Keyakinan kuat bahwa seluruh satuan pendidikan, harus segera mengintegrasikan teknologi ke dalam proses belajar mengajar, sudah dimiliki oleh Nadiem Makarim, Mendikbud kita. "Walaupun masih tidak ideal dan masih tidak optimal, memang pembelajaran dengan metode tatap muka itu banyak positifnya tapi jika kita menggunakan dan dikombinasikan dengan teknologi, potensi belajarnya menjadi luar biasa. Kalau ada kombinasi antara face to face tapi juga ada dengan remote learning dan online learning, itu potensinya menjadi lebih efektif menurut saya," ungkap Nadiem, melalui live streaming acara Hardiknas 2020 di YouTube, Sabtu (2/5/2020).
Strategi untuk memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar adalah suatu keniscayaan. Tantangan nya adalah bagaimana menerjemahkan strategi tersebut menjadi rencana aksi dengan indikator kinerja utama yang jelas dan terukur. Diyakini Kemendikbud tentu sudah menyiapkan peta jalan atau roadmap-nya.
Namun demikian, tulisan ini cuma wacana, tanpa maksud menggurui, untuk memberi gambaran, bagaimana cara budaya Nusantara, menerjemahkan strategi menjadi rencana aksi, yang tertulis di tembang Gambuh, Bait ke-65, Serat Wedhatama karya KGPAA Sri Mangkunegara IV :
Ruktine ngangkah ngukut,
ngiket ngruket triloka kakukut.
Jagad agung ginulung lan jagad alit.
Den kandel kumandel kulup,
mring kelaping alam kono.
Jika ingin mencapai gemerlap cita-cita di masa datang, kita perlu menyiapkan diri dan memelihara (ruktine) tekad untuk meraihnya. Diawali usaha untuk menetapkan lingkup apa yang ingin dijangkau (ngangkah) atau dicapai, bahasa bisnisnya menyusun strategic formulation. Tahap berikuktnya, mengidentifikasi sarana prasarana yang dibutuhkan dan langkah apa yang diperlukan untuk mencapainya. Artinya perlu disusun strategic map yaitu peta strategi untuk mencapai visi yang ditetapkan.
Pekerjaan sebesar dan sepenting ini, tidak bisa dikerjakan sendiri, strategic formulation dan strategy map, dikomunikasikan ke para stakeholder pendidikan, bisa melalui rembug nasional pendidikan yang secara rutin diselenggarakan. Tujuannya mendapatkan masukan, membuka jalur komunikasi dan semangat kolaborasi, untuk mencapai visi bersama. Kesepahaman tujuan akan mengikat (ngiket) seluruh stakeholder kunci, untuk bekerja sama (ngruket) dan bekerja keras sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing. Kebersamaan ditopang "triloka” yaitu jnana (know how - pengetahuan dan profesionalisme), wirya (kekuasaan untuk melaksanakan) dan artha (sumber dana). Ketiga hal ini haruslah dikuasai, agar program kerja untuk mewujudkan visi tersebut sukses.
Sebelum proyek secara nasional digerakkan, Kemendikbud sudah semestinya membuat model prototype - system architecture sehingga bisa dianalisa teknologi server dan kapasitas nya, apakah perangkat lunak perlu disesuaikan agar cocok dengan budaya belajar mengajar di Indonesia? apakah sudah tersedia perangkat pendukung untuk mengakses sistem (koneksi internet, gawai, pulsa dan lain-lain)? Apakah data base pusat sumber belajar virtual sudah relevan dengan standar kompetensi yang ditetapkan? Bagaimana melatih para tenaga pendidik, tenaga kependidikan, para peserta didik dan juga mengedukasi para orang tua / wali murid untuk bisa meningkatkan mutu proses belajar mengajar?
Pembuatan prototype penting, seperti layaknya membuat gedung 10 lantai, pasti perlu desain yang bisa “digulung” jadi selembar kertas agar mudah didiskusikan, sebelum benar-benar gali pondasi dan buat tembok. Karena itulah, tembang ini menyebut - jagad agung ginulung lan jagad alit. Rekan-rekan bayangkan saja, bagaimana kalau kalau membangun kampus atau 'jagad agung' berupa gedung 18 lantai, tanpa ada 'jagad alit' yaitu gambar arsitekturnya atau detailed engineering design, jadikah ? Karena itu, dalam penciptaan selalu ada dua tahap, mental creation dan physical creation. Diciptakan secara mental dalam bentuk prototype sistem, dan setelah disepakati, baru dikerjakan secara fisik dengan melibatkan berbagai pihak ketiga.
Den kandel kumandel kulup bisa diartikan secara bebas, jika semua sudah dilakukan (sudah disusun strategic formulation, strategy map sudah ditetapkan, sudah disosialisasi ke seluruh stakeholder, sudah diberi kuasa sebagai menteri untuk melaksanakan, sudah diberi keleluasaan menggunakan anggaran sudah dibantu oleh para staf yang kompeten, sudah dibuat prototype untuk system architecture secara nasional), maka Mendikbud selaku Kuasa Pengguna Anggaran, harus memperkuat keyakinan dan berani melaksanakan rencana yang disusun. Jangan nekat, tetap mewaspadai oknum-oknum legislatif, sesama eksekutif atau bisa saja oknum yudikatif. Dari cerita-cerita di koran, banyak modus dari segelintir oknum serigala berbulu domba, yang bisa kompak dengan niat menjarah anggaran yang ada. Jangan sampai Mas Nadiem selaku Mendikbud, bekerja dengan niat mulia malah berakhir di penjara, akibat konspirasi para mafia.
Ingatlah penggalan akhir sajak ronggowarsito - eling lan waspada, tetaplah ingat dan selalu waspada. Jika itu semua telah dilalui, pada akhirnya, gemerlap alam masa datang - visi bersama yang ditetapkan, bagaimana mengintegrasikan teknologi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat tercapai.
Kami para tenaga pendidik terus berdoa dan berharap, bisa memberikan sumbangsih kecil secara aktif mungkin tiada arti. Para pelaksana perlu menguatkan tekad, untuk merencanakan masa depan, dengan kemampuan untuk memprediksi teknologi masa datang akan seperti apa. Creating the Future From The Future. Untuk menjadi leader, tentu harus memiliki visi, lalu dengan berani melangkah untuk mewujudkannya, seperti halnya Mas Nadiem sudah berhasil membangun Gojek, kenapa di Kemendikbud tidak ?