Memenuhi undangan dari kelompok pengajian di Lau Dendang Medan, Jawara Sumatera Utara berbagi pengalaman bermuamalah dengan dinar dan dirham. Sharing interaktif antara dua kelompok ini berlangsung di Komplek Veteran, Jalan Legiun Legiun Veteran Medan, Sabtu, 8 Februari 2014 yang lalu.
Awalnya belum ada agenda resmi dalam pertemuan tersebut. Pokok bahasan baru ditentukan sesaat setelah acara dibuka. Ini lebih tepatnya dikatakan sebagai silaturahmi dan membangun ukhwah islamiyah. Namun Jawara Sumatera Utara dapat berbagi pengalaman muamalah menggunakan dinar dan dirham di mana adalah sesuatu yang dianggap asing bagi muslim di Kota Medan. Sebaliknya kelompok pengajian Lau Dendang berbagi pengalaman lama mereka, yakni usaha memenuhi kebutuhan sendiri kelompok pengajian untuk menahan desakan riba di lingkungan luar.
Dalam pertemuan tersebut diungkap bahwa riba telah merajalela. Bahkan riba terkadang tertutupi dan tidak dikenal oleh penganut Islam sendiri. Uang kertas dinilai adalah bahagian dari riba karena ada penambahan nilai yang tidak seharusnya. Penggunaan dinar dirham dalam muamalah disepakati adalah salah satu benteng penahan riba. Namun, masyarakat belum luas memahami dan menerima alat tukar sunnah tersebut. Oleh karena itu, salah satu satu usaha agar dinar dirham bisa berjalan adalah dengan mengembangkan kontak dagang di antara anggota Jawara Sumatera Utara dengan kelompok pengajian Lau Dendang dan tentunya bermuamalah dengan semua orang tanpa terkecuali.
Hadir dalam acara, ketua Jawara Sumatera Utara dan para sahabatnya, Mukaddim Ahmad, dr Augustine (JAWARA Bintan) dan kelompok pengajian Lau Dendang Medan. (JAWARA Sumut)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H