Musik Jadul?. Â Di Indonesia?. Â Mestinya alat musiknya sederhana. Â Sound system dan alat rekamnya pun sederhana dan pasti sudah ketinggalan jaman. Hasilnya tentu sebuah musik yang sederhana juga............ Pendapat ini ada benarnya, terutama bila kita membandingkan dengan musik Indonesia di jaman ini. Tapi biar jadul dan ketinggalan jaman, Â musik jadul tidak untuk dilupakan kan? Apalagi itu musik Indonesia. Jadul ya jadul...... tapi mengapa jaman 1960-1965? Jaman itu adalah jaman ketika Bung Karno sebagai Kepala Negara mencanangkan Demokrasi Terpimpin. Tidak saja di bidang politik, tapi juga di bidang kebudayaan, terutama musik. Â Musik Rock 'n Roll yang ketika itu sedang mewabah dianggap sebagai produk imperialisme 'Barat' Â yang bisa menimbulkan dekadensi kebudayaan nasional, disikat habis. Hal ini tidak saja dibuat berdasarkan Keputusan Presiden semata, tapi dikukuhkan juga dengan sebuah Ketetapan setingkat MPRS. Dan bergelimpanganlah piringan hitam Elvis Presley, Chuck Berry, dan bahkan lagu lembut Harry Belafonte atau Connie Francis-pun ikut kena tulahnya. RRI bahkan mempelopori kebijakan ini dengan membakar piringan hitam milik mereka di depan umum. Diluar itu, ternyata masih banyak para remaja yang bermental tempe dan tetap gemar musik ngak-ngik-ngok yang secara sembunyi tetap mendengar siaran BBC atau ABC yang hingar bingar oleh musik The Beatles....... Tapi, harus diakui perkembangan musik lokal Indonesia, saat itu berkembang sangat pesat. Untuk pertama kalinya musik Indonesia berjaya di negeri sendiri....
Koes Bersaudara.
[caption id="attachment_238283" align="aligncenter" width="346" caption="(okkyraharjo.blogspot.com)"][/caption] Meskipun tulisan ini subyektif, rasanya sulit diingkari kalau disebut grup musik kakak beradik putra-putra bapak  Koeswoyo ini sebagai salah satu penghuni puncak musik Indonesia saat itu. Usai mundurnya Koesdjono (John Koeswoyo), kelompok ini kemudian terkenal sebagai kuartet, yang terdiri dari Koestono (Tonny K-lead guitar), Koesnomo (Nomo K-drum), Koesrojo (Yok K-bass) dan Koesjono (Yon K-rhytm guitar).  Entah disengaja atau tidak, kuartet ini terlihat sangat mirip The Beatles.  Ditambah poni rambut dan balutan jas yang seragam, mereka memang sangat piawai di panggung menyanyikan : " .........well, my heart went boom, when I crossed that room, and I held her hand in miiiiiiiineeeee......" dan penontonnya yang didominasi anak-anak muda bermental tempe (istilah Bung Karno) itu langsung berjingkrak histeris.  Hal inilah yang membuat mereka merasakan dinginnya tidur di penjara (Juli - September 1965). Meskipun demikian, lagu karya mereka tetaplah luar biasa. Selain mencipta lagu yg berkategori 'jingkrak' macam Bis Sekolah, mereka juga punya hits lagu lembut seperti Telaga Sunji, Dewi Rindu, Kuduslah Tjintamu. Semua lagu mereka menonjolkan harmoni vokal Yon-Yok yang amat dahsyat. Uniknya biarpun lagunya lembut dan mudah dicerna,  syairnya tidak satupun yang menya-menye, yang melantunkan kesedihan secara berlebihan.....
*
Lilis Suryani. [caption id="attachment_238285" align="aligncenter" width="288" caption="(veengle.com)"]
![13660942591704118319](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/552fa9a70423bdc2298b4568.jpeg?t=o&v=770)
*
Titiek Puspa. [caption id="attachment_238286" align="aligncenter" width="273" caption="(direktori,indonesiakreatif.net)"]
![13660946651289569163](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/552fa9a70423bdc2298b4569.jpeg?t=o&v=770)
*
Selain 3 tokoh ini, masih banyak penyanyi lain yang ngetop. Masa itu memang jaman kebangkitan industri musik Indonesia. Ketokohan Bing Slamet tidak perlu diragukan lagi, tapi di masa itu namanya tenggelam oleh 3 tokoh di atas. Ada juga spesialis lagu Minang (meskipun tidak punya lagu yang benar-benar menjadi hits), Elly Kasim. Â Juga Alfian yang punya beberapa hits yang masih diingat orang sampai kini (Senja di Kaimana, Semalam di Cianjur, Sebiduk di sungai Musi). Harry Noerdi (Andaikan). Diah Iskandar (Connie Francis Indonesia, Surat Undangan), Onny Soerjono (Pesanku) dan isterinya Tutty Soebardjo (Kasih Tak Sampai), duo maut Pattie Bersaudara (Tjinta Pertama) dan tentu saja yang ini............
Ellya Khadam.
[caption id="attachment_238287" align="aligncenter" width="266" caption="(dangdut.bewegaleri.com)"]
![13660947791357123993](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/552fa9a70423bdc2298b456a.jpeg?t=o&v=770)
*
Sebelum menyelesaikan postingan ini, ingatan saya melayang kepada nasib seorang anak tempe. Â Ketika itu di SD ada pelajaran menyanyi yang, selain diajar membaca not dan not balok, Â juga harus praktek dengan menyanyi di depan kelas. Â Bosan dengan nilai menyanyi yang terus-terusan merah di rapor, si anak tempe kelas 3 SD ini membuat terobosan baru. Â Ketika teman sekelasnya menyanyikan lagu macam 'Garuda Pancasila', Â 'Balonku' atau 'Aku seorang Kapiten', ketika tiba gilirannya, Â si anak tempe dengan pede menyanyi...... Paaataaaaaah hatiku jadinyaaaaaa Meraaaaana berputus aaaasaaaa Merindukan dikau yang tiiiiiiaadaaa Terbayang di setiap maaasaaaa.......Tentu saja seisi kelas heboh dan memberikan 'standing ovation'. Â Sambil (berusaha keras untuk) menahan tawa, Â sang Ibu Guru jail bertanya : "Patah hati itu apa sih, nak?"
*
Pertanyaan yang, tentu saja, sulit dijawab. Â Bahkan sampai kini, ketika sang anak tempe itu sudah jadi kakek........ _________________________________________________ Niatnya sih mau disambung..... tapi itu msih sebatas niat yaa.... Patah hatiku @ KoplakYoBand
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI