Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Lagu Cinta di Film Cinta Indonesia yang Fenomenal

27 Januari 2012   09:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:23 3742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada buanyaaak sekali film 'made-in' Indonesia yang bertema Cinta. Tapi jumlah itu harus dipilih, dipilih, dipilih dahulu karena tidak semua film cinta di Indonesia punya predikat fenomenal. Fenomenal? Ya iyalah (masa iya dong?).  Filmnya harus sukses secara komersial. Punya efek kejut setara sekian TNT sehingga beberapa lama menjadi buah tangan.....eh salah, jadi buah bibir dan trend-setter para remaja di masanya. Persyaratan yang lain untuk dibicarakan disini, lagu temanya juga harus berhasil di pasar alias kondang alias terkenal alias ngetop...... Film Cinta bikinan sebelum tahun 1970, rata-rata tidak punya lagu yang khusus diciptakan untuk film tersebut. Jadi dengan alasan itu, film-film sekaliber Terang Boelan (tonggak sejarah film cinta Indonesia, dibintangi Raden Muchtar dan Miss Roekiah,1939) serta film Tjitra (karya sutradara kondang Usmar Ismail, 1958) harus saya sisihkan. Dengan alasan yang sama, saya juga menyisihkan film karya sutradara Ami Priyono, Kampus Biru 1976. Film yang dibuat berdasarkan novel laris Ashadi Siregar Cintaku di Kampus Biru ini memang sukses mengumpulkan banyak penonton. Bintang pemeran utama pria, Roy Marten melambung namanya hampir seketika bersama Yatie Octavia dan Enny Haryono yang penyanyi.  Sayangnya cuma satu, film ini tidak punya lagu tema yang seimbang........ Meskipun film cinta ini tidak semuanya bertema remaja (Film cinta remaja pertama di Indonesia baru muncul tahun 1979, Gita Cinta dari SMA), ternyata film cinta yang fenomenal ini banyak dinikmati remaja, anak sekolah dan mahasiswa. Biarpun penontonnya juga banyak yang aki-aki dan nini-nini.....

Pengantin Remaja (1971).

[caption id="attachment_259022" align="aligncenter" width="403" caption="(s3.amazonaws.com)"][/caption] Film yang disutradarai Wim Umboh ini diilhami oleh suksesnya film Romeo & Yuliet, film adaptasi dari novel mbah Shakespeare. Film karya sutradara Franco Zefirelli yang melambungkan nama Leonard Whiting (yang cakepnya puolll) dan Olivia Hussey (yang imutnya ampun-ampunan) memang bagus serta sukses banyak ditonton. Film Pengantin Remaja ini meskipun ceritanya biasa saja untuk ukuran sekarang, tapi ketika itu benar-benar meledak. Bintangnya Sophan Sophiaan dan Widyawati, segera melambung ke puncak popularitas dan menjadi idola remaja saat itu. (Mereka berdua kemudian terlibat cin-lok dan menikah,1972. Pernikahan yang terjadi saat mereka di puncak karier, digosipkan tak akan bertahan lama. Tapi ternyata mereka sepi gosip dan pernikahan itu bertahan sampai Sophan meninggal). Sukses film ini dilengkapi dengan predikat Film Terbaik di Festival Film Asia 1971 serta Runner Up Aktris Terbaik untuk Widyawati. Film sukses melahirkan banyak pengikut. Penyakit latah membuat sekuel yang sejak dulu ada. Pengantin Remaja II,1982 (karya sutradara Sandy Suwardi dengan bintang Ikang Fawzi dan Henidar Amroe) serta remake film dengan judul sama, Pengantin Remaja,1991 (sutradara Wim Umboh dengan pemeran Bucek Depp dan Vivi Samodro). Keduanya tidak mampu menyamai sukses film aslinya. Ilustrasi musiknya yang indah digarap oleh Idris Sardi menjadikan film ini lebih kuat. Lagu tema yang dinyanyikan sendiri oleh Widyawati amat berhasil mengantarkan suasana tragis di akhir film. Meskipun tidak terlalu hebat sebesar popularitas Sophan-Widya, lagu Romi dan Yuli ini cukup berhasil di pasar ketika itu.

Cinta Pertama (1973).

