan sosial menyebutnya sebagai foto narsis yang terus meng-updateseputar aktifitasnya 24 jam sepanjang hari bersama kolega atau kelompok pergaulannya.

Melihat demikian Sebagian orang menganggapnya lelucon tapi bagi kaca mata penulis update status (memperbaharui status) dan swafoto (selfie) berlebihan sudah tidak wajar dan patut diduga ada gangguan mental atau jiwa pada  mereka si pecandu update status dan pecandu selfie tersebut. Hal ini sudah menjadi bahan perhatian bagi para ahli psikolog bahwa orang seperti yang disebutkan diatas adalah orang yang sangat membutuhkan pertolongan.

Bertolak dari pemikiran tersebut, penulis mengkategorikan ada dua penyakit yang diderita oleh pengguna media sosial  yaitu  selfitis salah satu sebutan dari pakar psikolog dan statusitis merupakan sebutan penyakit menurut versi penulis. Selfitis yaitu sebuah kondisi gangguan mental akibat perilaku seseorang mometret dirinya sendiri dan di unggah ke media sosial.

Hal ini sejalan berdasarkan peneliti dari Nottingham Trent University danThiagarajar School of Management di India membenarkan bahwa selfitis memang ada dan sementara proses kajian penelitian. Kemudian penyakit Statusitis yaitu salah satu sebutan penyakit versi penulis, menurut analisa penulis penyakit tersebut merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan mental yang terdorong oleh jiwa pada seseorang untuk terus melakukan akifitas meng-updatestatus (memperbaharui status) pada media sosial.

Barangkali sudah semestinya ke dua penyakit ini, harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah agar mengkampanyekan penyakit gangguan mental ini keseluruh lapisan mesyarakat mulai dari kalangan remaja, dewasa hingga lansia  dan khususnya pakar psikolog agar mengembangkan penelitian tersebut lebih masif lagi supaya segera memecahkan masalah (problem solving) dan menemukan solusi penanganan baik secara kuratif (pengobatan), rehabilitatif (rehabilitasi) dan Preventif (pencegahan).

Dalam hal ini, Kita harus lebih dulu memahami sebagai kaum bani medsos sudah semestinya harus berperilaku bijak dan tidak berlebihan membeberkan (expose) diri pada media sosial sesuai firman ALLAH SWT "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan". Dan mengambil kutipan dari Ali bin Abi Thalib "Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu". Menurut hemat penulis dua kutipan kulimat diatas merupakan salah satu bentuk obat ampuh bagi kaum Selfitis dan kaum Statusitis yang sementara dilanda penyakit jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun