Meskipun hamya berjarak 2 tahun saja dari perebutan Piala Thomas terakhir (1982), telah terjadi banyak perubahan di perbulutangkisan dunia. Dalam rangka mengemas bulutangkis agar lebih menarik sebagai suatu pertunjukan, IBF telah merombak format pertandingan Piala Thomas dan Piala Uber. Yang semula diselenggarakan terpisah per 3 tahunan, kini diperpendek menjadi tiap 2 tahun dan penyelenggaraannya disatukan. Piala Thomas dan Piala Uber kini hanya mempertandingkan 5 partai saja, 3 tunggal dan 2 ganda dalam format 1 hari pertandingan. (Format pertandingan yang dituding Konfederasi bulutangkis Asia (ABC) sebagai upaya IBF untuk memberi kesempatan negara-negara Eropa untuk merebut piala-piala tersebut). Kini tidak ada lagi kewajiban 1 pemain tunggal yang harus merangkap di ganda dan susunan pemain di pertandingan harus berdasarkan peringkat dunia mereka. Tidak boleh lagi ada susunan pemain yang dibolak-balik seperti dahulu.
Piala Uber 1984.
Tim Putri China yang sudah mendominasi dunia sejak 1982, di arena ini merupakan pendatang baru, yang diperhitungkan sebagai calon paling kuat untuk merebut supremasi dan membawa pulang Piala Uber ke negaranya, untuk kali pertama.
Jepang yang mendominasi Piala Uber sejak 1966 samasekali tidak berkutik, bahkan gagal maju ke semi final. Demikian juga Indonesia yang langganan finalis, Ivanna Lie dan kawan-kawan menyerah oleh China 0-5, Jepang 2-3 dan Denmark 2-3.
Seperti diramalkan China memboyong piala itu dengan menyapu semua lawannya dengan angka mutlak 5-0, termasuk Inggris di final.
Piala Thomas 1984.
Masih belum ada lawan berarti yang diperhitungkan mampu menandingi kedigdayaan tim putra China dan Indonesia. Sebagai juara bertahan, China memang lebih diunggulkan untuk mempertahankan Piala Thomas. Keunggulan ini diperhitungkan berkat prestasi tunggal mereka yang lebih mengkilap dalam 2 tahun terakhir ini. Namun, keunggulan mereka tidaklah mutlak, karena ganda mereka masih kalah selapis dibanding Indonesia. Tapi tidak ada yang tidak sepakat bahwa China dan Indonesia akan mengulangi pertemuan mereka di final seperti 1982. Siapa yang menang, akan benar-benar tergantung pada strategi masing-masing tim untuk "mensiasati" peraturan baru ini.
Tim Thomas China 1984
Selain masih eksisnya jago-jago tunggal putra tim Thomas1982, Han Jian 28 tahun, Luan Jin 26, dan Chen Changjie 25, tim putra China juga diperkuat bintang-bintang baru yang prestasinya sedang menanjak Yang Yang 21 dan Zhao Jianhua 19.  Sedang yang didaftarkan sebagai pemain ganda adalah Sun Zhian 28 Yao Ximing 28, He Sangquan 29, Lin Jiangli 30 serta pemain muda Jiang Guoliang 22, Li Yongbo 22 . Tian Bingyi 21.
Berdasarkan peringkat, susunan pemain tunggal China adalah Zhao Jianhua ditunggal pertama, kemudian berturut-turut Han Jian, Yang Yang, Luan Jin dan Chen Changjie. Di ganda, meskipun banyak kemungkinan yang terjadi, tapi alternatifnya tidak banyak. Sun/Yao pertama, kemudian He/Lin atau He/Jiang dan ganda baru yang sedang menanjak Li Yongbo/Tian Bingyi
Tim Thomas Indonesia 1984 [caption id="attachment_93169" align="aligncenter" width="420" caption="          Tim Piala Thomas Indonesia 1984 sebelum berangkat            sumber: Google"][/caption] Tumpuan harapan Indonesia terletak di pundak Liem Swie King 28 tahun dan bintang baru juara dunia 1983, Icuk Sugiarto 21, yang didukung Hastomo Arbi 26, Eddy Kurniawan 21 dan Hadiyanto 28 .