Mohon tunggu...
Jayanti Rahmadani
Jayanti Rahmadani Mohon Tunggu... IAIN PONOROGO

Mahasiswi Prodi PGMI IAIN Ponorogo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Sekolah Dasar Butuh Guru BK yang Lebih dari Sekadar "Problem Solver"?

9 Maret 2025   20:25 Diperbarui: 9 Maret 2025   20:25 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika mendengar kata "Guru BK", banyak orang langsung membayangkan sosok yang memanggil ketika ada murid bermasalah. Padahal, peran Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar seharusnya lebih dari sekadar "problem solver" yang hanya muncul saat ada kasus. Anak-anak SD bukan hanya menghadapi masalah disiplin, tetapi juga tantangan emosional, sosial, dan akademik yang bisa berdampak jangka panjang jika tidak ditangani sejak dini. Mereka butuh sosok yang bisa menjadi pendengar setia, pembimbing dalam perkembangan karakter, dan fasilitator untuk membentuk lingkungan belajar yang lebih suportif.

Sayangnya, banyak sekolah yang masih melihat Guru BK hanya sebagai "problem solver", hanya turun tangan ketika ada anak yang dianggap bermasalah. Padahal, pendekatan preventif jauh lebih penting daripada sekadar solusi instan. Guru BK di SD harus aktif membangun hubungan yang lebih baik dengan siswa sejak awal, menciptakan ruang aman untuk mereka bercerita, serta mengjarkan keterampilan sosial dan emosional agar mereka bisa menghadapi berbagai tantangan dengan lebih percaya diri. Jika BK hanya berfungsi untuk menangani kasus setalah masalah terjadi, maka kita telah kehilangan kesempatan emas untuk mencegahnya sedari dini.

Lebih dari itu, Guru BK di SD juga harus menjadi jembatan komunikasi antara murid, guru kelas, dan orang tua. Banyak anak yang mengalami tekanan akademik, pergaulan, atau bahkan persoalan keluarga yang tak terlihat di permukaan. Tanpa bimbingan yang tepat, anak-anak bisa menarik diri, merasa terabaikan, atau bahkan menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan sebagai bentuk pelampiasan. Guru BK yang proaktif tidak hanya menunggu anak datang dengan masalah, tetapi juga mendekati mereka dengan pendekatan yang lebih empati dan membangun kepercayaan sejak dini.

Oleh karena itu, sudah saatnya peran Guru BK di Sekolah Dasar diubah, dari yang sekadar "problem solver" menjadi mitra perkembangan anak. Mereka harus terlibat dalam proses pembelajaran, memberikan program penguatan karakter, dan memastikan bahwa setiap anak merasa didengar dan dihargai. Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar membaca dan berhitung, tetapi juga tempat membangun mental yang sehat dan kuat. Di sinilah peran Guru BK yang sesunggunya, bukan hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga mencegah dan membimbing anak sejak awal agar mereka tumbuh menjadi individu yang lebih tangguh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun