Mohon tunggu...
Penulis Senja
Penulis Senja Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer

Selamat Datang di Konten Blog saya, semoga dapat menghibur dan menginspirasi kalian semua. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar untuk request cerpen, puisi, artikel atau yang lainnya. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seberkas Harapan di Pagi Buta

25 Mei 2024   07:43 Diperbarui: 25 Mei 2024   07:51 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil bernama Banyu Asri, hidup seorang pemuda bernama Adit. Setiap pagi buta, ketika embun masih menempel di daun-daun, Adit sudah bangun dan memulai rutinitasnya. Ia tinggal bersama neneknya yang sudah tua di sebuah rumah sederhana di pinggir desa. Kehidupan mereka memang tidak mudah, tetapi Adit selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi neneknya.

Adit bekerja sebagai tukang kebun di rumah Pak Hadi, seorang pengusaha kaya di desa itu. Setiap hari, ia merawat taman dan kebun Pak Hadi dengan penuh dedikasi. Meski upahnya tidak seberapa, Adit tetap bersyukur karena pekerjaan itu bisa membantu mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.

Suatu pagi, ketika Adit sedang menyiram bunga-bunga di taman, seorang gadis muda menghampirinya. Gadis itu adalah Nia, putri Pak Hadi yang baru saja kembali dari kota setelah menyelesaikan studinya.

"Selamat pagi, Mas Adit," sapa Nia dengan senyuman.

Adit terkejut dan segera menghentikan pekerjaannya. "Selamat pagi, Mbak Nia. Ada yang bisa saya bantu?"

Nia tersenyum ramah. "Tidak, saya hanya ingin berkenalan. Ayah sering bercerita tentang Mas Adit yang rajin dan pekerja keras."

Adit tersipu malu. "Terima kasih, Mbak. Saya hanya melakukan pekerjaan saya."

Hari-hari berikutnya, Nia sering datang ke taman untuk berbincang dengan Adit. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari kehidupan di desa hingga impian dan harapan mereka. Adit merasa nyaman berbicara dengan Nia, dan perlahan-lahan perasaan kagum mulai tumbuh di hatinya.

Suatu hari, Nia mengajak Adit untuk duduk di bawah pohon besar di tengah taman. "Mas Adit, saya ingin membantu desa ini menjadi lebih baik. Apa yang bisa kita lakukan?"

Adit berpikir sejenak. "Desa ini butuh banyak perbaikan, Mbak. Mulai dari pendidikan untuk anak-anak, fasilitas kesehatan, hingga lapangan kerja. Tapi semua itu butuh biaya yang besar."

Nia tersenyum penuh semangat. "Saya punya tabungan yang bisa kita gunakan untuk memulai. Dan saya yakin, dengan kerja keras dan dukungan dari warga desa, kita bisa mewujudkan itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun