Mohon tunggu...
Achmad Narmokong
Achmad Narmokong Mohon Tunggu... Administrasi - Sarjana Hukum

Lahir di Ibu Kota Provinsi Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toleransi Timbal Balik

18 Juli 2014   17:15 Diperbarui: 26 Maret 2016   14:02 3804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="toleransi kristen arab saudi"][/caption]

Pembicaraan tentang toleransi antar umat beragama akan selalu mengingatkanku sebuah kisah pengalaman hidup dari seorang kolega lamaku ketika tinggal dan bekerja menjadi manajer produksi di perusahaan tambang Saudi Aramco di Arab Saudi bersama suami dan ketiga anak perempuannya. Diceritakannya, di kota Jeddah tempat tinggalnya selama di Arab Saudi ada banyak ekspatriat non-muslim laki-laki dan perempuan seperti dia. Bagi para ekspatriat yang agamis (karena ada juga ekspatriat yang Kristen KTP) dan ingin beribadah, mereka tidak pernah menemukan kesulitan karena di Arab Saudi pada umumnya dan di Jeddah pada khususnya cukup mudah untuk menemukan rumah-rumah ibadah non-muslim seperti gereja, kathedral, sinagoga, kuil Hindu dan Buddha serta rumah ibadah-rumah ibadah agama minor lainnya. Bahkan, jumlah gereja di Saudi Arabia agak “berlebih” karena banyaknya aliran-aliran dalam agama Kristen Protestan.

 

Dia tambahkan, di Kerajaan Arab Saudi yang tidak mengenal mayoritas dan minoritas (karena 100% penduduknya adalah muslim) hubungan antar muslim dan non muslim pendatang sangat hangat, erat bersahabat, saling menghormati dan tolong-menolong. Bahkan, selain menjaga tempat-tempat ibadah non muslim, rakyat bersama pemerintah Arab Saudi yang kasnya cukup makmur relatif banyak mengucurkan dana dalam pembangunan rumah-rumah peribadatan non-muslim.

 

Kolegaku bilang hanya kota Mekkah yang dikhususkan tak memiliki bangunan peribadatan selain buat umat muslim. Walau demikian, umat beragama lain sangat diterima dengan hangat dan bersahabat oleh para umat-umat muslim yang bertugas ketika mengunjungi kabah, seperti halnya kalau orang-orang non-Kristen disambut hangat oleh para tour guide di Italia ketika mengunjungi Vatikan, tempat suci umat Kristen.

 

Sebagai salah satu wujud toleransi lainnya, pemerintah Kerajaan Arab Saudi sangat terbuka terhadap zending, misionaris dan kepada kegiatan dan gerakan penyebaran agama non-islam lainnya di bumi Arab Saudi. Kebijakan ini diambil Pemerintah Kerajaan Arab Saudi karena pemerintah Arab Saudi tak khawatir umat muslim akan pindah agama akibat syiar tersebut. Pemerintah dan rakyat Arab Saudi percaya sepenuhnya dan tahu kalau hanya agama islam yang adalah agama yang sempurna dan final dan satu-satunya agama yang diridhoi. Dan memang, hingga saat ini upaya syiar agama non-islam di Saudi Arabia seperti menjaring angin belaka. Malahan, tak sedikit uskup misionaris dan pastor Kristen misionaris menjadi mualaf.

 

Akhirnya, bagi kolega lamaku, tinggal dan bekerja di Arab Saudi selama kira-kira 8 tahun tak hanya membuat dia cukup berlimpah dari segi materi, namun juga pengalaman tak ternilai tentang indah dan damainya islam bagi dunia, khususnya bagi para non muslim. Nyaris tak ada ekspatriat non-muslim yang mampu menahan meneteskan air matanya ketika kontrak kerjanya di Arab Saudi berakhir sehingga harus berpisah dengan masyarakat Arab Saudi dengan kehidupannya yang islami nan kaffah. Bagi para ekspatriat  non-muslim, tinggal di Saudi Arabia akan selalu menjadi salah satu pengalaman hidup termanis dan terindah.

 

Kolegaku selalu menyarankan agar para non muslim yang masih apriori atau curiga terhadap islam sebagai rahmatan lil alamin agar mencari jalan untuk bisa hidup di Saudi Arabia, negara kelahiran nabi islam, agama islam, agama berkah, negara tempat kota suci Mekkah dan Madinah dan kabah berada, setidaknya tinggal di sana selama 2 tahun. Niscaya, para non muslim akan takjub akan keindahan dan keagungan islam serta toleransinya. Dia juga sangat mengkritik dan menyayangkan sikap beberapa pemerintah yang cenderung islamofobia. Seharusnya, menurutnya, pemerintah negara-negara Kristen Eropa, Amerika, Australia dan Yahudi Israel yang islamofobia belajar banyak dan mencontoh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bersama rakyatnya dalam  memperlakukan umat non-muslim di negaranya dengan sangat ramah dan penuh toleransi dalam kesetaraan (tanpa diskriminasi termasuk diskriminasi gender).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun