Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

IA-ITB; Antara Harapan dan Kenyataan (Renungan Usai Acara Pemilihan Ketua Umum Periode 2011-2015)

5 Desember 2011   12:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:48 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13762252311423762167

Tanggal 2 -4 Desember 2011 kemarin IA-ITB atau Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung mengadakan Kongresnya yang ke VIII, sekaligus mengadakan Pemilihan Ketua Umum periode 2011-2015 untuk menggantikan periode kepengurusan 2007-2011 sebelumnya yang dipimpin oleh Hatta Rajasa (alumni jurusan Teknik Perminyakan,  angkatan 1973). [caption id="attachment_259032" align="aligncenter" width="339" caption="(tribunnews.com)"][/caption] Persaingan para calon Ketua Umum yang berlangsung cukup panas ini akhirnya dimenangi  Sumaryanto Widayatin, (Sipil 74) yang sehari-harinya bertugas sebagai Deputi Bidang Infrastruktur dan Logistik di Kementerian BUMN. Dengan perolehan 3.142 suara, Sumaryanto mengungguli Amir Sambodo (Mesin 78,  pengusaha, pemilik PT. Tuban Petro Chemical) 1.831 suara, Dasep Achmadi (Mesin 84, entrepreneur) 487 suara, Hermanto Dardak (Sipil 75, Wakil Menteri PU) 2.090 suara, Nining Indroyono Susilo (Arsitektur 76, Dosen di sebuah Perguruan Tinggi) 499 suara. Suasana pemilihan Ketua IA ITB seperti biasanya, berlangsung cukup meriah dan heboh di kampus ITB,  jalan Ganesha Bandung. Bahkan Jalan Ganesha ditutup sebagian karena sebuah panggung besar didirikan lengkap dengan tenda-tenda dari tim sukses para kandidat. Tak kalah seru di dalam kampus sederet stand dan panggung dengan sajian musik "live" disediakan untuk menghibur 10.000an orang alumni yang hadir. Layaknya ajang reunian, para alumni dari berbagai angkatan dan daerah hadir untuk ikut memilih ataupun hanya sekadar hura-hura alias para golputers. Sebuah acara yang konon menghabiskan dana milyaran rupiah, termasuk diantaranya sebuah turnamen golf antar alumni. (Ah, alangkah indahnya kalau dana sebesar ini dipergunakan untuk merehabilitasi fisik SD di daerah terpencil, atau memberi bantuan finansial buat mahasiswa Indonesia yang secara finansial gak mampu, kata salah seorang alumni...... Ah, suka-suka kita dong. Ieu teh duit kita-kita oge, bukan bolehnya minta ama Negara, kata alumni yang lain......Ah, panjanglah kalau dilanjutkan, karena sejak dulu jaman mahasiswa, para alumni ITB juga suka dan selalu ribut, bahkan untuk urusan sepele........) Meskipun IA-ITB ini adalah organisasi nirlaba, tapi setiap acara pemilihan Ketua Umum baru tidak pernah sepi peminat. Tak dipungkiri apabila dalam sejarahnya, banyak sekali jabatan pemerintahan setingkat menteri yang kemudian disandang oleh para Ketua Umum IA-ITB ini. Sanyoto Sastrowardoyo, Giri Suseno dan Cacuk Sudariyanto untuk menyebut beberapa diantaranya. Meskipun Laksamana Sukardi dan Hatta Rajasa sudah menjabat Menteri lebih dahulu sebelum menjadi Ketua IA.  Demikian juga banyak Menteri yang 'tembak langsung', tanpa melewati jalur IA seperti Jusman Sjafii Djamal, Purnomo Yusgiantoro atau Kusmayanto Kadiman. Itulah masalah kronis yang menahun di tubuh IA-ITB. Kalau Ketua Umum terpilih adalah Pejabat Negara yang super sibuk,  waktunya untuk mengurus organisasi amat terbatas. Kalaulah ybs bukan Pejabat Negara, mereka bukannya mengangkat kehormatan IA-ITB agar sejajar dengan Alumni Universitas lain, tapi justru memanfaatkan untuk menjadikan kendaraan politis demi tujuan yang lebih besar. Dua-duanya sama, dan IA-ITB tetap saja jalan di tempat........ Mudah-mudahan kepengurusan kali ini tidaklah demikian. Sumaryanto Widayatin sang Ketua Umum terpilih, dalam kampanye nya mengusung jargon SUM, Sinergi Untuk Maju. Sumaryanto ingin men-sinergikan potensi alumni ITB di semua bidang untuk kemajuan alumni, almamater dan bangsa Indonesia. Benar, bangsa Indonesia sudah lama menunggu kiprah para alumni ITB walaupun hanya selangkah maju. Bangsa Indonesia sudah lama terpuruk di titik nadir di tengah persaingan global........ Banyak pe-er menunggumu, mas Sum!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun