Permasalahan literasi tidak bisa hanya tugas seorang guru atau sekolah. Peran orang tua atau keluarga sangat penting untuk meningkatkan daya literasi anak. Budaya literasi ini sebaiknya sudah bisa dimulai sejak anak usia dini. Bagaimana dengan keluarga kita?
Pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis, oleh karena itu, literasi tidak terlepas dari ketrampilan bahasa yaitu pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan tentang genre dan kultural. Meskipun literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang, namun hakekatnya kemampuan baca tulis seseorang merupakan dasar utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas.
Kemampuan membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand berdasarkan hasil tes PISA (The Programme for International Student Assessment) yang dirilis Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2016.
Sementara 70% orang dewasa di Jakarta hanya memiliki kemampuan memahami informasi dari tulisan pendek, tapi kesulitan untuk memahami informasi dari tulisan yang lebih panjang dan kompleks. Dan 86% orang dewasa di Jakarta hanya dapat menyelesaikan persoalan aritmetika yang membutuhkan satu langkah, tapi kesulitan menyelesaikan perhitungan yang membutuhkan beberapa langkah. Â Data ini disimpulkan dari hasil penilaian PIAAC (The Programme for the International Assessment of Adult Competencies), tes kompetensi sukarela untuk orang dewasa yang berusia 16 tahun ke atas.
Rendahnya literasi merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa. Literasi rendah berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas bangsa. Ini berujung pada rendahnya pertumbuhan dan akhirnya berdampak terhadap rendahnya tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita. Â Parahnya, literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan.
Berdasarkan laporan UNESCO yang berjudul "The Social and Economic Impact of Illiteracy" yang dirilis pada tahun 2010, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan, kehilangan proses pendidikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial dan terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik.
Literasi rendah juga, menurut UNESCO, menimbulkan dampak antara. Misalnya, tingginya kecelakaan kerja dan tingginya prevalensi sakit akibat pekerjaan. Betapa memprihatinkan dampak rendahnya kemampuan dan kesempatan literasi masyarakat, bangsa dan negara. Â
Keluarga  merupakan bagian dari lingkaran masyarakat dan bangsa. Keluarga ibarat batu bata yang tersusun dan tersambung satu sama lain menjadi sebuah rumah yang megah kokoh. Di dalam keluarga ada individu-individu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.
Keluarga adalah lingkaran terdekat dalam lingkungan seorang individu. Secara kognitif, psikologis, sosial dan spiritualitas seseorang  dapat bertumbuh tak lepas dari pengaruh  keluarga.  Literasi perlu dibangun dari sejak dini dari lingkungan keluarga. Keluarga yang sudah konsisten memngembangkan literasi akan membangun kualitas relasi antar anggota keluarga juga.
Permasalahan literasi tidak bisa hanya tugas seorang guru atau sekolah. Peran orang tua dan keluarga sangat penting untuk meningkatkan daya literasi anak. Budaya literasi ini sebaiknya sudah bisa dimulai sejak anak usia dini. Disadur dari http://gln.kemdikbud.go.id, (2017), berikut ini beberapa cara  membangun budaya literasi keluarga :
- Membacakan buku cerita atau dongeng kepada anak sejak dini
Dewasa ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Ini sedikit banyak memengaruhi cara seseorang hidup, termasuk cara orang tua mengajarkan anaknya hal-hal baru. Banyak para orang tua yang sudah mulai meninggalkan kebiasaan membacakan buku cerita untuk anaknya dan lebih memilih membelikan sang buah hati gadget-gadget yang canggih.
Padahal membacakan buku cerita pada anak ini memiliki banyak manfaat untuk tumbuh kembang dan kecerdasan anak yaitu antara lain; melatih daya ingat, mengembangkan imajinasi, mengenalkan hal-hal baru, meningkatkan kemampuan berbahasa dan akan meningkatkan minat baca anak. Membacakan buku atau cerita bisa disesuaikan juga dengan kondisi, minta dan usia anak.
- Membuat jadwal membaca bersama
Secara psikologis anak sangat butuh kehangatan orang tua. Selain untuk melatih literasi anak, Â kegiatan ini juga bisa menjadi pembangun bonding dengan anak. Terutama seorang ayah yang cenderung lebih sedikit waktunya di rumah. Terutama pada masa-masa libur sekolah atau akhir pekan. Kegiatan ini juga bisa diselingi dengan saling tukar informasi yang didapat dalam membaca. Jadi anak juga tidak kecanduan gadget dan game.
- Melakukan permainan edukatif, seperti scrabble, teka-teki, monopoli, ABC 5 Dasar
Permainan ini juga akan melatih daya pikir kritis dan strategi anak bahkan mendorong anak untuk selalu mencoba dan bertanya.  Jika ini terus dikembangakan anak akan tumbuh  menajdi pribadi yang kritis.
- Menulis surat kepada teman atau keluarga
Dampak negatif teknologi yang semakin berkembang, terutama handphone dan gadget, kemampuan menulis dan tata bahasa anak juga semakin menurun. Dengan aktivitas dankebiasaan menulis surat kepada teman atau keluarga dapat meningkatkan daya literasi anak. Selain itu, menulis surat kepada keluarga dan teman akan membuat anak memiliki relasi sosial yang baik. Kebiasaan mengungkapkan perasaan dalam bentuk surat akan membuat anak juga semakin kuat dalam menulis dan berbahasa.
- Menuliskan kejadian-kejadian menarik yang dialami keluarga
Hal ini bisamenjadi poin penting untuk mendorong anak mampu mensyukuri kondisi keluarganya sehingga menjadi pribadi yang kuat. Daya literasi dan ingat anak juga akan semakin bertumbuh dengan baik dengan menulis. Bahkan menstimulus anak untuk berpikir kritis atas kejadian-kejadian yang ada di keluarga. Mungkin dengan menuliskan cerita perjalanan pulang kampung, mudik ke tempat nenek atau pesta pernihakan saudara dan lain sebagainya.
- Membuat perpustakaan keluarga dengan berbagai koleksi bacaan: buku, majalah,koran, komik.Â
Membuat pojok baca seperti ini juga sangat baik dalam mendorong anak untuk berliterasi. Namun, perlu pengawasan orang tua dan selektif atas majalah atau komik tertentu yang akan dibaca anak. Supaya anak tidak terpapar pornografi dan radikalisme. Jika ada pertanyaan anak, orangtua perlu bijak menjawab dan  membahasakannya sesuai dengan umurnya.
- Menceritakan sejarah atau memori keluarga
Salah satu momen yang penulis sukai waktu kecil dalam keluarga adalah sesi bercerita. Ketika kakek menceritakan sejarah dan memori keluarga. Ketangguhannya mencari ikan di danau membuat diri semakin bersemangat untuk belajar.  Keberhasilan atau kepahitan keluarga perlu diceritakan dengan seimbang supaya anak semakin tahu diri dan mampu membangun dirinya semakin lebih  baik.
- Tamasya baca keluarga ke perpustakaan, taman bacaan, atau pameran buku
Jika keluaga anda bertamasya atau mengisi liburan keluarga seringnya ke mall atau pusat perbelanjaan, makan/minum dan bermain game. Sebaiknya boleh diganti sekali-kali ke perpustakaan umum, toko buku atau taman kota tempat ,membaca. Hal ini secara tak langsung akan menolong anak supaya semakin tumbuh minatnya dalam membaca dan berliterasi.
- Memberikan buku sebagai hadiah
Berhentilah memberikan hadiah berupa gadget taua HP untuk anak. Hal itu hanya akan membuat sang anak semakin malas belajar dan membaca apalagikalau orangtua kurang dalam pengawasan.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai seorang guru yang mendengarkan keseksian beberapa orang tua siswa, setiap orangtua yang memberikan handphone kepada anaknya menyebakan  semangat belajar dan prestasinya menurun. Bahkan ada yang kecanduan game dan pornografi karena kurangnya pengawasan dari orang tua.
Untuk memajukan kemampuan literasi masyarakat Indonesia secara nasional, peran keluarga sangat sentral dan strategis. Keluarga, sekolah dan masyarakat harus saling bersinergi dan bahu-membahu dengan pemerintah. Tanpa melakukan upaya perbaikan terhadap tingkat literasi akan sangat sulit bagi Indonesia untuk dapat menurunkan angka kemiskinan dan menurunkan tingkat kesenjangan di masyarakat.
Oleh karena itu kunci dalam meningkatkan produktivitas bangsa dan menurunkan angka kemiskinan serta menurunkan tingkat kesenjangan terletak pada keberhasilan kita dalam mengatasi masalah literasi. Oleh sebab itu, mari kita mulai membangun semangat dan daya literasi juga dari keluarga masing-masing. Â Jika keluaga pintar, masyarakat akan pintar dan bangsa juga akan maju.
Sumber tulisan :
1. gln.kemdikbud.go.id
2. theconversation.com
3. pesanlab.com
Pekanbaru, 28 Mei 2019
Jawanri Citra Parulian Situmorang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H