Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik Psikedelik (2): Generasi Art Rock.

27 Maret 2014   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:24 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentang cerita musik psikedelik  yang belum tuntas.

Masih ada Jefferson Airplane dan lagu "White Rabbit" yang fenomenal.  Masih ada grup Velvet Underground yg konsernya hanya dihadiri sedikit penonton, tapi lagunya sangat inspiratif sehingga masih diingat orang sampai kini.  Masih ada gebrakan trio Blue Cheer dan musiknya yang meliuk-liuk.  Masih ada The Byrds yg harmoni vokalnya sungguh indah .

Tapi waktu terus berjalan.  Perang Vietnam masih riuh berkecamuk, tapi demonstran anti perang sudah ganti generasi.  Generasi bunga yang dulu sudah berangkat mapan. Adik2nyalah yang menggantikannya 'mabok',  meski tak lagi keleleran di jalan model hippies seperti kakak2nya. Musiknya pun berubah............

Tapi konsep musiknya tetep sama,  njlimet dan ruwet. Tapi generasi penerus ini ogah menyebutnya lagi  sebagai ‘musik psikedelik’ . Penikmatnya lebih suka dengan istilah “art-rock” atau meminjam istilah majalah musik Melody Maker, ”Classic Rock”. Kini, musik jenis ginian dinamakan “progressive-rock”. Apapun istilahnya, jenis musiknya seperti itu.

Ciri lain yang membedakan musik art-rock ini dengan rock yang lain (rock mini, misalnya) adalah memperlakukan vokal (suara penyanyi)  seperti bunyi instrumen yang menyatu dalam lagu. Jarang ditemukan suara vokal yang indah, melengking tinggi 4 oktaf seperti suara Ian Gillan (Deep Purple) atau Robert Plant (Led Zeppelin). Karena itu, sumprit dah,..... lagunya susah ditirukan, terutama kalau yang denger sedang waras.

Meskipun tidak jadi mainstream (dan aliran ini memang meredup awal 80an), ada banyak sekali grup musik pembawa bendera ‘art-rock’ ini yg kelasnya ‘mendunia’,  saat itu.

Salah satu pelopor jenis musik ini adalah King Crimson,  grup yg terkenal dengan lagunya yang melo tapi surealis. Kelompok digawangi gitaris Robert Fripp ini anjlok popularitasnya ketika vokalis sekaligus pemetik bass-nya GregLake, kabur.

[caption id="attachment_298532" align="aligncenter" width="286" caption="karya grafis psikedelik seniman Barry Godber untuk cover album perdana King Crimson : In The Court Of Crimson King (1969)"][/caption] Juga harus disebut kelompok Jethro Tull yang dikomandani vokalis dan peniup flute Ian Anderson. Atau grup Inggris lain yang pendek umur, Blind Faith (Eric Clapton, Ginger Baker, Steve Winwood dan Ric Grech).  Atau grupnya Steve Winwood sebelum/sesudah Blind Faith, Traffic, yang punya beberapa hits pengantar mabok dan sering didaur ulang pemusik lain.

Masih banyak grup lain di Inggris; Gentle Giant, Caravan atau Renaissance misalnya.  Atau grup asal Amrik, yang sepintas lagunya terdengar ‘mudah’,  Wishbone Ash.  Ada juga grup asal Jerman Triumvirat atawa Kin Ping Meh.  Atau satu2nya grup Italia yg saat itu namanya mendunia, Premiata Forneria Marconi yg biasa disebut dengan PFM saja. Belanda? Ada grup 'ruwet' bernama Focus.  Dan masih buaaaaanyak yang lain. Penulisnya juga lupa.............

Tapi  penghuni puncak piramida pemusik art rock ini adalah mereka yang ini………..

*

Pink Floyd.

Grup yg berdiri 1965 ini semula beranggotakan Syd Barret (gitaris, vokalis dan penulis lagu), Roger Waters (bass, vokal), Nick Mason (drum) dan Richard Wright (keyboard). Usai merekam album pertama The Piper At The Gates of Dawn (1967), mereka memerlukan anggota ke 5, David Gilmour pada gitar dan vokal. [caption id="attachment_296900" align="aligncenter" width="385" caption="ki-ka : Mason, Barret, Gilmour, Waters dan Wright. Momen yang langka, karena Barret dan Gilmour hanya 3 bulan bersama (en.wikipedia.org)"][/caption] Semakin lama, kelakuan Barret semakin aneh dan sulit bekerjasama. Managemen kemudian mendesaknya agar mengundurkan diri. Formasi 4 orang (Waters, Gilmour, Wright dan Mason) ini kemudian menjadi “classic line-up” dan menjadikan Pink Floyd sebagai salah satu grup tersukses dalam penjualan album (hanya terpaut sedikit dengan Led Zeppelin, dan mengungguli Rolling Stones).

Meskipun banyak syair dalam lagu mereka yg puitik, tapi Pink Floyd lebih  dikenali penggemarnya dengan musiknya yg surealis dan bahkan sering mengabaikan syair. Lagu di bawah ini contohnya.

Lagu ‘Careful with That Axe, Eugene ini, vokal Waters tidak digunakan untuk menyanyi, tapi hanya untuk menjerit dan tertawa ‘gila’. Sementara Gilmour hanya ber’scat singing’ meliuk2kan suaranya meniru bunyi gitarnya. Lagu ini direkam langsung dari pertunjukan ‘live’ dan termasuk lagu andalan di album ke 3, Ummagumma (1969).

*

Genesis.

Grup yang dibentuk di Surrey, Inggris tahun 1967 ini beberapa kali berganti personil di awal kariernya, di posisi gitar dan drum. Meskipun 2 album mereka yang pertama From Genesis to Revelation (1969) dan Trespass (1970) tak kurang indahnya, tapi personil yang disebut sebagai “classic line-up” adalah di masa 1971-1975 Peter Gabriel (vokalis), Steve Hackett (gitar), Mike Rutherford (bass), Anthony Banks (kibor) dan Phil Collins (drum). Di masa inilah Genesis mengalami masa kejayaannya dan menghasilkan karya terbaik mereka, “The Lamb Lies Down On Broadway” (1974).

[caption id="attachment_296901" align="aligncenter" width="440" caption="ki-ka : Hackett, Rutherford, Gabriel, Collins dan Banks (progarchieves.com)"][/caption] Dominasi peran Gabriel dalam menulis lirik yang puitik dan absurd, di masa ini sangat terasa. Di panggung, Gabriel gak segan mendandani dirinya, berganti kostum bahkan merubah karakter suaranya, agar ‘masuk’ ke dalam lagunya.  Kepergian Gabriel tahun 1975, membuat grup ini nyaris ditinggal penggemarnya. Untunglah, mereka merubah arah musiknya menjadi lebih ‘manis’ setelah hengkangnya Hackett (1977) dan penggemarnya mulai berdatangan terutama dari generasi baru.

Saksikan tingkah ‘pethakilan’ Peter Gabriel di atas panggung. Lagu aslinya direkam di album Foxtrot (1972). Improvisasi live-nya gak banyak, jadi nyaris mirip pleg ama rekamannya....

Yes.

Mendengar musik Yes, adalah seperti mendengar ’jam-session’ antara para pemusik jenius. Masing-masing ’berteriak’ sendiri mempertontonkan kedahsyatannya dan seolah-olah mengabaikan harmoni. Kalau drumnya ke utara, bassnya ke selatan, kibornya pergi ke pasar, sementara gitarnya kerumah mbokdhenya. Berantakan, tapi....... dahsyat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun