Mohon tunggu...
Nurjaya
Nurjaya Mohon Tunggu... Editor - Jejaka yang rajin menulis sambil menunggu jodoh datang

Engkau Menulis, Maka Engkau Ada

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Meskipun Ada Label "Seram", Daya Beli Rokok Terus Meningkat

25 Desember 2018   22:55 Diperbarui: 14 Juni 2019   02:27 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rokok sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat terutama masyarakat Indonesia, baik itu rokok elektrik maupun rokok konvensional.  Rokok bukan saja untuk pria dewasa, namun kini rokok juga telah menyentuh kalangan wanita, serta para pelajar yang belum memiliki pekerjaan. Hal ini tentu sangat miris dan ironis.

Baru-baru ini Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) telah merilis hasil penelitian mengenai perilaku merokok yang turut berdampak pada sisi biaya belanja rokok. Baik tanpa disadari ataupun disadari banyak orang tua seakan mengabaikan masa depan sang anak serta mempertinggi probabilitas angka rumah tangga miskin di masa mendatang.

Dari data rilisan tersebut, pada rumah tangga yang sama dari tahun 1993 hingga 2014 konsumsi proporsi rokok mengalami peningkatan 2 persen. video youtube. Bukan hanya itu ternyata peningkatan pengeluaran rokok diikuti dengan proporsi penurunan konsumsi makanan, seperti misalnya karbohidrat, ikan serta daging.

Sementara itu jika bersumber dari data Indonesia Family Life Survey (IFLS), menyebut jika pengeluaran rumah tangga untuk membeli rokok jelas mengalami kenaikan dari semula 3,6 persen pada tahun 1993 kemudian menjadi sebesar 5,6 persen pada tahun 2014.

Menurut IFLS hampir senada dengan hasil kajian UI, dimana kenaikan daya beli rokok dibarengi dengan pengeluaran yang lebih penting semisalnya makanan yang sumber protein seperti ikan dan daging yang semula 10,1 persen pada 1993 menjadi  6,8 persen pada 2014, kemudian juga sumber karbohidrat yang semula 8,6 persen jadi 7,3 persen.

Bahkan yang sangat memilukan, berdasarkan catatna IFLS pada tahun 2014 hampir 32 peesen populasi penduduk di dalam negeri adalah perokok aktif. Sementara itu prevelensi perokok dengan usia muda terutama pelajar juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan dalam jangka waktu 1993-2014.

Lebih jauh lansiran IFLS menyebutkan jika pengeluaran rokok di masa lalu sangat berkaitan dengan kemiskinan di masa mendatang.  Pengeluaran rokok 1 persen akan memiskinkan sebesar 6 persen. sebeb pengeluaran untuk rokok akan menggeser pengeluaran untuk kebutuhan lainya yang sifatnya produktif. Demikian penjelasan IFLS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun