Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, 16 Okt 1976...Penulis buku Motivasi RAHASIA NEKAT, penulis rubrik KETOPRAK POLITIK di Sisipan Satpol (Satire Politik) surat kabar Harian TERBIT setiap hari senin, Penulis Skenario sitkom KOST BUNTU di TVRI

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"?" Sebuah Pertanyaan Besar Untuk Bangsa Ini

1 April 2011   00:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:14 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1301617376556793935

Alhamdulillah..hanya itu yang bisa saya ucapkan ketika ikut menghadiri acara Preview Film "?" karya Hanung Bramantyo atas nama organisasi kami, Konsorsium Penyelamat Asset Bangsa (KPAB) hari Kamis (31/03) di Bioskop XXI Gandaria City Film ini menurut Mas Hanung, dalam bincang-bincang pribadi beliau dengan  Koordinator KPAB dan saya, sedikit mendapat perhatian lebih dari Lembaga Sensor Film (LSF). Menurutnya,  sepertinya ada rasa Paranoid dari mereka terhadap alur cerita yang ada, yang katanya di khawatirkan "mengguncang kerukunan beragama". Benarkah ? Mari simak resensi film yang akan coba saya tuturkan ini.... Film ke 14 Hanung Bramantyo ini  mengisahkan tentang konflik keluarga dan pertemanan  yang terjadi di sebuah area dekat Pasar Baru, dimana terdapat Masjid, Gereja dan Klenteng yang letaknya tidak berjauhan, dan para penganutnya memiliki hubungan  satu sama lain. Dikisahkan bahwa  terdapat 3 keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Keluarga Tan Kat Sun (Henky Soleiman)  memiliki restauran masakan Cina yang tidak halal, Keluarga Soleh, dengan masalah Soleh (Reza Rahadian) sebagai kepala keluarga yang tidak bekerja namun memiliki istri yang cantik dan soleha, bernama Menuk (Revalina S Temat) Keluarga Rika (Endhita), seorang janda dengan seorang anak, yang berhubungan  dengan  Surya (Agus Kuncoro), pemuda yang belum pernah menikah. Hubungan antar keluarga ini dalam kaitannya dengan masalah perbedaan pandangan, status, agama dan suku,  akan dipaparkan  secara menarik  dalam film berdurasi 100 menit. (Sumber : http://filmtandatanya.com/sinopsis/) Dimanakah menariknya ? Saya sarankan anda menyaksikan film ini sampai akhir, jangan mengartikan film ini hanya dengan menonton sebagian adegan. Karena memang di beberapa adegan sepertinya akan menampilkan sentimen agama. Ada sebuah adegan ketika Hendra/Ping Hen (Rio Dewanto) melewati beberapa orang santri, ia di ledek dengan kata-kata, "Sipit" Lalu dibalas oleh Hendra, "Dasar Teroris...!" yang kemudian akhirnya menimbulkan perkelahian. Begitu pun ketika di gereja, saat akan merayakan Paskah para pemuda yang di motori Doni (Glen Fredly) protes kepada Romo Pasturnya (deddy Sutomo), karena ketika Drama Paskah Surya yang beragama Islam berperan sebagai Yesus. "Kami menolak Yesus di perankan oleh orang Islam, Ini sama artinya mencemarkan kesucian Tuhan dan agama Kita !" Begitu kurang lebih dialognya... Tapi, Hanung mencoba untuk jujur dalam menjelaskan setiap perbedaan yang ada itu dengan sebuah gambar dan kalimat dalam dialog yang tidak sevulgar kalimat diatas (Karena dialog vulgar itu sesungguhnya masih ada di konteks, sayang jika ini ikut disensor). Misalnya ketika pada akhirnya sholeh yang menjadi Anggota Banser NU menjaga gereja. Disana ada sebuah dialog yang intinya adalah menunjukkan bahwa menjaga gereja bukanlah sebuah dosa. Dan di sisi lain ketika Ustadz (David Chalik) mengajarkan AL Quran dengan membaca Surat Al Kafiruun, yang jika di pahami adalah sebuah ajakan bertoleransi yang tinggi. Bahwa bila bicara agama (akidah, keyakinan) itu adalah urusan masing-masing manusia dengan Tuhannya. Atau mungkin yang membuat "paranoid" adalah dengan adanya adegan pindah agama ? Dalam cerita ini Rika yang muslim pindah agama menjadi katolik tapi masih fasih melafadzkan Asmaaul Husna dan niat berpuasa (ketika ia mengajarkan anaknya berpuasa). Dan Diujung cerita, justru Hendra yang membenci soleh akhirnya memeluk Islam. Sesungguhnya Film ini dengan apiknya mengajarkan kita bahwa Tuhan, Allah SWT itu adalah Maha segala....dan kita hanyalah "boneka-boneka" Nya..pantaskah kita merasa benar dengan menuding orang lain salah ??? Di penghujung cerita ada sebuah ironi, yaitu ketika Soleh akhirnya mati karena memeluk bom yang di temukannya di dalam gereja. Ia yang begitu bercita-cita hidup di jalan Tuhan, benar-benar mendapatkannya dengan cara menyelematkan agama lain.... Bukanlah itu sebuah kenyataan yang dengan gamblang terjadi di bangsa ini ??? mengapa masalah perbedaan akhir-akhir ini di peruncing...setiap orang punya hak, tapi kita sering lupa bahwa kita juga punya kewajiban untuk membina kerukunan....masih pentingkah perbedaan ada (dan di besar-besarkan) di negeri ini...?? SAKSIKAN DI BIOSKOP MULAI TANGGAL 7 APRIL 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun