Mohon tunggu...
Nurjaya
Nurjaya Mohon Tunggu... Editor - Jejaka yang rajin menulis sambil menunggu jodoh datang

Engkau Menulis, Maka Engkau Ada

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Harga Telor Tak Terkendali, Menanti Solusi Pemerintah

23 Juli 2018   20:21 Diperbarui: 29 Mei 2019   02:41 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah hampir dua bulan setelah lebaran Idul Fitri 2019 harga ayam potong dan harga telur masih melambung tinggi, terutama harga telur ayam yang turut menjadi kontroversi. Bahkan beberapa hari lalu Ibu-Ibu melakukan demo di depan Istana Presiden di Jakarta. Mereka menuntut stabilitas harga pangan terutama harga telur ayam yang sudah menjadi makanan pokok.

Banyak pihak yang menduga kenaikan harga telur ayam tersebut diakibatkan oleh adanya kelangkaan pakan ternak. Hal ini bisa jadi karena menurunnya produksi pakan ternak atau bisa jadi ada oknum yang dengan sengaja memainkan produksi pakan ternak demi mencari keuntungan sendiri. Flob Fun

Bagaimanapun alasanya, jika sumber utamnya adalah kelangkaan pakan ternak karena produksi menurun, maka lembaga yang paling bertanggung jawab selain Kementrian Perdagangan adalah kementrian Pertanian. Seharusnya kedua kementrian ini bisa bersinergi untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Sementara itu melansir laman merdeka, Ketua pusat pusat kajian pertanian pangan dan advokasi (Petaka) Yeka Hendra fatika menilai jika problem yang terjadi bukan hanya masalah produksi, namun juga kontinuitas, jangan hanya melihat ketika panan jagung terus biisa disebut swasembada, sebab kini jagung masih diragukan bisa memasok kebutuhan Industri pakan.

Selain itu problem atau masalah di atas, menurut Yeka juga ada masalah lainnya, yaitu adanya depresiasi nilai tukar rupiah yang turut mendorong lonjakan harga pakan, sebab bungkil kedelai dan bahan pakan ternak lainnya masih harus didatangkan dari luar negeri atau impor.

Belum lagi ditambah dengaan minimnya pasokan akibat berkurangnya populasi ayam petelur yang disebabkan banyaknya paleku usaha telur kecil yang mengalami bangkrut akibat kenaikan dan susahnya pakan ternak. Ketiga hal inilah yang membuat harga telur terus meroket.

Lebih lanjut Yeka menambahkan jika fenomena penurunan jumlah peternak atau penurunan produktivitas telur diakibatkan adanya larangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP).  Jika belum juga ada solusi dari Kemendag dan terutama Kementan maka harga telur ayam akan terus meroket.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun