Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Final Piala Thomas 1967 dan Penonton Istora

17 November 2010   09:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:32 4051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Kedua dibuka dengan Ferry Sonneville tunggal utama Indonesia yang dikalahkan Tan Aik Huang nyaris tanpa keringat 2-15, 4-15. (Indonesia hampir kalah, 1-4).

Saat itu, tanpa komando, tanpa dirigen, penonton mulai kompak menyanyi "Hallo Hallo Bandung",  "Padamu Negeri", hingga "Rayuan Pulau Kelapa". (Bayangkan saja lagu dalam tempo lambat seperti "Rayuan Pulau Kelapa" bisa dinyanyikan secara utuh dan kompak!!)

Rudy Hartono di partai ke 2 membuktikan Indonesia masih ada dan menang (juga nyaris tanpa keringat) atas Yew Cheng Hoe, 15-5, 15-9. (Indonesia mendekat 2-4).  Menarik diperhatikan bahwa Rudy Hartono, pada debut pertamanya di dunia Internasional tidak membiarkan lawan-lawannya meraih angka 10!.

Muljadi yang telat panas (seperti juga Susi Susanti, kemudian) menemui perlawanan alot veteran Malaysia 34 th, Teh Kew San di partai ke 3, meskipun menang straight set, 18-15, 15-4. (Indonesia makin dekat, 3-4).

Lagu yang dinyanyikan penonton semakin keras, dan nyaris tanpa berhenti, bahkan ketika pemain sedang konsentrasi melakukan servis. Wasit Kehormatan yang asal Inggris seperti duduk di atas bara, berkali-kali mondar-mandir hanya untuk menjadi bahan cemoohan penonton. Rupanya beliau menganggap bahwa penonton pertandingan bulutangkis haruslah tertib seperti penonton tennis.

Sungguh tidak beruntung undian pertandingan yang memaksa Muljadi hanya beristirahat 30 menit dan harus bertanding kembali di partai ke 4 bersama Agus Susanto (Ayah pemain 'stylish' Indonesia, pemegang Medali Perunggu Olimpiade Barcelona 1992, Hermawan Susanto).   Lawannya adalah jawara Malaysia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan yang juara dunia, yang diharapkan (Malaysia!) mampu menghentikan perlawanan Indonesia, 5-3.

Harapan itu sepertinya akan terkabul, Muljadi yang belum pulih benar kondisi fisiknya jadi incaran ganda Malaysia, harus jatuh-bangun untuk kalah mudah set pertama 2-15. Set kedua kelihatannya juga akan mudah buat ganda Malaysia itu. Mereka sudah unggul jauh, dan hanya perlu 5 angka lagi dan Indonesia benar-benar harus merelakan Piala Thomas terbang ke Malaysia.

Tapi kemudian terjadilah keajaiban!

Muljadi yang pantang menyerah,  mengubah taktik, berusaha menurunkan tempo permainan sambil menata napasnya. Berkali-kali dia minta ganti shuttle cock (hal yang belum umum dilakukan saat itu). Kalau ditolak, dia minta ganti raket. Lalu berlama-lama mengusap keringat, ganti kaos, mengikat tali sepatu di tengah lapangan ketika ganda Malaysia bersiap servis (bahkan kemudian mengganti sepatunya!). Ganda Malaysia protes, konsentrasi mereka pecah dan terpancing emosi, irama permainan menjadi kacau dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Lob keluar, smash melebar, dropshot nyangkut. Dari ketinggalan 2-10, Muljadi/Agus berhasil memaksakan deuce 13-13.

Sampai disini bisakah dimaklumi emosi penonton yang meledak karena gembira? Ketika kondisi berbalik 'from zero to hero' seperti itu, wajarkah kalau supporter Indonesia jadi histeris?

Keadaan baru benar-benar tak terkendali ketika ganda Malaysia yang kalah set kedua 15-18, menolak untuk melanjutkan pertandingan. Wasit Kehormatan ter-provokasi oleh tuntutan Malaysia dan menuntut Panitia untuk mengendalikan keadaan. Keadaan berangsur jadi chaos. Emosi lengkap dengankalimah sakti Ganyang Malaysia! ramai diteriakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun