Sumantri, Somantri atau Bambang Sumantri, putra sulung Resi Suwandagni, pemilik pertapaan Arga Sekar sudah terkenal di seantero kerajaan Mahespati (Mahispati atau Maespati. Â Awas ya, jangan keliru dengan Maospati yang pangkalan udara TNI-AU itu) karena kedigdayaannya, ketampanannya dan kesombongannya.
Hanya karena ketatnya pendidikan ayahnya sajalah, dia tidak tumbuh jadi preman. Sejak kecil, dia lebih tertarik pada olah fisik, dan ayahnya tidak ragu menurunkan semua ilmu jaya kawijayan pada anak sulungnya ini.
Seharusnya sebagai putra sulung seorang pendeta dengan kasta sosial tertinggi saat itu, Sumantri punya hak waris untuk menggantikan ayahnya sebagai pendeta di Arga Sekar. Tapi Sumantri tidak tertarik. Dia lebih suka pada dunia petualangan dan pertarungan. Tapi juga dia ogah untuk hidup sesuai jalan pedang dan menjadi roninmiskin seperti Musashi di Jepang. Dia akan hidup sebagai ksatria yang tidak perlu memikirkan susahnya biaya hidup. Dia harus mengabdikan diri pada seorang raja, tapi dengan catatan sang raja itu harus bisa mengalahkannya!
Berbeda 180 derajat dengan Sumantri, adiknya Sukrasana atau Bambang Sukrasana, biarpun juga bernama Bambang (yang artinya laki-laki cakep), tapi bertampang jelek, berwujud raksasa cebol, yang cedal bicaranya, lebih tertarik pada olah bathin. Karena keterbatasan fisiknya inilah sang adik jarang menampakkan diri di depan umum. Masyarakat hanya tahu Resi Suwandagni hanya punya seorang putra yang digilai banyak gadis karena ketampanan dan kesaktiannya.
[caption id="attachment_116165" align="alignleft" width="257" caption="Bambang Sumantri (sumber: wayang.wordpress.com)"][/caption]
Ketika mengutarakan niatnya kepada ayahnya, Resi Suwandagni merestuinya dan menganjurkan untuk mengajak adiknya. Karena dalam beberapa hal, Sukrasana jauh lebih baik dari kakaknya. Pasangan Sumantri-Sukrasana akan menjadi pasangan maut yang tak terkalahkan, seperti Park Joo-bong/Kim Moon-soo di bulutangkis. Meskipun sayang dengan adiknya, Sumantri ogah jalan bareng dengan sang adik yang buruk rupa dan manja itu. Sang adik yang sayang banget pada kakaknya, protes keras dan tidak mengijinkan kakaknya pergi, sehingga Sumantri harus menunggu adiknya lengah untuk berangkat memulai petualangannya.
Tujuan pertamanya, tentu saja adalah Kerajaan Mahespati. Sumantri menghadap rajanya. Dengan gaya selebritisnya dia minta agar dia diberi jabatan (eh, salah), mohon diijinkan untuk mengabdi dan membaktikan diri untuk tanah airnya. Prabu Harjuna Sasrabahu, raja Mahespati, sudah mendengar nama dan kependekaran Bambang Sumantri. Tapi dia neg juga melihat gaya sombong si anakmuda yang seolah-olah merasa tanpa lawan itu. Karena itu, sang Raja bersedia menerima pengabdian Sumantri dan mengangkatnya jadi PNS, bukan dengan KKN, tapi dengan syarat khusus yang berat.
Saat itu, sang Raja, yang titisan Wisnu itu, sedang tergila-gila oleh Dewi Citrawati putri raja Magada, Prabu Citrawijaya. Sumantri ditugaskan untuk melamarkan dan membawa pulang putri itu ke Mahespati untuk sang raja, at all risk! Dengan pede, Sumantri menyanggupinya.
Sesampai di Magada, Sumantri yang anak KTL (Kampung Tembak Langsung), tapi dengan jabatan duta resmi kerajaan Mahespati itu terheran-heran mendapati bahwa ternyata sudah banyak raja-raja dari 1000 negara (dduh, lebay deh) yang berkumpul di Magada punya tujuan sama. Tapi pihak kerajaan Magada masih juga ngetem (alias menggantung keputusannya). Solusinya memang harus mengadu kerasnya tulang dan liatnya otot. Dan tidak ada lawan yang mampu mengimbangi kesaktian Sumantri.
Bambang Sukrasana (sumber: wayang.wordpress.com)
Singkat cerita, sang putri dibawa pulang dengan bonus taklukan raja dari 1000 negara yang ditundukkannya.