Mohon tunggu...
Dani -
Dani - Mohon Tunggu... profesional -

mencari keindonesiaan, menggali kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menari Bersama Air: Di Balik Inovasi Belanda

27 April 2015   23:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

God schiep de Aarde, maar de Nederlanders schiepen Nederland.”

Apabila ditanya, “Apa yang Anda ketahui tentang inovasi dari Belanda?” “Kincir angin” dan “Bendungan.” Lalu, “Bagaimanakah kisah di balik inovasi tersebut?” Saya yakin banyak orang Indonesia menggelengkan kepalanya. Faktanya, selain berbagai inovasi kelas dunia yang muncul di tanah Belanda, inovasi dalam bidang keairan adalah salah satu sumbangsih terbesar Belanda terhadap peradaban dunia. Bahkan, Belanda adalah negara yang terdepan saat ini dalam pengelolaan air secara komprehensif. Akan tetapi, ada suatu pergumulan, perjuangan yang hebat selama berabad-abad sebelumnya, seperti terlukiskan dalam pepatah di atas. “Tuhan menciptakan dunia, tapi orang-orang Belanda menciptakan the Netherlands.”[i]

Belanda terletak di Eropa Barat, menghadap Laut Utara. Empat sungai besar mengalir di daerah ini, Rhine, Maas, Ussel dan Scelt. Sebagian besar wilayahnya berada 7 meter di bawah permukaan laut. Tak pelak, banjir selalu menjadi persoalan. Sejarah mencatat Allerheiligenvloed pertama di tahun 1170, sebuah banjir besar yang menenggelamkan wilayah utara dan Holland,[ii] membuat air danau Flevo tercampur air laut dan terciptalah daerah yang disebut Zuiderzee. Tahun 1404, Sint Elisabethsvloed yang pertama tak kalah ganasnya, dan disusul dengan yang kedua di tahun 1421, yang disebut sebagai salah satu banjir terparah sepanjang sejarah manusia.[iii] Yang lain ada Watersnoodramp tahun 1953, dan ketinggian air yang ekstrim pada sungai Rhine, Muse dan Waal tahun 1995 yang menyebabkan 250,000 orang harus dievakuasi. Selain itu, bencana-bencana air bah lainnya yang juga sangat merusak.

[caption id="attachment_413148" align="aligncenter" width="490" caption="Peta Belanda (commons.wikimedia.org)"][/caption]

Pemerintah dan masyarakat Belanda, tentu saja, berusaha mencegah dan menanggulangi ancaman dan bencana ini. Salah satu yang tertua adalah Westfriese Omringdijk, sebuah dinding dan saluran air sepanjang 126 meter di daerah utara, selesai di tahun 1250. Waterschappen atau sebuah dewan lokal mengurusi soal air, dibentuk secara resmi oleh Count Willem II tahun 1255.[iv] Kincir angin mulai digunakan untuk memompa air keluar sekitar tahun 1400-an.[v] Pannerdens Kanaal yang memisahkan sungai Rhine selesai tahun 1709. Rijkswaterstaat, badan nasional yang mengurusi pengelolaan air, berdiri mulai 1798. Sistem penyediaan air dibangun tahun 1850. Sistem saluran pembuangan mulai ditata sekitar tahun 1900. Proyek raksasa yang terdiri dari bendungan, reklamasi, penyaluran air, Zuiderzeewerken, mulai berjalan pada 1918.[vi] Penyaringan air minum dilakukan pada 1920.[vii] Tahun 1958, pembangunan sejumlah waduk, pintu air, saluran air, dan dinding di daerah barat laut dalam sebuah proyek yang disebut Deltawerken.[viii] Tahun 2005, pemerintah Belanda menggunakan sinar UV dan ozon serta menyetop penggunaan klorin untuk memurnikan air minum. Program Ruimte voor de Rivier, dimulai tahun 2007, untuk memastikan banjir tak terjadi lagi. Dan, proyek New Deltaplan sedang berjalan, menghadapi perubahan iklim.

Pengalaman mengelola air ini kini dirumuskan menjadi tiga konsep utama sebagai sumber inovasi.[ix]

1. Melanggengkan kehidupan di delta.

Dengan tingkat urbanisasi yang deras, kota-kota terutama yang terletak di daerah delta, menghadapi masalah-masalah pokok seperti: pertumbuhan penduduk yang pesat, resiko banjir yang tinggi, kerumitan perencanaan tata ruang, dan kelangkaan sumber daya alam. Belanda menuliskan 12 pilar utama yang harus dipenuhi untuk pengelolaan kehidupan daerah delta yang berkelanjutan.

[caption id="attachment_413149" align="aligncenter" width="640" caption="Dua belas pilar utama untuk daerah delta yang berkelanjutan (http://www.dutchwatersector.com/expertise/delta-approach/)"]

1430154367798425793
1430154367798425793
[/caption]

2. Air sebagai sumber pangan.

Menjawab kebutuhan pangan yang terus meningkat dan persedian air yang tak menentu karena perubahan iklim, Belanda mengembangkan pendekatan yang terintegrasi untuk penggunaan air dan tanah yang lebih efisien, sistem irigasi yang lebih baik, dan respon terhadap kondisi alam yang lebih efektif. Hasilnya, meskipun dengan luas lahan yang terbatas, Belanda mencatatkan diri sebagai pengekspor terbesar kedua di dunia untuk produk pertanian.

3. Air untuk semua.

Air minum dari keran yang bebas klorin telah dapat dinikmati hampir semua rumah di Belanda. Selain itu, Belanda mengembangkan baik teknologi air yang terkini maupun teknologi air yang sederhana dan murah, untuk melayani kebutuhan seluruh masyarakat akan air.

Belanda juga yakin bahwa ketiga komponen utama ini harus ditunjang dengan inovasi dalam tata kelola (governance) dan pendidikan. Dengan pengalaman lebih dari 800 tahun dalam tata kelola air, Belanda memiliki the Dutch Unie van Waterschappen yang mengelola inisiatif Water Governance Centre. Di samping itu, sumber daya manusia, para pakar harus terus bermunculan. Delapan perguruan tinggi[x]6 memiliki fokus bidang keairan, ditambah dengan tiga insitusi pendidikan khusus: UNESCO-IHE Insitute for Water Education, World Water Academy dan Wetsus Academy. Tak hanya itu, Kementrian Luar Negeri dan Netherlands Water Partnership mengadakan the Young Expert Programme Water, yang mendidik pakar air dari generasi yang baru.

Yang paling menarik Belanda juga membantu banyak negara di dunia, lewat berbagai proyek untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan air. Contohnya, Bangladesh Delta Plan 2100, Water for Lakes State in South Sudan, Climate Change and Water Supply in Mekong Delta, education for water construction worker in Indonesia, dan masih banyak lagi. Proyek-proyek tersebut tidak saja mencakup berbagai aspek keairan, tetapi juga berhubungan berbagai tahapan, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.

Dari kisah di atas, terlihat bahwa di balik inovasi Belanda dalam bidang keairan, ada proses jatuh bangun yang sangat panjang. Namun, rakyat Belanda tidak menyerah, dan terus berinovasi. Belanda melihat dari berbagai sisi, mempertimbangkan semua aspek dan mencari solusi tiada henti. Usaha ini mengubah masalah menjadi peluang, kelemahan menjadi kelebihan. Tak pelak, buahnya dapat dinikmati baik di Belanda maupun di seluruh dunia. Bagaikan sedang menari, Belanda menari bersama air. Menari dengan sepenuh hati!

[i] Kata “Netherlands” sendiri berarti tanah yang lebih rendah.

[ii] Nama “Holland” disini mengacu pada daerah di pantai Barat dari the Netherlands. Tetapi, perlu diketahui, nama Holland juga seringkali dipakai untuk menunjuk secara informal keseluruhan negara, the Netherlands.

[iii] Korban meninggal diperkirakan mencapai puluhan ribu orang.

[iv] Organisasi ini terus berlanjut hingga sekarang, yang menjelma menjadi Dutch Water Authorities.

[v] Lebih jauh soal kincir angin, lihat Kinderdijk dan De Hollandsche Molen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun