Mohon tunggu...
Jay Akbar
Jay Akbar Mohon Tunggu... profesional -

Alumni Sejarah Universitas Diponegoro Semarang. Saat ini bekerja sebagai wartawan di salah satu media nasional. Meminati kajian sejarah, budaya, dan militer. @wijayakbar http://jayakbar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penjaga Sukarno: yang Setia dan yang Berkhianat

8 Oktober 2013   22:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:48 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Sehingga sangat tidak mungkin pada hari itu mereka berdua bertemu presiden di Istana. Apalagi sampai Bapak langsung memberikan penugasan untuk menculik,” ujar Saelan.

Yang membuat hati Saelan miris, tuduhan Bung Karno terlibat G30S tidak disampaikan musuh Bung Karno. Tuduhan itu justru disampaikan ajudan yang amat disayangi Bung Karno.

Ya, sebelum peristiwa G30 meletus, Bambang merupakan ajudan kepercayaan Bung Karno. Boleh dikata Bambang adalah anak emas Bung Karno. “Iya dia anak emas Bapak,” kata Saelan.

Saelan sendiri baru mengetahui tuduhan Bambang selepas keluar dari penjara. Dia mengaku sempat menghubungi Bambang untuk meminta penjelasan atas keterangannya di BAP. “Kamu kok menulis seperti itu tentang Bapak? Maksudnya apa?” tanya Saelan kepada Bambang. “Saya ingin kita bertemu,” tambah Saelan. Ajakan Saelan bertemu tidak pernah dipenuhi Bambang.

Saelan menceritakan dirinya sempat diminta menandatangangi BAP yang sudah dibuat Teperpu. Saelan menolak. Dia menilai isi BAP mendiskreditkan dan memojokan Bung Karno dalam peristiwa G30S. Bahkan BAP itu jelas-jelas menuduh Bung Karno sebagai dalang G30S.

“Gara-gara tidak mau tanda tangan saya dipenjara selama lima tahun (empat tahun delapan bulan),” ujar Saelan.

Belakangan Saelan tahu kenapa Bambang rela membuat tuduhan keji kepada Bung Karno. Menurutnya dari sekian banyak ajudan yang terkenal dekat dengan Bung Karno, hanya Bambang yang tidak dipenjara rezim Soeharto.

Mereka yang lain seperti Brigardir Jendral Saboer yang menjabat sebagai Komandan Cakrabirawa di penjara. Letnan Kolonel (Pol) Mangil Martowidjojo yang menjabat Komandan Detasemen Kawal Pribadi Cakrabirawa ditahan selama tiga setengah tahun. Letnan Kolonel Soeprapto, pengemudi mobil Kepresidenan ditahan lima tahun. Letnan Kolonel Infantri, Ali Ebram yang menjabat sebagai Asisten Intelejen Resimen Cakrabirawa ditahan 12 tahun.

Sedangkan Saelan sendiri ditahan empat tahun delapan bulan. “Sekarang saya mengerti kenapa hanya Bambang satu-satunya orang yang tidak dipenjara,” katanya.

Kesaksian Bambang yang tidak akurat dan bahkan cenderung mengada-ada memang menarik untuk dicermati. Pasalnya, pemeriksaan terhadap Bambang baru dilakukan pada akhir 1970. Alhasil, kesaksian Bambang soal keterlibatan Bung Karno dalam peristiwa G30S muncul setelah Bung Karno wafat pada Juni 1970.

Spekulasi yang berkembang menyebutkan pemeriksaan Bambang sengaja dibuat terlambat agar tidak bisa dikonfrontir dengan Bung Karno. “Pengakuan Bambang bukan fakta. Seluruhnya karangan yang dibuat untuk mencari-cari kesalahan Bung Karno,” kata Saelan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun