Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Kurikulum Merdeka terhadap Siswa: Anak Tidak Bisa Membaca Bisa Naik Kelas

4 Agustus 2024   17:07 Diperbarui: 4 Agustus 2024   17:11 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sragen, 4 Agustus 2024 -- Kurikulum Merdeka, yang mulai diterapkan secara nasional pada tahun ajaran 2021/2022, terus menuai kontroversi terkait dampaknya terhadap siswa. Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah fenomena siswa yang belum mampu membaca dengan baik namun tetap bisa naik kelas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan pendidik mengenai efektivitas kurikulum baru ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan fleksibilitas lebih besar kepada sekolah dalam menyusun program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Tujuan utama dari kurikulum ini adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan relevan, serta mendorong pengembangan karakter dan keterampilan abad ke-21. Namun, penerapan kurikulum ini juga menghadirkan tantangan baru.

Beberapa laporan dari berbagai daerah menunjukkan bahwa ada siswa yang naik kelas meskipun kemampuan membaca mereka belum memadai. Di salah satu sekolah dasar di Jakarta, misalnya, seorang guru kelas tiga mengungkapkan bahwa beberapa muridnya masih kesulitan membaca namun tetap naik kelas. 

"Kami memang memberikan perhatian khusus kepada anak-anak yang mengalami kesulitan, tetapi pada akhirnya mereka tetap naik kelas karena kebijakan yang mengutamakan inklusivitas dan perkembangan non-akademik," ujar guru tersebut.

Hal serupa juga terjadi di beberapa daerah lain, termasuk di Yogyakarta dan Surabaya. Orang tua dan pengamat pendidikan mulai mempertanyakan apakah pendekatan ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi siswa. 

"Saya khawatir anak saya tidak mendapatkan dasar pendidikan yang kuat. Jika mereka naik kelas tanpa bisa membaca dengan baik, bagaimana mereka bisa mengikuti pelajaran yang lebih sulit di kelas berikutnya?" kata Lestari, seorang ibu dari siswa kelas dua di Yogyakarta.

Di sisi lain, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan pendekatan holistik terhadap pendidikan. 

Menteri Nadiem Makarim menyatakan bahwa tujuan utama kurikulum ini adalah untuk mengembangkan karakter dan kemampuan siswa secara menyeluruh, tidak hanya fokus pada aspek akademik semata. 

"Kami ingin memastikan bahwa semua anak mendapatkan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Kurikulum Merdeka memungkinkan pendekatan yang lebih personal dan inklusif," kata Nadiem.

Kemendikbudristek juga menjelaskan bahwa kurikulum ini mengedepankan penilaian formatif yang berkelanjutan, di mana perkembangan siswa dinilai secara menyeluruh, termasuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 

Dalam konteks ini, siswa yang memiliki kesulitan akademik tetap diberikan dukungan tambahan untuk memperbaiki kemampuan mereka tanpa harus mengulang kelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun