Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Detoksifikasi Dopamin untuk Masa Depan yang Lebih Baik

24 Juli 2024   06:18 Diperbarui: 24 Juli 2024   06:37 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sragen, 24 Juli 2024 -- Di tengah maraknya penggunaan teknologi dan akses tanpa henti ke hiburan digital, konsep "dopamine detox" atau detoksifikasi dopamin semakin populer sebagai cara untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan produktivitas. Para ahli kesehatan mental dan produktivitas menyarankan bahwa mengurangi paparan terhadap stimulan yang memicu pelepasan dopamin secara berlebihan dapat membawa manfaat besar untuk masa depan individu dan masyarakat.

Dopamin adalah neurotransmiter yang memainkan peran penting dalam sistem penghargaan otak, memotivasi kita untuk mengejar hal-hal yang menyenangkan. Namun, di era digital ini, kita terus-menerus dibombardir oleh rangsangan yang merangsang pelepasan dopamin, seperti media sosial, video game, dan aplikasi hiburan lainnya. Dr. Andrew Huberman, seorang ahli saraf dari Universitas Stanford, menjelaskan, "Paparan berlebihan terhadap stimulan ini dapat mengakibatkan kelelahan dopamin, di mana otak menjadi kurang responsif terhadap rangsangan yang biasanya memicu kepuasan, dan ini dapat menyebabkan penurunan motivasi dan produktivitas."

Detoksifikasi dopamin bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan perangkat dan aktivitas yang memicu pelepasan dopamin berlebihan, seperti ponsel pintar, media sosial, dan permainan video, selama periode waktu tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk mengatur ulang sistem penghargaan otak dan mengembalikan keseimbangan neurokimia.

Dr. Cal Newport, seorang profesor di Georgetown University dan penulis buku "Digital Minimalism," menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan pada teknologi untuk meningkatkan fokus dan produktivitas. "Dengan mengurangi interaksi dengan perangkat digital, kita memberi otak kita waktu untuk beristirahat dan memulihkan kemampuannya untuk menikmati dan berfokus pada tugas-tugas yang lebih mendalam dan bermakna," ujarnya.

Manfaat dari detoksifikasi dopamin juga mencakup peningkatan kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat dikaitkan dengan peningkatan tingkat kecemasan, depresi, dan perasaan kesepian. Mengurangi waktu layar dapat membantu individu merasa lebih tenang, lebih hadir dalam kehidupan sehari-hari, dan lebih mampu mengembangkan hubungan sosial yang lebih dalam.

Selain itu, detoksifikasi dopamin dapat membantu meningkatkan kreativitas. Dengan mengurangi distraksi digital, individu dapat lebih fokus pada kegiatan kreatif seperti membaca, menulis, atau mengejar hobi yang memerlukan konsentrasi tinggi. "Kreativitas sering kali muncul dalam ketenangan dan ketidakaktifan, ketika pikiran kita bebas dari distraksi konstan," kata Dr. Newport.

Namun, penting untuk diingat bahwa detoksifikasi dopamin tidak berarti sepenuhnya menghilangkan teknologi dari kehidupan kita. Ini lebih tentang menemukan keseimbangan yang sehat dan menggunakan teknologi secara sadar dan bijaksana. Dr. Huberman menambahkan, "Detoksifikasi dopamin adalah alat untuk membantu kita mengendalikan penggunaan teknologi, bukan untuk menghilangkannya sepenuhnya. Teknologi memiliki manfaat besar jika digunakan dengan cara yang seimbang."

Dengan adopsi yang semakin luas dari konsep detoksifikasi dopamin, diharapkan bahwa individu dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam kehidupan digital mereka, meningkatkan kesehatan mental, produktivitas, dan kebahagiaan jangka panjang. Melalui pendekatan ini, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik dan lebih sehat, baik secara individu maupun kolektif.

Penulis: Jawahirul Ahyar

Sumber: Universitas Stanford, Universitas Georgetown, Journal of Digital Health Studies

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun