Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, 16 Okt 1976...Penulis buku Motivasi RAHASIA NEKAT, penulis rubrik KETOPRAK POLITIK di Sisipan Satpol (Satire Politik) surat kabar Harian TERBIT setiap hari senin, Penulis Skenario sitkom KOST BUNTU di TVRI

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bertahan Demi Cinta

24 November 2010   07:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12905839381905229971

Bunda adalah sosok wanita luar biasa untukku...ia sosok wanita yang penuh cinta, meski ia disakiti orang-orang yang dicintainya... Pagi ini aku lihat lagi bukti cinta bunda kepada ayahku. Dengan sabar ia merawat ayah yang terkena stroke, ia menuntun ayah melakukan fisioterapi di Rumah Sakit. Tiada sedikitpun keluh kesah keluar dari mulut mungilnya, ketika ia harus dengan sabar dan telaten membenahi kotoran suaminya itu. Kami semua anak-anaknya tahu betul bagaimana perlakuan ayah yang seringkali zalim dan tidak adil kepada bunda... "Kamu tidak bisa melarang aku untuk punya wanita idaman lain ! Kalau kamu tidak suka, kamu bisa cari pria lain !" Ayah berkata kasar di saat ia masih sehat ketika aku masih berusia remaja. "Ayah..kalau saja kamu melakukannya dengan penuh kehormatan aku tidak menolak..." Ujar Bunda lembut "Ooo..jadi kamu merasa lebih terhormat dari aku...? Iya Bunda ? Kamu pikir kamu itu lebih hebat dariku ? Aku yang menafkahi di rumah ini ! Sementara kamu hanya diam di rumah !!!" Kesombongan mulai mewarnai kata-kata  ayahku "Seseorang lelaki terhormat akan "gentle" menyampaikan bila ia suka dengan wanita lain, tidak dengan cara SELINGKUH ! itu perzinahan...masa aku harus mendukung suamiku melakukan perzinahan ?" Bunda berkata dengan sangat tajam namun masih menjaga kesabaran "Plakkk!!!" Ayahku menjawab dengan sebuah tamparan keras di pipi bunda Dan kami menyaksikan pertengkaran itu tanpa bisa berbuat banyak karena takut kepada Ayah. Perlakuan seperti itu tidak hanya sekali, namun berkali-kali hampir disepanjang hidup kami...senantiasa mewarnai tumbuh kembang kami menjadi manusia dewasa... Bunda tidak pernah melawan, juga tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun, apalagi ke pihak berwajib dan KOMNAS perlindungan wanita. Ia menerima dengan sabar setiap cacian dan tamparan ayah... Hati kami berontak melihat keadaan rumah tangga neraka ini... Adikku Renal melakukan pemberontakan dengan memilih jalan "hedonisme". Ia keluar masuk panti rehabilitasi Narkoba, dan seringkali bermasalah dengan pihak kepolisian. Dan kalian tahu apa komentar ayahku yang terhormat itu...? "Heh..perempuan tolol ! kamu bisa nggak sih ngedidik anak ! Tugas suami itu cari nafkah di luar ! Dan kamu, istri diam dan didik anak-anakmu di rumah, that's it ! Anak kita cuma dua ! tapi dua-duanya rusak !!! Kamu nggak becus bunda !!!" Ya...itu komentar ayah kami yang bukan sekali ia ucapkan jika kami bermasalah ! Aku pun bermasalah...namun, aku memilih untuk jadi pemberontak "sesungguhnya"...aku ikut sebuah organisas berhaluani "kiri" yang ingin menggulingkan pemerintahan NKRI ini ! Dua kali aku merasakan pengapnya sel tahanan, dan karena pengaruh Ayah lah hingga akhirnya aku bisa lepas dari sel tahanan yang kala itu masih memberlakukan hukuman subversif... "Bunda..! untuk menjaga Renata, anak wanita kita saja kamu juga tak sanggup !! Apa sih yang kamu lakukan di rumah ? Apa kamu juga sudah berselingkuh juga, Hah !!" Ayah terus saja menyalahkan bunda Bunda hanya terdiam, di sudut matanya telah berlinang air yang siap tertumpah... Dan tangis bunda itulah yang membuat Renal dan aku sadar. Bunda tak banyak bicara, ia hanya bicara dengan hatinya...inilah satu-satunya kalimat yang sangat menyentuh, dan itu yang membuat kami berubah, yang senantiasa terngiang di benak kami... "Renal...Rena...Bunda diam selama ini hanya karena bunda mencintai kalian...bunda cinta sama ayah dan kalian..dan bunda tak ingin menghianati cinta ini. Cinta yang dengan indah Allah persembahkan untukku...meski kalian melihat tiada keindahan disana...sepanjang usia perkawinan ini bunda hanya menelan kepahitan...tapi itu obat untuk rumah tangga ini...Ayah tidak akan berubah dengan perlakuan kalian ! dan kalian tidak akan pernah bisa merubah kelakuan ayah kalian ! hanya dia dan atas ijin Tuhan dirinya bisa berubah ! Dan bagaimana ia bisa berubah kalau kalian juga tidak dekat dengan Tuhan ? Bagaimana Tuhan mau merubah neraka ini menjadi surga bila di hati kalian berkecamuk api dendam yang sesungguhnya makin membuat neraka ini kian bergejolak ! Damaikan hatimu nak...mendekatlah kepada Tuhan...bermohonlah senantiasa kepada Nya..." Begitu petuah bunda kepada kami Dan buah cinta serta kesabaran bunda itu kini mulai bisa dinikmati...Ayah pun berangsur sadar. Ia merasa sangat bersalah...di usia senjanya ia baru merasa telah menyia-nyiakan cinta murni bunda dan kami anak-anaknya... Dan hari ini Ayah meminta kami berkumpul di sisi ranjangnya yang beraroma tak sedap, bau wangi parfum ruangan pun jadi aneh bila bercampur aroma kotoran manusia... "Renal...Rena...maafkan ayah...ayah adalah manusia paling bodoh di dunia ini...Ayah mencari kebahagiaan di luar rumah, ternyata kebahagiaan dan cinta itu justru ada di rumah...mau kan kalian maafkan ayahmu ini..?" ujar ayah dengan bahasa "pelo" karena serangan stroke, hilang sudah kegagahannya selama ini Kami berdua tersedak...air mata mengalir tumpah membasahi pipi kami "Iya Ayah...bunda telah mengajarkan cinta kepada kami...tak ada guna kami simpan benci" Ujarku selaku anak tertua Kemudian ayah menoleh ke bunda, "Bunda...maafkan ayah...ayah...hiks.." Ayah tak sanggup lagi berkata-kata air mata tumpah dengan derasnya membahasi wajahnya dan kami pun saling berpelukan...kami rangkul ayah yang sepanjang usia kami  tak pernah menunjukkan air mata sesal. "Bunda sudah maafkan ayah sejak dulu...kini ayah mohon ampun ya sama Allah..." Bunda berkata bijak Hmmm...kami tak tahu apa yang terjadi jika bunda tak bertahan dalam cintanya...semoga kisah ini menjadi hikmah buat semua...aku tak ingin ini terjadi kepada orang lain... Pertahankan cintamu...karena cinta itu datang dari Tuhan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun