Indonesia merupakan salah satu negara agraris dengan tanah yang subur dan luas. Luas lahan pertanian di Indonesia menurut data statistik adalah seluas 39.969.123,00 hektar pada tahun 2010 dan tiap tahunnya mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu sekitar 200 hektar per tahun. Penurunan luas lahan pertanian ini disebabkan karena berubahnya fungsi lahan menjadi pemukiman dan kawasan industri. Dengan lahan yang seluas ini, kebutuhan beras dalam negeri tidak mampu terpenuhi oleh hasil pertanian yang ada. Hal ini terlihat dari tingkat impor beras yang setiap tahun meningkat baik dari segi kuantitas. Sepanjang Januari hingga Juni 2014, impor beras mencapai 176.227 ton atau senilai US$ 76,2 juta untuk memenuhi konsumsi beras per kapita Indonesia yang telah melewati angka 80 kg. Ironisnya, negara yang menjadi eksportir beras ke Indonesia adalah negara yang memiliki luas lahan yang lebih kecil dibandingkan Indonesia.
Salah satu penyebab Indonesia tetap menjadi negara importir adalah tidak terpenuhinya kebutuhan beras di Indonesia karena kurangnya pemanfaatan teknologi di bidang pertanian sehingga produktivitas pertanian Indonesia tergolong rendah dibandingkan negara-negara yang telah menggunakan mesin-mesin canggih. Petani-petani padi di Indonesia yang rata-rata telah berusia lanjut masih menggunakan metode konvensional untuk menanam padinya. Metode konvensional dalam menanam padi ini menyebabkan petani lebih cepat lelah dan membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya. Metode penanaman manual ini masih tetap dipertahankan karena alat penanam yang ada masih berupa barang impor yang harganya sangat mahal. Selain itu, hampir semua alat-alat tersebut tidak sesuai dengan lahan persawahan yang ada di Indonesia. Maka dari itu sektor pertanian Indonesia saat ini membutuhkan teknologi di bidang pertanian yang memang dirancang sesuai dengan karakteristik sawah Indonesia sebagai solusi yang dapat mengatasi masalah-masalah yang ada pada metode konvensional.
Salah satu satu alat yang sedang dikembangkan oleh anak bangsa yang memiliki potensi besar untuk menjawab tantangan di atas adalah Mersedes. “Mersedes” (Mesin Cerdas Penanam Dewi Sri) merupakan sebuah teknologi inovatif penanam padi yang menggunakan prinsip mekanik dan kendali otomatis yang dirancang oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Alat ini dirancang agar sesuai dengan kebutuhan petani Indonesia dan dapat mengatasi masalah-masalah yang ada seperti kebutuhan akan tenaga kerja dan hasil produksi padi. Dengan menggunakan tenaga surya sebagai tenaga penggeraknya, alat ini menjadi lebih ramah lingkungan. Saat ini Mersedes sedang dalam tahap riset dan pembuatan. Alat ini diharapkan mampu membantu petani dalam proses penanaman dan membantu bangsa Indonesia dalam mewujudkan target swasembada pangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H