Sejak awal, umat muslim kebanyakan tidak begitu memperhatikan bahwa seharusnya mereka senantiasa menjadikan Islam sebagai pedoman hidup, seharusnya mereka memakai sistem Islam dalam ekonomi, sosial, politik, budaya, hukum, pertahanan, kemamanan dan ide-ide apapun yang diambilnya harusnya berasal dari Islam. Salah satu penyebab kekalahan kekhalifahan Utsmani waktu itu adalah banyaknya warga negara khilafah Utsmani yang mengambil pemikiran-pemikiran dan ide-ide barat seperti filsafat, demokrasi, liberalisme, kolonialisme, nasionalisme dan berbagai macam isme-isme lainnya yang menunjukkan ide atau paham tertentu yang diadopsi bangsa barat. Hal ini mengakibatkan kemunduran yang luar biasa dalam mindset berpikir umat Islam, dimana mereka secara agamanya Islam tapi kehidupannya sangat jauh dari nilai-nilai Islam.Â
Bahkan mereka amnesia terhadap solusi permasalahan yang mereka hadapi, mereka mencari-cari solusi sesuai dengan paham barat yang berasal dari orang-orang kafir penjajah ketimbang mencari solusi dalam Al-Quran dan As-sunnah, ini adalah kesalahan umat Islam yang paling fatal dan menjadi biang kerok bencana demi bencana di negeri yang ditempati kaum muslimin. Mereka secara hati inginkan Islam, namun mereka bergerak mencari-cari paham barat untuk hidup. Mereka akn ditimpa galau mendalam dan problematika yang amat sangat pelik sekali, dan hal itu terjadi saat ini.
Ditengah permasalahan penistaan agama oleh Ahok, umat Islam melakukan aksi jilid 1, 2 dan 3 untuk menunjukkan aspirasi mereka, apa yang menggerakkan mereka ? mereka bukan bergerak karena harta, karena negara, mereka bergerak karena ada yang tidak sesuai dengan akidah Islam pada lubuk hati terdalam mereka. Suasana keislaman masyarakat semakin kental dan pekat, mereka senantiasa aksi dan aksi, musuh yang melihat suasana seperti ini tak akan membiarkan hal ini terjadi. Mereka tak akan pernah tinggal diam.
Di satu sisi, Ahok dan para pendukungnya senantiasa mengutarakan bahwa umat Islam terutama yang mengikuti aksi kemarin yang menuntutnya mempertanggung jawabkan perbuatan penistaannya di penjara sebenarnya bermaksud menggagalkannya pada pilgub DKI dan mendukung calon Anis atau Agus, begitupun hal senada yang diungkapkan pengacaranya, bahwa aksi demi aksi ini di niatkan hanya karena kepentingan politik pilkada.Â
Selain itu, Anies dan Agus yang notabenenya lahir dari rahim orang Islam memanfaatkan kesempatan ini untuk menggaet massa sebanyak-banyaknya untuk memilihnya dan membuat orang-orang Islam tidak memilih ahok karena agamanya yang non muslim. Sebenarnya, saya pribadi sebagai seorang muslim amat sangat melihat bahwa ada kejanggalan dari penyataan-pernyataan ini. Saya pribadi sebagai pasukan aksi 1,2 dan 3 murni hanya karena Allah semata, karena saya tidak rela agama saya di hina dan saya ingin sekali mendakwahkan Islam, menunjukkan bahwa dalam kondisi negara yang tidak menerapkan syariat Islam selalu pasti akan ada calon non muslim yang hendak menjadi pemimpin.Â
PASTI ! maka dari itu saya dari lubuk hati terdalam ingin menyadarkan masyarakat bahwa gak bakal ada sama sekali solusi tuntas atas permasalahan ini, kecuali menerapkan syariat Islam total. Kita jangan jadi orang setengah-setengah, kalau tidak mau dipimpin non muslim, ya terapkan syariat, kalau tetap gak mau nerapkan syariat, ya ini akibatnya, banyak non muslim yang ingin jadi pemimpin. Orang negara tak punya aturan melarang non muslim jadi pemimpin di negara ini.
Awalnya umat Islam bereaksi keras bahwa mereka tak ada sangkut pautnya dengan dukungan kepada calon Anies dan Agus. Begitupun saya, saya juga gak mau memilih Anies ataupun Agus, karena mereka berdua pun sama-sama sekulernya, sama-sama bukan umat islam yang amanah karena tak mau menerapkan syariat Islam, malah dalam suatu pidato awal-awal Agus menyatakan bahwa jangan bawa-bawa SARA dalam pilkada.Â
Di satu sisi, para ulama sungguh tak disangka, yang awalnya melakukan aksi niat tulus karena Allah, karena agamanya di nista, karena dorongan aturan Islam yang melarang non muslim jadi pemimpin kini mulai tergadaikan oleh suasana panas menjelang pilkada, ada dulu salah satu ulama yang menyatakan bahwa demokrasi itu mantra syirik, kini dia malah memperkokoh demokrasi itu sendiri dengan menghadiri acara berdzikir bersama dua pasangan calon dan menggembar-gembori umat Islam untuk memilih dua calon tersebut yaitu anis dan agus. Sungguh, kita semua telah tersesat dalam jurang demokrasi.
Saya pribadi memandang demokrasi adalah aturan kufur yang berasal dari ide-ide pemikiran kufur yang mengatakan bahwa sistem negara ini harus berasal dari manusia, padahal akal manusia terbatas, demokrasi telah mengambil alih kekuasaan hukum syariat. Dari yang pencuri disuruh Allah memotong tangan, demokrasi membuatnya hanya dipenjara beberapa tahun, dari yang berzina dihukum cambuk, demokrasi membuatnya asal suka sama suka jadi halal, demokrasi juga yang membuat aturan halal orang non muslim mencalonkan jadi pemimpin, melangkahi aturan syariat yang mengharamkan non muslim jadi pemimpin.Â
Satu sisi, syariat Islam tak akan pernah PHP (pemberi harapan palsu) kepada non muslim, syariat tak akan memberi harapan non muslim jadi pemimpin, dengan begitu negara yang menerapkan aturan syariat tak akan pusing karena non muslim yang ingin jadi pemimpin silahkan pindah saja ke negara lain yang memperbolehkan non muslim jadi pemimpin. Hingga tak akan terjadi yang namanya sakit hati karena dianggap umat Islam rasis dan pilih kasih, tak menghargai non muslim. Karena umat Islam pun bukanlah yang menulis Al-Qur’an, umat Islam bukan yang membuat Al-Qur’an, umat Islam juga memaksakan diri walaupun berat melaksanakan syariat Islam. SUMBER MASALAH INI ADALAH DEMOKRASI !
Lah kok yang mengherankan ini tujuan aksi 112 ini pint d dan e mencantumkan umat islam membuat pilkada aman dan jujur sekaligus menghasut memilih anis atau agus. Nah ini SALAH BESAR ! dengan mempartisipasikan diri dalam pilkada, umat Islam tanpa sadar sudah memperkokoh sistem kufur demokrasi ketimbang sibuk ingin menerapkan sistem islam.Â