[caption id="attachment_259025" align="aligncenter" width="268" caption="(photobucket.com)"]

13762237561506005558
13762237561506005558
[/caption] Teguh Karya adalah sosok sutradara yang amat teliti menampilkan detil. Kalau dia bercerita tentang seorang miskin, kostum Christine Hakim sang pemeran utama benar-benar kumal, lusuh dan belel (Di Balik Kelambu, 1983). Atau tengok suasana Hindia Belanda yang amat detil di tahun 1930 itu (Doea Tanda Mata, 1986). Tidak ada properti aneh yang pantas kita tertawakan ....... (Ini karena saya sering tertawa nonton hal yang aneh di film kita). Cinta Pertama ini adalah film kompromi pertama Teguh Karya. Kompromi antara aspek artistik dan komersial. (Filmnya pertama, Wadjah Seorang Laki-Laki, 1971, yang dipuji banyak kritikus sebagai film artistik, jeblok di pasar). Kompromi yang berhasil mewujudkan film yang artistik, tapi ceritanya juga kuat dan menguras emosi. Film ini sukses besar dan melambungkan nama pemerannya yang pendatang baru. Christine Hakim dan Slamet Rahardjo. Kesuksesan film ini juga dilengkapi dengan raihan Piala Citra 1974 untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik serta Pemeran Utama Wanita Terbaik. Film yang laris ini juga membuat latah. Cinta Pertama yg lain, yang disutradarai oleh Nayata Fio Nuola dengan Bunga Citra Lestari dan Ben Joshua 2006, hanya sama judulnya saja. Cerita dan lainnya samasekali tidak ada kaitannya. Juga kualitas dan larisnya...... Ilustrasi musiknya digarap oleh Idris Sardi. Lagu temanya, ciptaan Yessy Wenas dinyanyikan oleh penyanyi bersuara sendu dan bening yang ngetop ketika itu, Anna Mathovani. Kepopuleran lagunya setara dengan filmnya dan amat berhasil mangantarkan suasana di awal filmnya.

Badai Pasti Berlalu 1977.

[caption id="attachment_259026" align="aligncenter" width="325" caption="(tobytall.files.wordpress.com)"]

13762238471681396936
13762238471681396936
[/caption] Film ini dibuat berdasarkan novel laris Marga T. dengan judul sama,  yang pernah dimuat harian Kompas sebagai cerita bersambung 1972.  Film ini juga sebuah kompromi Teguh Karya yang lain. Membuat film berdasarkan sebuah novel, memang bukan pekerjaan mudah. Sutradaranya dituntut sedemikian rupa sehingga semua imaji penonton ketika membaca novelnya, bisa diwujudkan di filmnya. Dan memang, rata-rata penonton tidak kecewa. Teguh Karya memang piawai membesut filmnya. Film ini adalah kisah cinta klasik sepanjang masa, seperti kata teh Anjani Kusuma di postingannya. Karakter Leo yang bengal, nakal dan pleiboi diperankan sangat apik oleh Roy Marten (yang ketika itu adalah salah seorang aktor termahal Indonesia).  Sungguh pantas permainannya yang apik itu memperoleh Piala Citra. Amat disayangkan dia kalah bersaing dengan Kaharudin Syah (Letnan Harahap). Christine Hakim juga sukses memerankan Siska yang dingin gara-gara pernah dikecewakan laki-laki.  (Cuma menurut saya sih,...... Christine Hakim kurang kinclong,  karena tokoh Siska di novelnya, seperti  sekuntum bunga dikerumuni banyak  kumbang.  Siska menurut imaji saya,  sungguh cantik, karena mampu membuat tokoh seperti Leo klepek-klepek.....). Tahun 1978 itu Indonesia memang banyak film bagus. Selain Roy Marten yang kandas, Christine Hakim pun kalah oleh Joice Erna (Suci Sang Primadona).  Piala Citra untuk film ini hanya diperoleh untuk kategori Sinematografi, Penyunting, Tata Suara dan Tata Musik Terbaik. Tata Musik Terbaik? Betul, ilustrasi musik film ini yang dikerjakan oleh Eros Djarot, memang sungguh luar biasa. Majalah Rolling Stone Indonesia menobatkannya sebagai Album Terbaik Indonesia Sepanjang Masa. Sebuah penghargaan yang amat pantas, karena semua lagu yang ada di album ini meledak luar biasa, bahkan mengalahkan popularitas  filmnya sendiri. Albumnya bahkan lebih dulu beredar dan populer mendahului filmnya. Inilah kelemahan film ini. Akibatnya ketika nonton, musiknya tidak mau "larut" dalam adegan filmnya, tapi penonton seolah menyaksikan klip musiknya........ Film ini juga di daur ulang oleh sutradara Teddy Soeriaatmaja dengan pemeran Vino bastian dan Raihaanun. Demikian juga albumnya dinyanyikan ulang. Tapi daur ulangnya 2007 ini sama sekali tidak dapat menyamai aslinya. Baik kualitas maupun suksesnya....... ______________________________ Halaaaaah,  sudah panjang yak? Padahal masih ada 3 film cinta lain,  yang paling tidak sama hebohnya, Gita Cinta dari SMA (1979), Ada Apa dengan Cinta (2002) dan Ayat-Ayat Cinta (2008).  Semuanya film fenomenal dan punya theme song yang juga laris.  Yah sudahlah, lain kali saja, atau saya serahkan saja kepada Kompasianer lain yang sudi melanjutkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun