Mohon tunggu...
Wijaya Wijaya
Wijaya Wijaya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang PNS aktif yang sedang bertugas di luar pulau Jawa yang banyak mendapat pengalaman unik berbagai kebiasaan dan budaya masyarakat lokal selama bertugas di tempat kerja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pembajakan di Atas Pesawat

13 Januari 2014   16:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMBAJAKAN DI ATAS PESAWAT

Rutinitas perjalanan dari Ende di Pulau Flores ke Surabaya dan sebaliknya yang sering saya lakukan memang cukup melelahkan, karena harus cari penerbangan pagi agar bisa ngejar penerbangan lanjutan ke Surabaya. Terlebih lagi kalau saya akan kembali ke Pulau Flores maka harus berangkat sebelum shubuh menuju bandara Juanda Surabaya dengan jadwal penerbangan pagi menuju Denpasar atau Kupang. Penerbangan dari Surabaya untuk menuju Pulau Flores harus dilakukan dengan duakali terbang dengan transit Denpasar atau Kupang sedangkan pesawat lanjutan hanya ada pada jadwal siang atau menjelang sore karena tidak ada penerbangan malam menuju Pulau Flores. Seperti biasa dalam rangka tugas atau pulang ke Malang saya memilih berangkat pagi agar sampai Surabaya tidak terlalu sore karena harus melanjutkan perjalanan ke Malang yang makan waktu perjalanan sedikitnya dua jam, memang cukup melelahkan.

Pada perjalanan kali ini karena pertimbangan ekonomis saya memilih penerbangan lewat Kupang dan menuju Surabaya dengan penerbangan yang berbeda. Perjalanan dari Kupang ke Surabaya memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan menggunakan pesawat Jenis Boeing 737 atau Air Bus yang terbang di ketinggian 34.000 kaki memang cukup melelahkan, karena sepanjang perjalanan anda hanya akan melihat langit dan gumpalan awan yang cukup membosankan apalagi maskapai yang anda pakai adalah jenis penerbangan Low Cost Carrier (LCC) yang selama perjalanan tidak ada fasilitas dan pelayanan, yang ada hanya anda akan melihat pramugari dan penumpang yang wira-wiri akan ke toilet. Membosankan memang….

Aktivitas selama perjalanan para penumpang yang biasa saya lihat di pesawat jenis penerbangan LCC adalah tidur, main games di HP, ngobrol, ngelamun sambil tolah-toleh kiri kanan. Kalau Saya memilih tidur maka tempat favorit ya duduk di dekat jendela dengan pilihan huruf kursi A atau F. Biasanya kursi idola saya pesan ke petugas pada saat check in kalau bisa di kursi bagian depan supaya kursi bisa dijeglekin (recline) dan saya bisa tidur lelap dari pesawat take off sampai pesawat landing di bandara tujuan.

Dapat boarding pass dan pasti duduk di kursi A atau F ternyata agaknya sering tidak berlaku untuk penerbangan dari dan/ke Kupang, kalau kita telat masuk ke pesawat sudah pasti kursi kita sudah di duduki orang. Adanya pembajakan kursi di pesawat (“hot Seat” kata teman saya) oleh penumpang yang tidak mau tahu aturan, tidak peduli dengan hak orang lain dan merasa tidak bersalah ketika dia ambil hak orang lain. (walaupun hanya kursi). Perdebatan sering terjadi antara penumpang karena penumpang rebutan kursi dan itu membuat pusing pramugari juga, “Maaf pak mohon bapak mengalah saja pak, terima kasih” dengan ekspresi penuh harap supaya saya mau memaklumi dan mengalah ketika saya mengalami kejadian serupa. “Bapak duduk disitu saja, sama saja…jangan saya suruh pindah”, jawaban yang sering saya terima dari “sang pembajak” dengan mununjuk kursi yang tidak sesuai dengan yang ada di boarding pass. Model penumpang ala “angkot” sering saya alami ketika perjalanan menuju pulau Flores, siapa cepat naik dia akan dapat kursi yang sesuai keinginannya. Memang peraturan ini tidak ada dalam ketentuan penerbangan yang tertulis di tiket tapi masalahnya apakah harus di beritahu dan di catat di tiket atau boarding pass ke penumpang perihal yang sepele ini.

Beberapa kejadian ini menjadikan saya untuk tidak bersantai nunggu antrian di pintu masuk saat boarding. Saya harus segera bergegas naik pesawat supaya kursi saya tidak di bajak orang karena kebiasaan saya untuk masuk ke pesawat di terakhir antrian karena saya tidak membawa barang yang memerlukan kabin yang kosong untuk taruh tas/koper. Mengerti dan memahami hak orang lain terkadangperlu waktu untuk belajar daripada mengejar hak pribadi tanpa peduli dengan hak orang lain yang harus didahulukan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun